####

9 0 0
                                    

Sampai dirumah kulihat Ita sudah duduk manyun di kursi teras.

"Udah lama ta?" tanyaku setelah berhasil men-standarkan tengah motor ku yang berat dengan sukses karena memang nih motor paling bandel kalau diajak standart tengah.

"Yee..nanya lagi !! kan Ita sudah bilang, jangan kemana-mana...lagian orang rumah lagi pada kemana sih kak?" jawab ita ketus bin jutek.

"Lha ngapain kamu sewot? Ini kan rumahku, mo keluar kek, mo masuk kek, ya terserah aku...trus kalo keluargaku mo keluar harus laporan sama kamu...begitu?? kalo kamu dateng cuman buat ngomentarin aktifitas keluargaku, mending pulang gih sanaaa !!" bentakku emosi karena ulah Ita yang maen 64.237.43.94 kayak pemadam kebakaran.

"Yaa..ya..bukan begitu kak...iya deh Ita minta maaf..Ita boleh masuk kan?" balas Ita sambil terpaksa pasang senyum karena takut ku usir.

"Enggak !!!...kalau mo ngomong disini aja..cepetan...aku capek, mo tidur !!" bentakku lagi karena memang sedari awal aku ga suka pada kehadiran Ita. Hatiku sudah terlanjur 'mangkel'.

"Ehmm kak...Ita tahu kalau diem-diem kak Bintang naruh hati ke Ita, tapi emang nembaknya keduluan Dandy sih...tapi...Ita nerima Dandy kan buat mancing kak Bintang !!! buat kasih kode kakak bahwa Ita butuh kakak buat perjuangin Ita agar ga direbut Dandy...tapi....kakak malah pergi, tadi pagi juga kata Dandy, kakak nyerahin Ita ke Dandy, kakak mo cari cewek lagi...KAK...AKU SUKA SAMA KAMU" terang Ita dengan suara bergetar, tapi bukan karena grogi atau menahan tangis. Suaranya bergetar karena kebetulan rumahku bersebelahan dengan rel kereta api, dan kebetulan pula pas ada kereta lewat sehingga tanah disekitarnya menjadi bergetar.

Aku tersentak kaget. Tiba-tiba hati ini merasa menyesal bukan kepalang. Aku merasa telah men-judge berlebihan atas peristiwa ini.

"Ita...maaf jika aku bikin kamu kecewa karena tidak bisa mewujudkan harapanmu. Mungkin aku terlalu naif dan pecundang untuk bisa berpikir logis seperti yang kamu harapkan. Tapi...dengarkan aku Ita...Pertama...seburuk-buruknya maling ga akan mencuri barang milik sesama maling...begitu juga aku, hatiku ga akan sanggup untuk merebut pacar Dandy, temanku sendiri...Kedua...jika memang ini caramu untuk menyatukan cinta kita, maka aku bilang bahwa caramu ini SALAH. Dapat diartikan bahwa kamu telah memperalat Dandy, atau bisa jadi memang kamu awal jadian dengan Dandy memang sukan sama dia, namun karena suatu hal kemudian kamu berpaling dari dia dengan memanfaatkan keberadaanku sebagai orang yang pernah dekat dengan kamu !!" Ucapku panjang lebar sampai keringatku deras menetes seperti lagunya kang Ebiet G. Ade.

Ita tak bisa berkata-kata, tangisnya meledak. Dan aku hanya bisa garuk-garuk kepala. Lambat laun kuperhatikan Ita yang menangis. Pundaknya terguncang-guncang karena pengaruh isak yang berkepanjangan. Woww..pundak yang berguncang itu telah membuat bongkahan besar (36 B boookk..) di dadanya ikut ber-gendul-gendul. Sepanjang tangisnya, aku hanya bisa diam...memperhatikan dada indah Ita dan...menahan sesak di celana.

"Ita..aku tak butuh kamu ngomong lagi meskipun apapun alasanmu...yang pasti, Aku sayang sama kamu. Tapi, sesuatu yang telah terjadi tak akan bisa diulang lagi. Hidup adalah pilihan. Jika kamu telah memilih Dandy meski itu hanya taktik peng-kode-an saja menurutmu, maka jalanilah pilihanmu bersama Dandy. Setelah tangismu reda, segeralah pergi...aku tak enak dengan orang tuaku yang sebentar lagi mau pulang" ucapku tegas.

Beberapa menit kemudian kulihat Ita berbalik dan melangkap gontai meninggalkan pelataran rumahku. Sesaat dia berhenti dan menengok kepadaku seperti berharap aku mengejarnya seperti di adegan Rangga-Cinta film AADC. Namun aku bukan lelaki macam itu. Kulambaikan tanganku mengisyaratkan dia untuk segera pergi. Dari belakang kulihat goyangan buah pantat indah Ita yang terbungkus celana pendek berbahan kaos ketat. Terlihat padat dan berisi. Semakin jauh Ita melangkah, semakin lama kulihat goyangan pantat itu, dan semakin sesak pula celanaku.

Twilight ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang