3. Weird

111 5 2
                                    

"Aku mengenalmu, pale girl.."

Aku mematung.

Waktu terasa begitu lambat saat matanya tajam dan lurus memandangiku, sementara pergelangan tanganku yang disentuh olehnya terasa panas.

Roda dalam kepalaku terus berputar dengan film-film kosong yang sepenuhnya hitam. Hanya ada suara teriakan sayup dari sudut ruang otakku. Tapi aku tidak bisa mendengarnya dengan baik.

"Pale girl.." panggilnya lagi. Ini ketiga kalinya ia menyebutkan kata-kata yang selalu berhasil membuatku kembali fokus padanya.

Tangannya berpindah dari lengan ke bahuku. Dan rasa panas selalu mengikuti pada titik dimana ia menyentuhnya. Matanya mengerjap saat raut wajahnya melembut.

Tiba-tiba ia tertawa.

Tawa yang lepas dan polos, seakan-akan ia anak kecil yang menemukan mainan kesayangannya.

Antara bingung dan kaget, aku tidak bisa mengalihkan diriku dari perubahan emosinya yang cepat.

"Ya!" tangannya menggoyangkan bahuku pelan.

Ia punya senyuman kelinci yang manis.

"Ya! Bernapaslah dengan benar."

Mendengar kata-katanya, aku langsung bereaksi. Menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Apakah dari tadi aku menahan napas?

Sistem tubuhku mulai berjalan normal saat oksigen melancarkan peredaran darahku dan menghilangkan rasa kebas yang membuatku tidak bisa bergerak.

"Ya ampun, kau lucu sekali!" Ia terbatuk beberapa kali, mencoba bicara di sela-sela tawanya.

Atmosfer di antara kami 180 derajat berbeda dari sebelumnya. Ia menatapku dengan senyuman lebar, "Hai, Ahn Soo Jeong!"

Aku harus diam atau menjawab sapaannya?

Ia memiringkan kepalanya dan mengerutkan kening, meneliti ekspresi atau respon yang mungkin kuberikan. Tapi aku tidak berencana melakukan apapun, karena otakku belum memutuskan pilihan mana yang harus dijalankan.

"Wah, aku merasa diabaikan." ia mengerucutkan bibir dengan kecewa, "Persis seperti yang kudengar."

Aku tidak mengerti.

Sejak awal ia bicara, tidak ada satupun yang bisa kusaring dengan baik. Tadinya ia bilang kalau ia mengenalku dengan tatapan intens dan wajah serius, lalu sekarang ia seperti.. Entahlah.

"Neon jeongmal isanghae! (Kau sangat aneh!)" Suaraku tidak lebih dari sekadar bisikan dan aku menyesalinya --untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikiranku tanpa pikir panjang.

Sepertinya ia mendengarnya dengan jelas, karena bibirnya berkedut mengulum senyuman. Dengan cepat ia berdiri dan melepaskan tangannya dari bahuku. Seketika itu juga rasa panas nya lenyap.

"Neodo isanghae! (Kau juga aneh!)" balasnya, menanggapi kata-kataku yang sedikit menilai.

Aku mencibir. Apabila sebutan aneh itu ditujukan untuk situasi saat ini, ialah yang paling pantas mendapatkannya.

"Kau sangat tidak masuk akal." aku tidak bisa menahan komentar-komentar keluar dari mulutku.

"Kurasa aku memang begitu." senyum separo mengembang di wajahnya tanpa menyangkal penilaianku.

Saat memperhatikan, lagi-lagi aku mendapati tanda kebiruan di lengannya --memar. Ia menarik bangku Seok Hoon yang ada di depan mejaku dengan satu tangan, lalu memutarnya dan duduk menghadap ke arahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Eyed GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang