Kezha's First Kiss

97 7 0
                                    


Dante duduk di atas batu yang berada di puncak, ia menikmati sejuknya udara di puncak gunung tepat pukul 6 pagi hari sambil menikmati pemandangan terbitnya fajar. Dante tersenyum lega melihat keindahan ciptaan Tuhan yang tak ternilai harganya. Benar-benar merelaksasikan pikirannya, menenangkan jiwanya dan menyehatkan paru-parunya.

Gumpalan awan yang membentang luas di hadapannya begitu indah seperti kapas-kapas yang berterbangan. Rasanya ingin Dante raih, tapi ia lebih memilih untuk mengaguminya dari sini saja. Itu hanyalah gambaran Dante dengan dirinya, dia yang kemarin Dante tolong, yang kemarin Dante genggam tangannya untuk membantunya berdiri tegak kembali. Dia, gadis itu, gadis yang Dante tidak ketahui namanya. Gadis yang ia cari-cari selama ini muncul lagi di hadapannya. Wajahnya, wajahnya tetap sama seperti dulu, seperti saat ia melintasi rumah Dante setiap pagi sambil mengayuh pedal sepedanya.

"Hmm.." terdengar dehaman seseorang yang membuat semua lamunan Dante buyar. Ia segera menoleh ke arahnya. Dante kembali dikejutkan dengan kehadiran gadis itu yang baru saja berlarian dalam pikirannya.

"Boleh gue duduk di sini?" tanyanya yang membuat Dante terasa kaku. Tapi ia tetap memberikan anggukan sebagai jawaban.

 Tapi ia tetap memberikan anggukan sebagai jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"By the way, yang kemarin.." ucap seseorang itu terpotong.

"Nggak masalah, gue cuma ngelakuin apa yang emang seharusnya gue lakuin, kok." Ucap Dante dengan senyuman.

"Sekali lagi makasih banget, gue nggak tau gimana jadinya kalau lo nggak pegang tangan gue kemarin. Serius makasih banyak, ya." Dante hanya tersenyum mendengar ucapannya. "Oh iya, gue Kezha, Kezha Anindiva." Ucap Kezha memperkenalkan namanya sembari menjulurkan tangannya pada Dante. Ia menjabatnya.

Kezha Anindiva, nama yang bagus dan akhirnya gue tau namanya.

"Hmm.. Kalau lo?" tanya Kezha mengangkat alisnya.

"Woy, Tete! Sarapan nggak lo?" pekik Arga dari tenda di mana ia berada. Holy shit!

"Hmm, nama lo Tete? Serius, nih?" tanya Kezha heran mengernyitkan dahinya.

"Eh, enggak bukan!" Dante gelagapan. "Terus?" Tanya Kezha lagi masih dengan mimik wajah yang sama.

"Lo mau sarapan nggak, Te?" pekik Arga lagi karena belum mendapat jawaban dari Dante. "Enggak! Lo duluan aja." sahut Dante dengan nada yang serupa.

"Jadi, siapa nama lo?" Tanya Kezha yang masih penasaran.

Dante berdeham kecil, "Nama gue Al Dante Prasetyo, lo cukup panggil gue Dante jangan panggil Tete kayak teman gue itu."

Kezha terkekeh, melepaskan jabat tangannya itu. Ia geli sekali dengan panggilan yang diberikan oleh teman semasa SMA Dante. Dante hanya meliriknya malu dan menyimpan segala dendam pada Arga yang tak kunjung berhenti memanggilnya dengan sebutan yang memalukan itu.

"Kayaknya kita..." ucap Dante dan Kezha bersamaan kemudian mereka menghentikan ucapannya berbarengan kemudian tertawa kecil.

"Kita pernah ketemu nggak, sih?" tanya Kezha basa-basi sekaligus meyakinkan apakah Dante itu Shady yang selama ini selalu ia ingat atau bukan.

First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang