Chapter 5

5.9K 74 9
                                    

Mohon kritik dan komennya ya teman-teman dan mohon maaf banget dengan kesadaran penuh saya bilang kalau cerita saya ambigu dan gaje.Sya harap di next chap nya bis alebih baik dan gak kelamaan apdet.Makasih ^^

“Lebai sekali! Kenapa aku tiba-tiba merasa seluruh badanku lemas.” Sekembalinya dari mendengar pembicaraan Fian tadi, Mora tak hentinya meremas-remas sarung bantalnya.Seluruh tubuhnya berpeluh dingin.Seharusnya dari awal Mora mendengar perkataan Meylin karena waktu bisa saja mengubah putih menjadi gelap.Kalau saja hari ini Mora nekat terbang ke Singapura dan menceritakannya, sudah bisa dipastikan Meylin terserang dehidrasi dadakan saking lucunya.Benar-benar lucu.

            “Ra, belum tidur ya???” Suara Fian, yang menyadarkan Mora dari kegiatan anehnya membuat ia gelagapan.Saat ini Mora benar-benar muak melihat muka Fian.Kau lelaki yang sok suci!berpura-pura.Kau pikir aku bodoh??.

Perlahan Mora melepas cengkramannya pada bantal dan berusaha untuk terlihat santai.” Belum.Kamu dari mana??” Yeah, setidaknya usahaku sedikit berhasil.

            “Oh, tadi ada data pasien yang harus dicek”.Fian menjawab pertanyaan Mora acuh tak acuh, menarik badcover, dan berbaring di samping Mora.

            Oh, mama jadi pasien ya sekarang??Baru tahu.Disaat Fian mulai memejamkan matanya, Mora tercenung menatap kosong dinding kamar yang mereka tempati.Sepertinya ia benar-benar butuh sebuah ketegasan.

            “Fian, ku dengar kamu terpaksa menikah ya??” Akhirnya kata-kata yang sejak tadi ditahan-tahannya terlontar.Ditengah tatapan terkejut Fian, Mora tersenyum samar.”Kita akhiri saja sebelum semuanya terlambat, kamu mau??”.

            Hening.Giliran Fian yang terlihat emosional, rahangnya mengeras.Tak sedikitpun tatapan tajam yang diarahkannya kepada Mora dapat diartikan.”Dan kamu tidak sedikitpun memikirkan dampaknya kalau seandainya kita benar-benar mengakhiri??”

            “Hidupku lebih penting, pendapat orang di luar bisa ku abaikan.Bagaimanapun aku yang akan menjalani Fian.Bukan orang lain.” Setumpuk air mata mengendap di sela-sela kelopak mata Mora, namun ia berusaha untuk tetap terlihat tenang.Bagaimanapun, ia tak sudi menjalani pernikahan aneh ini.

            “Tidak Mora!.Pernikahan ini akan tetap berlanjut.” Perkataan Fian penuh tekanan, tidak sedikitpun bisa dibantah.Hanya menyisakan Mora yang termangu, menelan umpatan yang bercokol dihatinya.

            “Kalau begitu aku akan tetap kembali ke Singapur, dan bekerja.Toh, fungsiku disini juga tidak ada kan.Hanya istrimu secar tertulis.”

            “Tidak.Kau tetap disini.Mendampingiku.” Fian mencengkram erat pergelangan tangan Mora, seperti tidak akan membiarkannya beranjak sedikitpun.

            “Oh! Kau mau ya didampingi oleh istri terpaksa mu ini.” Mora menatap Fian sengit, dan benar-benar tidak habis pikir dengan tindakan Fian yang menurutnya super egois.

            “Kau kekanakan sekali.”

            “Okeoke.Terserahlah dan sekarang kumohon lepaskan tanganku.”

***

            Esok dan esoknya lagi, mungkin adalah hari-hari yang ingin ditiadakan Mora dari kehidupannya.Kegiatannya hanya berkutat di apartement Fian dan berlama-lama duduk di depan laptop.Melakukan apapun yang ia rasa bisa mebunuh waktu.Sedangkan Fian sibuk dengan berkas-berkas yang ia bawa dari rumah sakit dan Mora tidak memahaminya sedikitpun.Benar-benar pernikahan paling manis yang harus dilaluinya.

            Mora benar-benar merasa membuang-buang umurnya, seharusnya ia sekarang sedang sibuk mencari pria mapan yang bisa dijadikannya suami ideal dalam artian sesungguhnya.Tidak pria yang memang tampan bernama Fian yang hanya bisa mengikatnya dengan perjanjian konyol.

           

           

 

OMG! MY HUSBAND??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang