'Ada apa denganmu pujaanku?'12.00
Bel istirahat berbunyi, aku mengambil novel dan bekal yang ku bawa dari rumah lalu berjalan menaiki tangga dengan tergesa-gesa, aku ingin cepat sampai untuk melihat lelakiku,
saat aku membuka pintu atap sekolah, angin semilir menerpa wajahku yang mulus, aku terus berjalan untuk melihat keadaan di bawah, senyumku mengembang saat melihat dia yang sedang memakan kentang sambil membaca novelnya sendiri, dia selalu tampan dengan rambut yang berantakan karena angin,
ingin rasanya aku menjadi angin agar bisa mengelus rambut coklat tua mu,
Ingin rasanya aku menjadi novel itu agar selalu dilihat dengan mata indah hazel mu,
Ingin rasanya aku menjadi rambutmu agar selalu dijaga dengan dirimu,
Ingin rasanya aku menjadi milikmu, namun aku sadar bahwa aku tidak akan pernah menjadi milikmu dan kau tidak akan pernah menjadi milikku.Pemandangan ini adalah pemandangan terindah dalam sejarahku, tak ada yang tau bahwa aku mengagumi seorang dewa yunani ,aku terus menatapnya sambil memakan sandwich yang kubawa
Semuanya baik-baik saja hingga pada akhirnya sesuatu terjadi, kulihat justin memegangi kepalanya kuat kuat, lalu ia berdiri, tangan kanannya menutupi mulut dan tangan kirinya memegangi perut, dia berlari ke semak semak lalu..
ada apa dengannya? Apa dia muntah? Entahlah dia membelakangiku, ia duduk kembali lalu memegangi kepalanya, meremas rambutnya, dahinya berkerut, mulutnya terbuka sedikit, mukanya memerah, ada sedikit perasaan sakit di hati saat melihat lelakiku kesakitan seperti itu. Apa yang membuatnya kesakitan hingga seperti itu?
Justin POV
Untuk kesekian kalinya kepalaku terasa benar-benar sakit, sebenarnya ada apa dengan diriku?
Tiba tiba rasa mual dan sakit kepala hebat menjalar di tubuhku, aku bangkit dari duduku, aku berlari ke semak semak.. entah mengapa aku berlari ke semak semak, itu benar-benar reflek, aku memuntahkan cairan yang sedikit berwarna hijau, ehghh.. aku tau itu benar benar menjijikan, aku rasa aku harus ke dokter sepulang sekolah.
aku mengelap mulutku dengan punggung tanganku lalu kembali duduk, kepala ku masih terasa benar benar sakit, aku meremas rambutku, remasannya tak terasa sakit sama sekali, aku memejamkan mata, aku yakin pasti mukaku memerah karna menahan sakit ini,
saat aku membuka mata aku merasa diriku berputar, aku mengarahkan mataku pada satu titik, pohon, ya pohon, aku terdiam cukup lama, entah apa yang ku lamunkan.
1 menit, 2 menit, 5 menit aku terdiam hingga ada seseorang yang menepuk bahuku
"justin!"
Aku terkejut "A-apa? Ada apa?" Kataku dengan terbata bata
Aku mendecak kesal "Ckk.. jordan bisakah kau tidak membuatku terkejut!" Kataku sambil mengerutkan keningku
"hey! Kau marah padaku?! Kau tau aku memanggilmu berpuluh puluhan kali, tapi kau mengabaikanku! Menyebalkan" kata jordan kesal
"Aku tidak mendengarmu memanggilku" kataku sambil memutar mata
"Serius justin? Kau tidak mendengarku?! Ada apa denganmu?" Kata jordan
"Hah? A-aku T-tidak apa apa, memangnya ada apa denganku?" Aku bertanya balik kepada jordan
"Kau.. kau terlihat aneh akhir akhir ini, kau selalu melamun dan mukamu juga selalu memerah, ada apa denganmu just?" Kata jordan serius
Aku terdiam cukup lama
"Just-"
"Aku tak tau" aku memotong ucapan jordan cepat
Aku bangkit dari duduku yang nyaman lalu meninggalkan jordan begitu saja.
'Aku juga merasa aneh akhir akhir ini'
--
Author POV
16.45
Lelaki berambut coklat itu berlari ke taman kota, ia menendang pohon yang tak bersalah, meremas kertas hasil pemeriksaan dokter hingga kuku kuku jarinya memutih, mukanya memerah, matanya mengeluarkan air yang bisa membuat orang lain ikut menangis, lelaki itu berteriak, tak peduli jika orang orang menganggapnya gila
"Sial! Sial! Sial! Penyakit sialan! Fuck! Tidak! Ini tidak mungkin! Ini pasti salah! Aku yakin ini salah!!" Ia terus berteriak hingga akhirnya terdiam sambil memegangi kepalanya, ia berjalan sempoyongan sambil memegangi kepalanya, hingga akhirnya ada seseorang yang menyentuh bahunya dengan lembut
"hey, ada apa dengan mu?" Kata seorang perempuan dengan lembut
"Siapa kau!? Jangan sentuh aku!" Kata lelaki itu sambil menepis tangan halus perempuan itu
Perempuan itu terkejut "M-maaf, aku hanya berniat membantumu" kata perempuan itu
"Aku tidak membutuhkan bant-" ucapan lelaki itu terpotong saat tangannya meremas rambutnya dengan kasar lalu ia memejamkan matanya kuat kuat
Perempuan itu panik dengan keadaan justin "A-apa kau baik baik saja? Apa aku perlu membawamu ke rumah sakit?" Kata perempuan itu sambil mengelus lengan lelaki itu dengan lembut
Lelaki itu menepis dan mendorong perempuan itu hingga terjatuh lalu berteriak,
"Tidak perlu! Sudah kukatakan bahwa aku tak membutuhkan bantuanmu! Pergi dan Jangan pernah menampakan wajahmu di hadapanku lagi!" Ucap lelaki itu sadis
--
Lucy POV
Katakan, apa baru saja ada yang menusuk dadaku? Rasanya begitu sakit mendengar kata kata mematikan dari seseorang yang kita cintai.
Aku bangkit, lalu berlari meninggalkan justin yang mematung.. entah karna apa, aku terus berlari dengan air mata yang mengalir begitu derasnya
Aku tak peduli orang orang berkata 'cengeng' kepadaku, aku manusia,
aku tak akan berdosa jika menangis, untuk apa tuhan menciptakan hati jika hanya untuk disakiti? Dan satu satunya cara wanita agar sakit itu hilang hanya dengan 'menangis'Entah apa yang membawaku kembali ke atap sekolah, mungkin batinku yang ingin mencurahkan semuanya ke angin, air mata masih setia mengalir di pipi ku,
Kumulai kebiasaanku,
"Ada apa dengannya?"
"Aku hanya ingin membantunya!"
"Mengapa dia kasar kepadaku?"
"Aku tak mungkin bisa membencinya"
"Aku terlalu mencintainya"
"Bisakah waktu berputar?"
"Jika ya, aku hanya tidak ingin berbicara padanya"
"Seharusnya aku tidak mengganggunya"
"Aku datang di waktu yang tidak tepat"
"Jika aku tidak datang dan berbicara padanya mungkin dia tidak akan melakukan itu padaku"
"Ini semua salahku"
"Aku terlalu lancang"
"Sekarang bagaimana?"
"Ia tidak ingin bertemu lagi dengan ku"
"Aku memang bodoh!"
Aku terus memaki diriku sambil menangis tanpa henti, ini lah aku jika berbuat salah, selalu mencaci dan memaki diri sendiri.
Tuhan, katakanlah, apa salah ku? Hingga pujaanku bisa berkata sekejam itu, bahkan ini baru pertama kalinya aku berbicara dengannya,
'Ini semua adalah awal yang buruk'
****
Vote 10++ dong, nanti di next chapternya, pencet bintangnya ya
Please dong jangan jadi silent reader
Makasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Love
Teen FictionDisini aku berada, di lantai paling atas sekolah, menatap kau yang selalu tampan dengan wajah damaimu, kau yang selalu terduduk di bangku tua ujung lapangan dengan teman setiamu, kau yang selalu tersenyum, kau yang selalu bermain basket saat pulang...