Alvian

4.4K 161 0
                                    




Yudha hanya tersenyum lalu menepuk pundak anaknya pelan.

            "Kita pasti bisa" ujar Yudha. Alvian hanya bisa diam terpaku. Tangannya mengepal, seakan dengan begitu ia dapat memberikan kekuatan pada dirinya sendiri. Ia tidak menyangka masalah datang secara bersamaan. Cowok itu beranjak pergi begitu saja, ia membutuhkan udara untuk bernafas.  Yudha hanya menoleh ketika pintu ruang itu perlahan-lahan tertutup rapat.

***

Fatir pun pamit pulang tidak lama setelah Alvian berpamitan. Nabila pun izin kepada sang Bunda untuk pergi keluar sebentar. Dengan tekad, Nabila menaiki taksi yang ada didepan gang rumahnya. Entahlah Nabila merasa ada sesuatu yang terjadi dengan Alvian. Tanpa Alvian sadari Nabila mengikutinya.

Nabila sedikit terheran-heran ketika Alvian memasuki rumah sakit. Ia pun mengikuti cowok itu hingga berhenti diruang melati VIP no. 246. Dari kejauhan Nabila memperhatikan, ia pun memutuskan menunggu seseorang keluar dari ruangan. Tetapi tiba-tiba saja Om Yudha yang masuk kembali keruangan itu. Nabila semakin penasaran saja, ia pun mendekati ruangan itu. Ia berjinjit untuk mengintip siapa yang ada diruangan itu. Tetapi tetap saja tak terlihat, maka dari itu Nabila memutuskan duduk didepan ruangan tersebut.

Pendengarannya yang terlalu tajam membuatnya harus mendengar semua pembicaraan yang terjadi, bukan keinginannya untuk menguping pembicaraan antara Om Yudha dan Alvian. Hanya saja itu semua terjadi dengan cara tidak sengaja.

Hingga tiba-tiba saja seseorang keluar dari ruangan itu, Nabila mengenali sosok itu. Dari postur tubuhnya yang tinggi dengan almamater yang masih ia gunakan, cowok itu berjalan pergi menuju lift, dengan berani Nabila mengejar Alvian. Pintu lift hampir saja tertutup, tetapi Nabila dengan gesit menerobos masuk kedalam lift. Alvian terkejut. Tetapi ia tidak bisa berkata apa-apa.

Kini mereka berdua berada di dalam lift yang sama sampai akhirnya Alvian sampai ditempat tujuannya. Lantai teratas dari rumah sakit ini. Nabila mengikuti. Alvian tahu, tetapi cowok itu tidak menoleh hanya terus berjalan sampai didepan pembatas. Nabila berdiri tepat disamping Alvian. Hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa.

Udara di malam hari ini terasa begitu menyejukkan dan kota Malang yang terlihat indah dimalam hari benar-benar mengagumkan.

Jalanan tampak ramai sekali malam ini. Ada orang yang masih berjualan dibawah sana, mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, ada juga yang sedang tidur dengan nyenyak saat ini dikamar yang nyaman. Alvian menghembuskan nafasnya kuat-kuat. Semua yang terjadi pada hari ini pasti—bisa ia lewati, seperi orang yang berjualan dibawah sana, ia juga pasti bisa merasakan tidur nyenyak setelahnya. Alvian menoleh, menatap cewek yang ada disebelahnya. Senyum kecil muncul dibibirnya.

Alvian dengan ringannya mengacak rambut cewek yang berdiri disampingnya. "Rambut gue!" teriak Nabila. Alvian hanya tertawa kecil sedangkan Nabila merapihkan rambutnya yang berantakkan. Tiba-tiba gerakkannya terhenti, Nabila menatap Alvian dari samping. Memastikan bahwa jika ia ingin bertanya sesuatu, semuanya tidak akan jadi masalah. Nabila pun berdeham kecil "Aa-".

"Udara udah mulai dingin, pakek jas gue" sahut Alvian. Belum saja Nabila bertanya Alvian sudah menyelimuti jas almamaternya ditubuh cewek itu. Nabila hanya terdiam, tetapi perasaan ingin tahu kebenarannya membuatnya ingin mencoba bertanya sekali lagi. "Gue anter balik, udah malem. Nanti Bunda lo nyariin" Alvian berbalik berjalan menuju lift. Nabila hanya memanyunkan bibirnya, mungkin tidak untuk hari ini. Nabila pun mengikuti Alvian masuk kedalam lift.

***

Alvian memakaikan helm yang ada ditangannya pada Nabila. "Jangan lupa pegangan, kalo-kalo lo tiba-tiba ilangkan". Nabila mengernyitkan keningnya "Bilang aja lo mau modus kan sama gue?". Bukannya menjawab, Alvian malah berbalik lalu mendorong motornya keluar dari parkiran.

NABILA & ALVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang