Andre meneguk minuman di gelasnya sampai habis tak bersisa. Sejenak kemudian ia meletakkan gelas ke nampan yang sedang dibawa oleh pelayan yang lewat dan mengambil satu gelas minuman lagi dari nampan yang sama. Sambil memegang gelas di tangannya, matanya terus tertuju pada sebuah sisi ruangan yang sedang dipadati banyak orang.
Di sanalah dia berdiri. Perempuan itu. Perempuan cantik itu. Perempuan yang malam ini sudah berhasil membuatnya sesak nafas. Perempuan yang berdiri dikelilingi teman-temannya sambil tertawa-tawa dan seolah melupakan bahwa dirinya juga sedang berada di ruangan yang sama.
Perempuan itu memang terlihat sangat cantik. Riasannya yang tidak terlalu tebal tapi memukau semakin menambah kilau di wajahnya yang sedari tadi tak hentinya tersenyum. Rambut ikalnya yang digelung memperlihatkan lehernya yang jenjang. Gaun panjang berwarna pink tanpa lengan yang dikenakannya memang sekilas tampak cukup sopan jika dilihat dari depan, tetapi gaun itu memiliki potongan belakang yang rendah nyaris ke pinggang dan menampakkan punggungnya yang indah tanpa cela, membuat setiap lelaki yang melewatinya refleks menoleh, entah karena terpesona pada senyumnya atau karena tergoda melihat punggung putih mulusnya.
Ck! Andre mendecak sambil menggenggam erat gelasnya. Andai ini bukan di sebuah acara pesta pernikahan, tentu ia sudah menyeret perempuan itu untuk pulang. Tahu bajunya begitu, tak akan diijinkannya Kendra mengenakan baju yang mengumbar aurat itu, Andre menggerutu dalam hati. Andai ia tau lebih awal, pasti ia akan membelikan Kendra gaun lain yang lebih sopan, atau setidaknya membelikannya selendang. Sayangnya ia baru tau saat ia sudah tiba di tempat resepsi. Kendra yang bertugas menjadi bridesmaid berangkat lebih awal untuk dirias dan meminta Andre untuk menyusul belakangan.
Saat mata Andre rasanya hampir melompat keluar melihat baju yang dikenakan istrinya, dengan santainya Kendra berkata, "Baju ini seragam untuk bridesmaid, yang lain juga pakai baju yang sama."
Memang semua bridesmaid teman kuliah Kendra yang menikah hari ini mengenakan gaun serupa, tapi apa Kendra sudah lupa bahwa ia pernah mengatakan jika dirinya tak suka Kendra mengenakan pakaian terbuka di luar rumah?
Terserah perempuan lain mau pakai baju apa, tapi Kendra adalah istrinya dan Andre tidak suka jika lelaki lain menatap tubuh istrinya seenaknya. Karena itulah Andre sengaja berdiri di tempatnya saat ini agar ia bisa mengawasi gerak gerik Kendra dari jarak yang tidak terlalu jauh. Ia hanya ingin memastikan tak ada lelaki iseng yang menggoda apalagi menjamah tubuh istrinya.
Andre melirik jam tangannya.
Sudah 2 jam, semoga acara ini cepat selesai, harapnya.
Sesuai dengan perkiraannya, acara pernikahan itu pun selesai. Andre masih harus bersabar sebentar menunggu Kendra selesai berfoto bersama teman-temannya. Setelah berbasa basi dan memasang senyum palsu saat berpamitan, Andre segera menarik tangan Kendra dan mengajaknya pulang.
"Udah dong, kamu apa nggak capek ngomel sepanjang jalan?" ujar Kendra setibanya mereka di rumah.
"Mata gue lebih capek ngeliatin lo sibuk haha hihi tanpa mikirin perasaan gue," Andre terus mengomel. "Kan gue udah bilang, gue nggak suka lo pakai baju terbuka di luar rumah. Di dalam rumah aja lo nggak pernah pakai tanktop, ini di luar rumah malah pakai baju sobek-sobek begitu."
"Iya deh, aku minta maaf." Kendra mendekati Andre dan meletakkan kedua tangannya di pinggang suaminya.
"Lo nggak nyadar tadi itu banyak laki-laki yang matanya nggak berhenti ngeliatin lo? Coba kalau tadi gue nggak ada, mungkin lo udah dicolek-colek sama laki-laki hidung belang."
Memang dibandingkan teman-temannya tadi, Kendra terlihat paling memukau. Mungkin itu semua karena senyumnya yang memang mampu mempesona siapa saja yang melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. Perfect
ChickLitSudah diterbitkan oleh Bukune. Versi cetak pecah menjadi 2 buku: Marrying Mr. Perfect dan The Perfect Two. Hanya tersisa part 1 - 45 dan side story Rico & Vania. (Part 11 dst private) Cerita pertama dari "Serial Keajaiban Cinta". Ditulis 24.02.16...