Kim Seok Jin adalah mahasiswa tingkat akhir dalam universitas kedokteran yang cukup beruntung, sebelum kelulusannya namja itu telah di percaya menjadi dokter muda di salah satu rumah sakit besar di kota seoul,
Tentu sebagai dokter muda bukanlah hal mudah untuknya, setidaknya dia harus lebih bekerja keras dari pada dokter senior bukan? Hal itulah yang membuatnya mau tidak mau menjalankan shift malam untuk dokter jaga,
Jin menatap jam tangannya dengan beberapa kali menguap, pukul 02.00 KST waktu tepat untuk mengakhiri shift malamnya, pekerjaan hari ini membuatnya cukup lelah belum lagi penyelesaian tugas akhir yang akan membuatnya benar-benar menjadi dokter tetap di rumah sakit ini,
Suasana rumah sakit sedikit sepi karena seluruh pasien tentu sudah tertidur lelap dalam ruangannya sedangkan beberapa suster jaga juga tidak terlihat di jalanan menuju lift untuk menuju lantai dasar tempat Seokjin memarkir mobilnya,
"Dokter..tolong, infus saya macet.." penggilan seorang pasien menghentikan langkahnya, memang Jin adalah dokter yang mementingkan pasien, walau jam bekerjanya telah usai tetapi dalam kondisi darurat dia tidak mungkin memanggil dokter muda lain yang masih dalam jam kerja hanya untuk membetulakan infus macet atau sekedar memanggil suster untuk menganganinya, hal itulah yang membuat banyak pasien menyukai kecekatan kerja seorang dokter Kim Seok Jin di bandingkan dengan beberapa dokter lain, tentu nilai plusnya adalah dia terkenal sebagai dokter baik hati dan tampan.
Jin menuntun pasien itu untuk duduk di sebuah kursi depan ruangannya, dengan cekatan Jin meraih botol infus dari tangan pasien dan meraik sebuah tiang penyangga infus untuk meletakkan infusnya,
"Bagaimana bisa terjadi?" Tanya Jin pada seorang yeoja muda yang kini dalam masa penanganannya
Yeoja itu mengenakan baju pasiennya dengan warna putih serta rambut panjangnya yang masih terurai begitu saja, wajahnya sangat pucat tentu hal itu wajar karena orang sakit akan memiliki wajah yang pucat.
"Kenapa tetap tidak bisa??" Gumam Jin sedikit putus asa, beberapa kali namja itu membenarkan infus macet tetapi sama sekali infus itu tidak berjalan? Apakah ada sumbatan pada selang infusnya?
"Bagaimana dokter? Apakah sudah bisa?" Tanya yeoja itu dengan suara lirihnya,
"Entahlah, kejadian ini jarang terjadi.. akan ada dua kemungkinan jika infus tidak berjalan kalau bukan karena selangnya yang tersumbat berarti detak jantung yang berhenti dan aliran darah tidak berjalan yang membuat infus tidak mengalir secara normal,
Jin merasakan bulukuduknya meremang, yeoja itu menatapnya dengan tersenyum sedangkan perhatian namja itu tertuju pada sebuah gelang yang ada pada lengan kiri pasien,
Sebuah aturan rumah sakit ini membuatnya tercekat, seorang pasien akan mendapatkan gelang putih pada lengan kanannya yang berisi informasi mengenai nama pasien, penyakit pasien, kapan pasien mulai dirawat dan sebagainya, sedangkan untuk pasien yang sudah meninggal maka gelang putih itu akan di lepas dan di ganti dengan gelang warna merah di lengan kirinya yang berisi tentang nama pasien serta tanggal dan waktu meninggalnya pasien sebelum akhirnya jenazah di simpan dalam kamar mayat.
Gelang merah itu, tepat terpasang pada lengan kiri pasien yang kini berada di hadapannya, Jin mundur beberapa langkah sebelum akhirnya dia menyadari ruangan di hadapannya bukanlah ruangan rawat inap, tepat pada pintu tertulis "Kamar Jenazah" Jin mundur perlahan, senyum yeoja itu terlihat lebih mengerikan,
"Huuaaaaaa........." Teriaknya lalu berlari ke arah lift
***
Namja itu beberapa kali menekan tombol lift untuk turun pada lantai dasar dengan sesekali mengusap keringat dingin di dahinya, saat pintu lift terbuka membuat namja itu sedikit lega.
Lift terhenti di lantai 4, seorang nenek-nenek masuk kedalamnya dan tersenyum padanya, Jin tersenyum singkat untuk menutupi rasa takut tentang hal yang baru saja dia alami. Saat lift tertutup dan kembali berjalan, lift terhenti di lantai 3, seorang kakek-kakek masuk kedalamnya tanpa menoleh sama sekali ke arahnya, tatapannya dingin dan terkesan misterius,
"Ayolah.. jangan menggangguku.." Gumamnya perlahan berharap kejadian tadi tidak akan terulang, sebuah rutukan dari mulutnya tanpa dia sadar terdengar oleh kakek-kakek itu, kakek-kakek itu menatap Jin kesal mungkin karena terganggu olehnya yang membuat Jin menunduk untuk menghindar dari sorot mata tajam kakek-kakek itu,
Lift terhenti tepat pada lantai 3, saat kakek-kakek itu akan turun sesuatu mengerikan membuatnya kembali tersadar, sebuah gelang merah terpasang pada lengan kiri kakek-kakek itu, Jin menahan nafasnya berharap kakek itu agar segera turun, saat kakek-kakek itu keluar dari lift, yeoja tua yang berada di samping Jin mengikutinya keluar. Seketikan Jin menarik tangan yeoja tua itu untuk tetap masuk dalam lift bersamanya sebelum lift kembali tertutup
.
"Ya! Dokter, apa yang kau lakukan? Aku harus turun di lantai 3.." Bantaknya pada Jin
Jin mengatur nafasnya sejenak, berpikir bagaimana cara menjelaskan hal ini pada nenek-nenek di sampingnya,
"Maaf, halmeoni.. aku harus menyelamatkanmu, sebelum kakek-kakek itu keluar aku melihatnya mengenakan gelang merah pada lengan kirinya, dia bukan manusia. Peraturan rumah sakit ini pasien yang masih hidup harusnya mengenakan gelang putih pada lengan kanannya sedangkan pasien yang sudah meninggal mengenakan gelang merah pada lengan kirinya.."
Jelas namja itu pada akhirnya membuat nenek itu melihatnya dengan beberapa kali mengangguk,
"Gelang merah?" Tanya yeoja tua itu sedikit tidak mengerti, Jin hanya menganguk mendengarnya,
Beberapa saat setelahnya nenek tua itu menunjukkan sesuatu pada lengan kiri miliknya,
"YA! DOKTER, APAKAH GELANG MERAH YANG KAU MAKSUD ADALAH SEPERTI INI?"
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Legend Stories
HorrorAuthor: SandraChoii Pertama kali publish di Mnjfanfiction.wordpress.com Sebuah project series mengenai bermacam-macam cerita urban di berbagai dunia dengan beberapa versi member BTS A/N: Dilarang keras mengcopypaste, plagiat/menjiplak pada bagian ma...