Prolog

115 17 6
                                    

Nesvald berlari dengan napas memburu. Jantungnya berdegub kencang ketakutan. Berkali - kali ia menoleh ke belakang memastikan kalau sosok itu tak lagi mengejarnya. Tubuh dan wajahnya basah di banjiri keringat.

BUK!

Nesvald tersandung akar tunggang pohon oak yang kokoh. Ia merangkak mencoba bangkit. Namun usahanya sia - sia. Entah dari mana datangnya akar - akar serabut mulai melilit di pangkal kakinya. Ia mencoba melepaskan lilitan itu tapi justru semakin banyak akar merambat mendekatinya.

"Kau tidak bisa lari dariku, sayang" Suara lembut sosok berayun di depan Nesvald berhasil membuat kuduknya berdiri. Laki - laki itu tertegun. Keringatnya kembali mengucur.

Tubuh dingin dan halus itu merangkak di atas tubuh Nesvald yang bergetar hebat. Wajah cantiknya pucat lebih pucat dari wajah Nesvald. Bibirnya basah dan berwarna merah darah. Ia lebih mendekat hingga Nesvald bisa merasakan napasnya yang dingin sedingin es batu.

"Tidak akan sakit" Bisiknya.

Nesvald menahan diri kuat - kuat. Ia mencoba meneguk air liurnya yang terasa kering. Wanita itu menciptakan sebuah seringai lebar hingga taring berkilaunya seakan sudah menancap tubuh Nesvald. Nesvald menebak kalau taring itu pasti sudah di asah sebelumnya. Ia menghirup dalam - dalam kulit leher Nesvald yang sudah bermandi keringat dingin.

"Aku suka baumu" Bisiknya sekali lagi.

Nesvald mendelik merasakan sapuan benda lembek pada nadinya. Wanita itu menjilatnya dan tertawa sesaat. Tanpa ba-bi-bu lagi, taringnya menusuk tepat di pembuluh Nesvald.

"AAAAAAARRRGG!!!!"

~oOo~


See ya next part 💋

BitesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang