Surat Cinta

5.4K 181 1
                                    


Oh iya aku nyantumin video lagu, semoga bisa kebuka wkwk

Gelas dan piring kotor sudah dibersihkan. Nabila segera bangkit dari duduknya dan pamit untuk beristirahat sejenak. Mira datang dengan wajah bersemu, entah apa yang terjadi dengannya, tapi yang Nabila ketahui cewek itu sedang bahagia. Ia pulang ke rumah membawa satu kantong kresek. Nabila yang sedang duduk dibangku mengernyit heran.

"Apaan tuh?" tanya Nabila penasaran. Mira meletakkan kantong kresek tersebut diatas pangkuan Nabila. Kedua tangan Nabila membuka kantong kresek itu, matanya membulat. Buah berwarna orange itu benar-benar menggiurkan. Nabila mengambil satu buah jeruk dan mengupas kulitnya lalu memakannya. Cewek itu begitu menikmati buah jeruk yang ia makan.

Mira duduk disamping Nabila alih-alih mengambil kantong kresek yang ada dipangkuan temannya.

"Udah makannya. Mahal tau ini harganya. Hemat-hemat" komentar Mira. Nabila cengengesan.

"Eh iya La, gue baru inget tadi Al nitipin surat buat lo"

"Surat?"

"Iya, sebentar. Tadi gue tarok dikantong... eh bentar.. bentar—ini dia suratnya"

Nabila menerima kertas putih berlipat yang diberikan Mira. Ia membukanya, awalnya ia sedikit ogah-ogahan membacanya tapi lambat laun gejolak di dalam dadanya begitu besar. Ia harus membaca surat ini, walau mungkin ada sebuah kabar yang tidak begitu mengenakan. Ia memejamkan matanya sejenak, menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya ia benar-benar membaca tulisan demi tulisan. Kata per kata yang teruntai dengan sangat jelas hingga membuat pipi Nabila bersemu merah.

Dear Lala,

Gue jadul banget ya? Jaman sekarang kan udah canggih, tapi gue masih nulis beginian. Maaf, mungkin gue bukan cowok romantis seperti kebanyakkan. Mungkin gue cuman cowok nyebelin yang kebetulan dapet amah dari Tuhan untuk mencintai lo. Maaf kalo gue kemarin-kemarin bersikap dingin dengan lo.

Yang bertanda tangan disini,

Alvian

Sebuah senyum terukir dibibir Nabila. "Diem-diem Alvian puitis juga ya La. Nggak nyangka gue suer deh" ujar Mira. Nabila menoleh "Ntahlah" cewek itu menaikkan bahunya. "Foto dong. Foto. Mau gue upload ke path". "Jangan!" teriak Nabila spontan. Cewek itu segera melipat suratnya menjadi kecil lalu menyimpannya di dalam saku celananya. Mira tertawa terbahak-bahak.

"Gue mau mandi dulu. Kan ntar malem mau makrab" elak Nabila dan langsung berlari ke dalam kamar. Cewek itu duduk di tepi bed, mengeluarkan surat yang sudah ia lipat menjadi kecil, yang ia simpan di dalam saku celananya tadi. Ia membuka surat itu dan membacanya sekali lagi. Setelah dipikir-pikir ini terlihat sagat aneh. Tumben sekali Alvian menulis surat dengan kalimat sepuitis ini.

***

Lampu-lampu diseluruh rumah sudah di hidupkan kembali. Langit pun sudah berubah menjadi jingga. Sebentar lagi matahari akan segera terbenam dan langit akan berubah menjadi gelap.

Kini jam dinding pun sudah menunjukkan pukul 19.00 beberapa saat lagi acara akan segera dibuka. Panggung sederhana disulap menjadi mewah dengan bola-bola lampu yang berkelap kelip dipinggiran panggung begitu juga dengan alat musik.

Semua peserta datang secara bersamaan dengan kelompoknya masing-masing, dresscode yang digunakan pun terlihat biasa saja, sederhana, tidak mewah. Ya karena ini merupakan makrab untuk semua orang, untuk masyarakat desa dan untuk para peserta dan panitia.

Semua orang berkumpul di lapangan termasuk Nabila yang saat itu sedang tidak enak badan, memaksakan diri untuk datang ke acara yang paling ditunggu-tunggu. Andini datang dengan membawakan beberapa makanan kecil. Nabila menggeleng "Masih aja bawa beginian". "Kalo tiba-tiba laper gimana?". Nabila pasrah, jika sudah menyangkut dengan makanan.

NABILA & ALVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang