Sudah 1 jam Andre bersama dengan Sellina. Saat ini mereka sedang berada di bangunan dimana Sellina akan menjadikannya sebuah restoran sesuai dengan rencananya. Bangunan itu cukup luas dengan gaya yang modern dan elegan.
Andre mendengarkan dengan seksama penjelasan Sellina dan apa saja yang sudah Sellina rencanakan untuk restorannya itu. Entah karena sudah di luar jam kerja atau apa, tapi Andre merasa begitu sulit untuk memfokuskan pikiran pada kata-kata Sellina. Pikirannya terpecah. Sungguh, berdekatan dengan Sellina mau tidak mau membuatnya terseret kembali ke pusaran kenangan masa lalu.
Setelah sekitar 3 tahun tidak bertemu, Sellina sama sekali tidak berubah. Ia tetap cantik, tetap anggun, tetap memikat, dan mata Andre tetap sulit untuk berkedip, sama seperti dulu.
Andre menghela nafas. Jika bukan karena janji yang terlanjur diucapkannya beberapa tahun lalu, tentu ia tidak akan mau membantu Sellina. Saat ia menceritakan hal ini pada Rico, Rico hanya berkata "Sebaiknya jangan, tapi terserah, asal lo hati-hati".
Hati-hati itu mudah. Yang sulit adalah bagaimana menjaga hati agar rasa yang sudah terkubur itu tidak muncul kembali.
"Jadi apa saran kamu?" tanya Sellina sambil mengibaskan rambut panjangnya.
Andre terpesona. Ia selalu suka melihat Sellina mengibaskan rambutnya. Gadis cantik itu jadi terlihat semakin feminin dan anggun.
"Ehm..." Andre merasakan tenggorokannya tercekat.
Apalagi kemudian Sellina menarik kursinya ke arah Andre, membuat mereka berdua semakin tidak berjarak.
"Ya?"
"Kurasa sebaiknya dijadikan bistro," ucap Andre akhirnya.
"Bistro?"
"Ya."
"Menurutmu begitu?"
"Kurasa begitu. Konsep bistro akan lebih cocok untuk tempat ini dilihat dari bentuk bangunan dan lokasinya. Selain itu menu yang akan disajikan untuk bistro juga menurutku sesuai dengan minat kamu," jelas Andre. "Tapi ya terserah kamu mau dibawa ke mana. Mau dijadikan restoran atau bistro, anything will do, asalkan revenuenya sama besarnya 'kan."
Sellina tersenyum.
"Aku setuju apapun kata kamu," ucap Sellina sambil menyentuh lengan Andre. "Kamu 'kan jagonya," bisik Sellina kemudian tepat di telinga Andre.
Refleks Andre menarik tangannya. Sellina tertegun sejenak.
"Sorry," ucap Sellina sambil tertawa. "Aku lupa bahwa kita... you know."
"Kurasa malam ini cukup sampai di sini. Udah malam," ujar Andre yang kemudian meneguk habis minuman yang tersaji di hadapannya.
Sellina melirik jam tangannya.
"Baru jam 8 Andre. Kamu nggak mau makan malam dulu di sini? Come on, aku akan buatkan Fettuccini Carbonara kesukaan kamu," bujuk Sellina dengan senyuman yang hampir membuat jantung Andre berhenti berdetak karenanya.
Andre berusaha tersenyum.
"Terima kasih. Lain kali aja. Istriku udah menunggu."
Andre tidak menyadari bahwa kata-kata yang baru diucapkannya membuat mata Sellina meredup. Sellina tidak suka mendengar Andre menyebut kata 'istriku'.
Siapa perempuan itu? Sebegitu istimewanyakah perempuan itu bagi Andre? Lebih cantikkah daripada dirinya? Apakah Andre mencintai perempuan itu lebih daripada Andre mencintainya? Bagaimana Andre bisa menikah dengan perempuan itu? Bukankah dirinya adalah cinta hidup dan mati Andre? Sejuta pertanyaan berkecamuk di hati Sellina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. Perfect
ChickLitSudah diterbitkan oleh Bukune. Versi cetak pecah menjadi 2 buku: Marrying Mr. Perfect dan The Perfect Two. Hanya tersisa part 1 - 45 dan side story Rico & Vania. (Part 11 dst private) Cerita pertama dari "Serial Keajaiban Cinta". Ditulis 24.02.16...