3

163 16 0
                                    

'Awal yang buruk, akhir yang buruk'

20.00

Malam hari berada di atap sekolah? Bukan masalah bagiku, yang terpenting aku bisa menenangkan diriku dari.. apa yang telah terjadi.

Aku menatap langit malam yang mendung, sepertinya bintang dan bulan masih malu malu untuk menampakan cahaya indahnya,

Beralih kebawah, kulihat seorang lelaki memasuki lapangan, ia berjalan sambil menunduk lalu duduk.. emm.. maksudku meringkuk memeluk lututnya di tengah lapangan, punggungnya bergetar.

Napasku tertahan sebentar,

"Lelakiku" lirihku

"Jangan menangis, kumohon" kataku seperti bisikan, kurasa suaraku terbawa angin malam.

Aku terkejut saat ia perlahan mendongkak untuk melihat langit malam yang mendung, aku melangkah ke belakang agar tak terlihat olehnya.

Aku menghela napas lagi "langitnya mendung ya just, sama kaya pikiran kita, sama kaya keadaan kita, sama kaya ...."

Aku menutup mata sebentar, menahan napas lalu membuka mata perlahan.

"Hufftt" aku menghela napas lagi

Aku melangkah maju lagi untuk melihat ke bawah, justin masih di sana, setia meringkuk di tengah lapangan dengan punggung bergetar.

"AAAAAAKKHH!!" justin berteriak sambil meremas rambutnya

Oh tidak! Ada apa lagi ini? Tolong jangan membuatku cemas lagi justin, kumohon

"ADA APA DENGANKU TUHAN? APA SALAHKU? MENGAPA KAU MEMILIHKU UNTUK MENANGGUNG SEMUA INI?" justin berteriak sambil terisak

"kumohon cabut penyakit ini tuhan.." kata justin lirih

Aku tertegun "A-apa? Apa katanya? P-penyakit? Penyakit apa? Apa maksudnya? Apa dia.." kataku sambil menutup mulutku .

"Yaa tuhan.." kata justin lirih

Punggung justin bergetar hebat karna tangisan, bolehkah aku memeluknya sekali saja agar getaran dan tangisan itu hilang? Kumohon? Aku tak bisa melihatnya seperti ini.

"Aku harus turun, aku tidak bisa berdiam diri disini melihatnya terus menangis tanpa berbuat apa-apa, ya aku harus turun" kataku sambil berjalan ke arah pintu

Aku baru saja ingin membuka pintu untuk turun dan menenangkan justin, namun seketika bayangan justin membentakku saat berada di taman kota terlintas begitu saja, aku berhenti lalu terdiam.

"Tidak.. kurasa tidak, kurasa dia hanya perlu sendiri dan menenangkan pikirannya" kataku sambil berjalan berputar arah untuk melihat keadaan justin dibawah dari atas sini.

Aku melihat kebawah, kulihat justin masih meringkuk, diam tak bergerak sama sekali

Apa dia mati?

Hening

Oh tidak! Tidak mungkin! Apa yang kau pikirkan lucy! Dia tak mungkin mati! Dasar bodoh, tidak, dia tidak mungkin mati!

Tidak lama setelah pikiran bodoh itu terlintas di otakku seorang wanita datang menghampiri justin, ia duduk di depan justin, memandangi lelakiku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, wanita itu memegang dan mengelus lengan justin dengan lembut.

Justin mendongkak ke wanita itu, matanya merah sembab, wanita itu tersenyum lembut ke arah lelakiku.

"Hei, apa yang kau lakukan disini? Dan.. mengapa kau menagis? Apa kau mempunyai masalah? Jika kau ingin berbagi aku tak keberatan" Kata wanita itu sambil tersenyum lembut

Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang