Part 1. Chicken Stalker

409 22 4
                                    

Awan stratus menyiratkan warna jingga, terlihat menenangkan di sore yang cerah ini. Berbanding terbalik dengan yang terjadi di bawahnya, kendaraan terlihat berdesakan, terdengar suara klakson dari segala penjuru, telihat asap mengepul dari knalpot bis di sebrang sana, klaksonnya juga tak kalah kencang seakan ingin menguasai jalan yang jelas-jelas tak bisa diperebutkan. Hiruk pikuk kehidupan ibu kota, dan Steff berada di tengah-tengahnya, menggerutu.

"Bisa gila gue kalo tiap sore kayak gini," kesal Steff sambil memukul setir dihadapannya.

Ia baru saja pulang kerja setelah menyelesaikan shift siangnya. Pagi tadi ia kuliah, sehingga ia izin dan berpindah di shift siang sampai sore. Kerjanya hanya dari jam 1 sampai jam 4, tidak lama, namun perjalanan pulangnya bisa memakan waktu istirahatnya yang berharga, itulah alasan mengapa ia lebih suka shift pagi sampai siang saja.

Tiiiinnn ... Tiiiinn ....

Suara klakson yang bersahutan masuk melalui celah jendela.

"Ah elah, ga liat apa di depan masih macet gitu! Punya mata pada nggak di pakek apa ya?" tanya Steff sambil mencak-mencak sendiri karena mobil dibelakangnya terus membunyikan klakson dengan tak sabaran.

Setelah hampir 2 jam terjebak kemacetan, Steff akhirnya sampai di apartment dengan tampang kusut menghiasi wajah cantiknya. Jam digital dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 18.05, sungguh perjalanan yang panjang jika ia pulang di sore hari.

Kaki mungil itu melangkah keluar dari lift yang mengantarkannya ke lantai 3, tempat unitnya berada. Ia berjalan gontai ke pintu kedua sebelah kanan, angka 302 tertera di depan pintu yang cukup besar itu, di bawah nomor unitnya tertempel surat cinta berwarna merah muda yang sudah tak asing lagi baginya.

Srek!

Steff mengambil surat itu, sudah 4 tahun surat cinta ini secara rutin ia dapatkan, entah itu di jendela kamarnya (sebelum ia kuliah) ataupun di pintu apartment seperti sekarang ini.

Steff membuka unitnya dan melepas sepatunya asal, ia masuk ke dapur kering sambil membuka surat kecil itu dan kemudian membaca petuah di dalamnya.

"Jangan menggerutu di kemacetan, kau terlihat sangat lucu dari kejauhan, orang lain bisa melihat tingkah lucumu meski kau ada dibalik kaca.

Maaf aku mengawasaimu lagi, it is because I love you.

With love, your Man."

Begitulah isi surat kecil itu, catatan di dalamnya juga sangat singkat, padat, namun sangat pemborosan, pertanyaannya selama ini adalah 'kenapa harus selalu dimasukkan ke dalam amplop merah muda?'. Seseorang yang mengaku sebagai 'Her Man' ini sangat konsisten dan sangat pemborosan jika menggunakan amplop untuk membungkus catatan sekecil mungil itu. Sticky notes akan lebih cocok digunakan untuk catatan sesingkat itu.

Steff memasukkan lembaran yang ia baca ke dalam amplopnya lagi, ia mengambil air minum dan kemudian melangkah ke ruang tengah, membuka laci di bawah TV, dan mengumpulkan sepucuk surat hari ini dengan surat-surat merah muda lainnya. 

Ia duduk sebentar di sofa untuk menghabiskan air minum, setelahnya ia mencuci gelas dan menuju ke kamar untuk membersihkan diri karena ia akan keluar malam ini, seperti biasa, Jack akan menjemputnya untuk makan malam di kediamannya.

My Mysterious ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang