Second Bite

50 7 3
                                    

Nesvald memasukkan koin ke dalam mesin minuman kaleng di sudut kantin. Ia malas kembali ke kelas, takut kalau wanita bertaring itu masih di sana dan menunggunya. Nesvald meneguk lemon teanya, matanya mengitari kantin yang masih sepi. Hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang membawa snack atau minuman ringan.

"Nesvald" Panggil seseorang tepat di telinga Nesvald. Tiba - tiba suara itu membuat Nesvald membeku.

"OH MY GOD!! AAARRR!!" Dengan sekuat tenaga, Nesvald berlari sekencang - kencangnya.

Chastity tersenyum manis. Matanya mengekori tubuh Nesvald yang lari menjauhinya.

"Dia harum sekali" Chastity menjilat bibir bawahnya.

~oOo~

Nesvald terus berlari ke sembarang tempat. Ia tidak mau menoleh, bisa - bisa kejadian dalam mimpinya terulang lagi walaupun ini jelas - jelas bukan di hutan.

"Nes-ADUUHH!" Nesvald jatuh tapi bukan karena sebuah pohon, di lihatnya Kellse memegangi kepala dan sikutnya.

"Kau kenapa sih!" Kellse mendelik ke arah Nesvald.

"Ma-maaf Kells, dia di sana.." Wajah Nesvald pucat dan berkeringat. Kellse menengok menelusuri koridor yang sepi.

"Kau gila!" Kellse berdiri dengan susah payah. Ia mengusap pantatnya yang terasa kebas karena jatuh.

"Belum genap dua puluh menit kau pergi dari ruang kesehatan, dan sekarang kau kembali dengan wajah konyolmu itu, menabrakku lagi!"

"Maaf" Kata Nesvald lemas.

"Tapi dia di sana Kells, di kantin" Nesvald meyakinkan. Mata Kellse memicing jengkel.

Suara langkah kaki menggema di sudut koridor. Entah kenapa suasana menjadi begitu sepi dan suram. Ruangan di sekitar sana seakan tidak mendengar keributan yang di buat Nesvald.

"Kellse, itu mungkin"

"Diam!" Bentak Kellse. Nesvald bersembunyi di balik tubuh Kellse yang lebih pendek darinya.

Kellse dan Nesvald terus menatap lantai dengan suara sepatu yang terus mendekat.

"Ya ampun-itu benar dia Kellse" Tubuh Nesvald bergetar. Seorang gadis dengan rok pendek dan senyum ceria di wajahnya melangkah mendekat. Ia tidak tampak seperti vampire atau makhluk menakutkan. Kulitnya putih pucat, matanya sendu menggoda, dan tentu saja bibirnya merah. Nesvald menebak kalau dia mempoleskan lipstick di sana.

"Kellse?" Nesvald menengok wajah Kellse. Rahang gadis itu mengeras dan matanya tajam mengarah ke depan. Nesvald melirik gadis cantik itu yang ternyata melakukan hal sama seperti Kellse. Namun sebuah seringai tersungging di bibirnya.

"Kellse ada apa?"

"Mau apa kau di sini?!" Suara Kellse mengeras. Ia melangkah perlahan menjauhi Nesvald mendekati gadis itu.

"Kau di sini juga?" Tanyanya balik.

"Aku bertanya Chastity!"

Mulut Nesvald terkatup takut. Kenapa dengan Kellse? Dan Chastity, itu namanya?

"Aku bersekolah tentunya" Chastity berjalan mendekati Kellse. Keduanya tampak mengeluarkan sinar peperangan dari kejauhan.

"Jadi kau bersama Nesvald" Chastity tersenyum nakal ke arah Nesvald yang sudah tersedak ludahnya sendiri. Mengerikan.

"Jangan dekati dia" Kata Kellse penuh penekanan.

"Kenapa? Kau juga suka baunya 'kan?"

"Tutup mulutmu!" Teriak Kellse.

Mata Nesvald membulat dan wajahnya makin pucat. Chastity menakuti Nesvald lagi dengan seringai lebar menampakkan kedua taringnya yang berkilau. Kakinya kaku tidak bisa di gerakkan.

"Ke-Kells" Suara Nesvald bergetar.

Kellse menatap Chastity tanpa berkedip. Ia menarik napas dan mencoba menahan amarahnya. Perlahan gigi panjangnya mulai memendek. Ia menoleh pada Nesvald yang masih berdiri dengan gemetar.

"Kuperingatkan kau!" Kilatan merah mengarah pada Chastity. Gadis itu hanya membalas dengan senyum manisnya. Nesvald memang mengakui kalau Chastity sangat cantik. Dia punya kemilau layaknya Dewi Aphrodite dari Yunani.


"Gerakan kakimu, Nes!" Kellse membentak Nesvald yang seperti batu.

Chastity terus memperhatikan Nesvald yang di tuntun oleh Kellse. Ia sadar kalau air liur mulai membanjiri seisi mulutnya. Nesvald meninggalkan bau manis yang teramat manis seperti buah Ara memenuhi koridor. Chastity menjilat bibirnya, lagi.

~oOo~

BitesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang