Sampai di rumah aku kembali teringat pada sosok Senja. "Apakah ini pengganti yang diberikan Tuhan kepadaku saat Ita menjauh dariku ???" gumamku pelan sambil tidur telentang di kasur dengan melipatkan kedua tanganku dibawah tengkuk. Lambat laun lamunanku berubah menjadi kantuk yang gencar menyerang sehingga aku pun terlelap dalam buaian mimpi.
Esok harinya, aku ketemu Dandy. Memang aku satu kuliahan dengan dia meski berbeda jurusan. Dandy berusaha kembali mengakrabkan diri kepadaku seakan ingin berusaha menetralisir ketegangan yang ada. Bagiku, sakit hati takkan begitu saja mudah hilang. Mungkin aku bisa menerima permintaan maafnya, tapi bukan berarti hatiku bisa 'legowo' begitu saja.
"Hai bos, sori yang kemaren...pasti lo ngerasa gak enak atau gimana gitu waktu lo tahu gue jadian sama Ita. Sori ya, gue ga ada maksud maen serobot kayak sopir angkot rebutan penumpang...ini murni gue lakuin atas dasar suka sama suka...yah bisa dibilang sama-sama cocok lah..." ucap Dandy sesaat setelah kita bertemu dengan panjang lebar mirip pengacara yang dengan berbagai upaya ingin meng-goal kan klien-nya.
"aihh..santai aja man, lo bawa deh Ita..gue mah cukup ganteng buat cari yang laen hehehe.." jawabku santai sambil berlagak menirukan gaya ahmad dhani yang terkesan dingin namun ngegigit.
Tak ingin berlama-lama bersama si sopir angkot 'Dandy', aku lekas meluncur ke kelas mengingat kuliah akan segera dimulai. Hingga siang, kuhabiskan waktu dengan hanya duduk di bangku kelas, istirahatpun aku tak beranjak dari kelas. Bukan karena males ketemu Dandy lagi di kantin atau lagi merana memikirkan Ita, tapi karena kantong emang lagi bokek tak bertulang hehehe. Saat jam kuliah habis baru aku beranjak sekaligus pulang.
Sampai tempat parkir motor, HP ku berbunyi. Nampak no asing dilayar tersebut.
"Ya...halo !" ucapku lirih.
"Halo...ini mas Bintang? Saya Senja mas...ini tadi saya dapat telepon dari bengkel, motor udah kelar diperbaiki. Mas bisa antar saya kesana untuk ambil motornya?. Saya tunggu di depan gerbang kampus Y ya mas.." balas si penelepon yang ternyata Senja.
Serrrr... "idih...kenapa perasaanku tiba-tiba merasa semriwing begini ya begitu menerima telepon dari senja?" batinku dengan dihiasi binar indah pelangi harapan.
"ehhh...eh..ii..iya ditunggu ya, 15 menit lagi sampai sana" jawabku terbata.
Lambaian tangan Senja nampak dari kejauhan saat motorku menyusuri jalan terjal sekitar 20 meter di depan gerbang kampus Senja. Saat motorku mulai mendekati sasaran, mak deggg...aku lihat siang itu Senja begitu cantik menggoda. Dengan rambut sebahu yang menambah sempurna wajahnya yang berkulit putih mulus, dipadu dengan dandanan casual, Senja terlihat begitu seksi dan menawan. T-shirt ketat warna maroon membalut perut rampingnya dengan sempurna. Dibagian atas, t-shirt itu terlihat semakin sesak karena terdorong oleh tonjolan gunung muda yang begitu bulat, mancung, dan menggoda. Sebuah rok jean's diatas lutut menyokong erat bongkahan pantatnya yang semoks. Penampilannya menambah bening dan riangnya hatiku.
Dengan sigap Senja naik di boncengan motorku dan kami pun meluncur ke TKP. Namun sayang seribu kali sayang, sampai di lokasi ternyata bengkel telah tutup.
Akhirnya kuajak Senja mampir dulu ke sebuah cafe untuk melepas lelah. Kami terlihat semakin akrab di hari yang kedua setelah perkenalan itu.
" Mas mau pesan apa? " tanya Senja kepadaku yang sebenarnya tengah melamun dengan tatapan kosong.
"Ohh ii..iya, air putih saja" balasku tergagap sambil melemparkan senyum yang kubuat semanis mungkin.
" Kok cuma air putih?" tanya Senja heran karena dia sudah terlanjur memilih jus durian dan roti bakar.
"Kan ada wajahmu yang akan membuat nikmat apapun yang kuminum meski cuma air putih !!" jawabku dengan konyol.
"Gombaalll...!!!" ucap Senja sambil mendorong pipiku.
"hehe...biarin...yang penting cakep !!" balasku lagi dengan tidak nyambung.
"Yee...apa hubungannya coba gombal sama cakep??" ucap Senja dengan mencibir.
"hehehe....", Dukkk...
senyumku tertahan tatkala kakiku mendorong meja dengan cukup keras akibat kegirangan yang berlebihan. Dan apesnya, vas bunga di tengah meja terguling. Air yang mengisi vas bunga hidup itu tumpah dan secara kilat mengguyur Senja sehingga pakaiannya menjadi basah."Upss...sori..." ucapku sambil dengan spontan mengelap bagian depan pakaian Senja yang basah. Aku bener-bener tidak sadar bahwa aku sedang memegang dada montok Senja dan mengelapnya dengan menggosok-gosokkan tisu dibagian itu.
"ehh...sssudah..sudah ga phapha.." sergah Senja seketika sambil mulutnya sedikit mendesis seperti merasakan sesuatu yang membuatnya bergetar.
Aku baru sadar bahwa sedari tadi aku telah memegang dan sedikit meremas dada Senja. Aku segera mundur kembali ke kursiku dengan malu-malu tanpa sepatahpun kata terucap.
"Uuhh..pantas saja tadi mulut mendesis begitu...lha wong aku gosok bagiannya putingnya pakai tisu...hehehe..jadi pengen lagi.." ucapku dalam hati.
JRENG...Aku jatuh cinta...tuk kesekian kali...
Suara ringtone lagu dewa di HP ku . Kulihat nama Ita disana."Halo??" ucapku cepat.
"Kak...kenapa sih cuek sama Ita?? ga berasa apa kode dari Ita?" ucap Ita dalam telepon nya.
"Kode? Kode apaan ya? Kode pos...ato kode wilayah SLJJ ?...hmmm..kode sandi morse ya?" balasku asal karena aku juga bingung nih cewek ngomong apaan.
"Kak Bintanngg!! jahat banget sihh!! ya udah...Ita mau kerumah Kak Bintang saja sejam lagi, jangan kemana-mana...Ita mo ngomong !" Bentak Ita galak seperti Ibu penjual sayur depan rumah saat ada orang nawar dagangannya kelewat murah.