Bagian 3

46 7 0
                                    

Tak ada hal yang ku lakukan selain duduk dan mengedarkan pandangan ku ke layar monitor. Tanpa lelah harus ku suruh, jari-jari ku telah mengerti apa yang aku inginkan. Dengan lincah mereka menekan tombol demi tombol pada keybord di notebook ku ini. Bekerja sama dengan hati dan pikiran ku membuat kalimat demi kalimat yang tersusun dengan indah nya. Kemudian mereka berhenti bersamaan dengan aku yang tiba-tiba teringat akan suatu hal.

Aku membuka tab baru pada laman web ini dan mengetikan "twitter" di pencarian. Kemudian aku log in dengan memasukan username dan kata sandi ku, setelah berhasil masuk aku langsung membuka pemberitahuan dan aku melihat ada sekitar 20 pemberitahuan di sana. Semua pemberitahuan itu berasal dari teman-teman ku yang mengucapkan ucapan selamat ulang tahun pada ku.

Aku berterimakasih akan hal itu, ya.. setidaknya mereka masih mengingat hari ulang tahun ku, tapi apakah mereka tahu bahwa bukan ucap selamat dari mereka yang aku tunggu. Dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan, aku membalas satu persatu ucapan selamat dari mereka. Aku mengetikan kata terimakasih, ya.. Hanya terimakasih dengan emoji orang sedang tersenyum. Kurasa itu sudah lebih dari cukup.

Hari semakin malam.. Dan aku masih terjaga dengan damai. Tidak melakukan apapun, hanya sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang sangat mustahil untuk bisa terjadi.

"Kreeeeekkkkkk.. ." Aku mengedarkan pandangan ku ke arah datang nya suara tadi. Ternyata mama yang sedang membuka pintu kamar ku.

"Kau belum tidur sayang?" ucap wanita tua itu pada ku.

"Belum." singkat sekali aku membalasnya, tapi biarlah mood ku sudah sangat hancur malam ini.

"Selamat ulang tahun nak." ucap wanita itu yang kemudian memeluk erat diriku, membelai halus rambutku dengan lembut. Yaa.. Aku merindukan ini, kasih sayang tulus dari nya.

"Terimakasih mah.. ." ucap ku tak ingin melepaskan pelukan hangat ini, tetapi dia lebih dulu melepasnya.
"Kau tahu.. Sebelum ayah berangkat bekerja dia sempat menitipkan ini padaku." ucapnya seraya memberi bungkusan kantong putih padaku. Aku tak langsung membukanya, karena tanpa aku membuka bungkusan itu pun aku sudah tahu apa itu isinya. Mereka selalu memberikanku ini di setiap hari ulang tahun ku.

"Dan dia juga bilang selamat ulang tahun untuk mu." Lanjutnya yang semakin membuat hati ku terenyuh. Mereka semua menyayangiku.

"Mamah.. Kau tahu? Aku sedang menunggu ucapan selamat ulang tahun ku dari satu orang lagi." ucapku yang berterus terang pada wanita tua dihadapanku saat ini.

"Huh.. Setiap tahun kau pasti selalu menunggu nya, dan dia tetap tak mengucapkannya padamu bukan?" aku tertunduk lemah saat mengingat semua itu.

"Shutttt.. Jangan bersedih, setiap kau bertanya seperti itu padaku kau ingat bukan aku selalu menjawab apa?" tanyanya yang bisa membuatku tersenyum seketika.

"SUATU HARI NANTI." Teriak ku dan dirinya secara bersamaan, kemudian kita saling melihat satu sama lain sebelum akhirnya kita tertawa bersama.

"Ohh ayolah.. Hentikan hal ini, sudah larut malam besok hari senin kau ingat?" ucapnya menghentikan hal konyol yang kita lakukan.

"Ahh.. Iya mah, aku lupa mengerjakan pr, besok matematika pelajaran pertama." ucapku yang gelapan mengingat bahwa aku melupakan pekerjaan rumah yang guru itu berikan padaku, terlebih itu matematika dan ada di jam pelajaran pertama.

"Haha.. Hentikan ini, jangan bercanda lagi kumohon." aku mengerutkan dahiku mendengar penuturannya.

"Apa yang kau maksud bercanda mah? Aku serius belum mengerjakan pekerjaan rumah ku, terlebih itu adalah matematika dan kau tahu yang lebih parahnya? Itu pelajaran pertama mah." ucapku sedikit marah pada nya, karena sudah jelas aku sedang tidak bercanda tapi dengan begitu mudah dia bilang kalau tadi itu aku sedang bercanda.

"Ohh.. Baiklah. Ku kira tadi kau bercanda, tapi kau melupakan sesuatu sayang." aku kembali mengerutkan dahiku pertanda aku bingung dengan ucapannya yang mengatakan bahwa aku melupakan sesuatu. Ohh.. Tidak, seharusnya aku tahu ini, dia kembali meledek ku rupanya.

"Iya.. Iya.. Aku tahu, aku melupakan pr ku" ucapku yang terlihat sangat kesal sekarang ini.

"Ohh.. Ayolah, bukan itu yang ku maksud. Kau lupa ugh? Besok libur sayang.. ." Kemudian aku membelalakan mataku setelah wanita tua itu menyelesaikan perkataan nya. Ohh tidak, bagaimana aku bisa melupakan hal itu. Aku kembali menatapnya yang tanpa ku sadari dia juga sedang menatap ku.

"Hahaha.. Aku lupa mah, sungguh." Ucapku

"Dan kau sangat lucu nak, sungguh." ucapnya. "Jadi.. Kapan kau akan mengerjakan pr matematika mu itu?" aku terdiam sesat, kemudian aku menatapnya dan mengatakan "Suatu hari nanti." dan kita kembali tertawa bersama.

Suatu Hari NantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang