Genap 3 minggu setelah acara pernikahan mereka. Sejauh ini rumah tangga mereka baik-baik saja. Andre tetap ketus dan sinis tiap kali bicara. Tapi ia cukup baik dan pengertian sebagai suami. Andre selalu mencuci piring setiap selesai makan dan membantu mengepel rumah. Ia juga membantu Kendra menjemur baju saat Kendra selesai mencuci. Sisa pekerjaan rumah tangga lainnya dikerjakan oleh Kendra.
Tidak ada masalah lain selain Andre yang sulit bersikap manis, setidaknya belum ada masalah. Oh ya, mereka masih tidur terpisah, entah sampai kapan.
Kendra sampai bosan tiap hari Vania bertanya, "Sudah?".
Kendra tau arah pembicaraannya kemana. Jangankan "sudah", mencium pipinya saja Andre tidak pernah. Tapi Kendra tidak memusingkan hal itu. Bukan itu tujuannya menikah.
Andre pasti masih canggung karena pernikahan mereka yang serba mendadak. Tapi bukannya lelaki ibarat kucing garong dan perempuan ibarat ikan salmon? Kenapa Andre tidak seperti itu? Apakah memang benar, bagi Andre dirinya masih belum mahram? Atau jangan-jangan dia salah satu anggota LGBT? Jangan-jangan selama ini persahabatannya dengan Rico hanya kedok? Hiii... Kendra jadi merinding.
Padahal andai Andre tahu, diam-diam Kendra suka mencuri pandang ke arah Andre yang sedang makan atau menyetir sambil mengagumi wajah rupawan suaminya yang sebenarnya sudah mencuri hatinya sejak pertama kali mereka bertemu. Hanya saja Kendra tidak pernah berani untuk menunjukkan rasa sukanya.
Andre tidak pernah tau bahwa Kendra sudah lama menjadi fansnya. Andre juga tidak sadar bahwa tiap hari Kendra harus menahan nafas jika Andre keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Lengan Andre yang kekar dan dada Andre yang bidang hasil kerajinannya nge-gym, terekspos dengan indahnya.
Mau tidak mau Kendra jadi berpikiran macam-macam. Rasanya ingin sekali-sekali pura-pura kepleset, supaya ditahan oleh Andre jadi, dia bisa merasakan enaknya bersandar di dada Andre atau memeluk lengannya yang kekar itu.
Tapi iya kalau ditahan, kalau dibiarkan jatuh gimana? Melihat cara Andre bersikap selama ini, rasanya kemungkinan kedua yang akan terjadi. Jadi Kendra membatalkan niatnya pura-pura kepleset.
"Sudah?" kepala Vania muncul dari balik pintu.
"Apanya yang sudah? Tiap hari tanya mulu," decak Kendra.
Siapa yang tidak kesal tiap hari ditanya "sudah?" sedangkan Vania tidak tau betapa susahnya menahan diri untuk tidak ngeces.
"Hahaha... maksud gue, sudah mau pulang?"
"Bentar lagi."
"Lo beneran nggak mau bareng gue?"
"Nggak, gue naik taksi aja. Gue mau langsung ke restoran itu."
Malam ini keluarga Ariobimo makan malam bersama di sebuah restoran karena besok Mbak Erin dan keluarganya akan pulang ke Swedia.
Kendra tiba di restoran bersamaan dengan Andre. Demi pencitraan agar terlihat normal, Andre menggandeng tangan Kendra agar mereka tampak saling mencinta di hadapan keluarga. Ini semua demi menghindari kecurigaan yang mungkin terjadi.
Andre menggenggam tangan Kendra dan Kendra menggenggam tangan Andre lebih erat lagi. Rasanya nyaman sekali. Andai bisa tiap hari seperti ini.
Kendra pernah membaca, jika saat seorang lelaki menggenggam tangan seorang perempuan dan rasanya berdebar-debar atau excited, maka lelaki itu bukanlah jodohnya. Tetapi jika rasanya hangat dan nyaman, sang perempuan merasa aman, maka itulah lelaki yang diciptakan Tuhan untuknya.
Saat Andre menggenggam tangannya seperti ini, Kendra merasa begitu hangat dan nyaman. Apakah itu berarti Andre adalah lelaki yang diciptakan Tuhan untuknya? Karena meskipun mereka sudah menikah, Kendra masih merasakan adanya jarak yang sampai saat ini belum kunjung terjembatani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. Perfect
Literatura FemininaSudah diterbitkan oleh Bukune. Versi cetak pecah menjadi 2 buku: Marrying Mr. Perfect dan The Perfect Two. Hanya tersisa part 1 - 45 dan side story Rico & Vania. (Part 11 dst private) Cerita pertama dari "Serial Keajaiban Cinta". Ditulis 24.02.16...