VII

1.5K 50 1
                                    

Jasmine POV:

Masih dengan rutinitas yang sama. Gerald menejemputku. Dia disiplin sekali. Cih! Bisa dikatakan kami memiliki sifat dan kebiasaan yang sangat berbeda.
Awal aku dekat dengannya bahkan dia sudah terlelap sebelum pukul 12 malam. Itu dikarenakan gerald masih sering mendapatkan kelas pagi.
Mau tak mau, perlahan aku ditarik masuk kedalam kebiasannya.
Kami selalu berangkat kekampus pukul 6 pagi. Sebenarnya kelasku masih pukul 8, tapi perjalanan dari rumah kami ke kampus sudah terkenal dengan kemacetannya.
Kadang aku mengikuti jadwalnya, kadang dia yang mengikuti jadwalku.
Tapi lebih sering dia yang berkorban bangun lebih pagi, hanya agar bisa mengantarku kuliah meskipun dia baru ada kelas siangnya.

"Aku bisa berangkat sendiri sayang. Kamu gaperlu terus-terusan anter aku gini. Padahal kamu ga ada kelas pagi. Kelasmu masih ntar siang kan? Habis nganter aku, kamu mau ngapain coba? Enak juga dirumah kan molor" aku telah duduk sambil mengenakan sabuk pengamanku.

"Kan aku udah bilang berkali-kali. Aku ga keberatan. Aku sendiri yang pengen. Kamu gausah khawatir. Kan aku bisa ke kontrakan anak-anak sambil kerjain tugas juga disana." gerald fokus terhadap jalanan didepannya ketika kami mulai memasuki kawasan jalan raya.

"Hmm.. Iya. Tau. Tapi kasian kamu kan... Kamu ga bosen apa nunggu berjam-jam disana? Kamu ga bosen bangun pagi terus walaupun sebenernya kamu ga harus bangun pagi?" kataku sambil memoleskan lipstik berwarna merah muda.

"Nggak. Udah gausah bawel. Kalo aku pengen molor juga ntar aku bilang. Aku ga akan nganter kamu dengan terpaksa. Jadi kalo aku lagi ga pengen ya ga nganter. Enaugh ah debat tentang ininya". Gerald berusaha mengakhiri topik pembicaraan kami.

"Yaudahlah. Serah kamu aja. Aku intinya cuma gamau nyusahin kamu. Gamau kamu terpaksa ngelakuinnya juga. Ntar gausah jemput kekampus. Kalo kamu udah kelar, aku minta tolong Dwi aja buat nyamperin kamu ke kontrakan" ucapku yang sekarang sedang menyisir rambut.

Menyebalkan! Kadang aku sebal dengan sifat pemaksanya ini.
Aku hanya tak ingin merepotkannya lebih banyak.
Mana ada perempuan yang menolak ketika diperlakukan sangat manis oleh pasangannya? Aku rasa tidak ada. Aku bahkan sangat-sangat menyukainya. Hanya saja, selama ini dia sudah sangat-sangat manis. Dia melakukan banyak hal untukku. Dia telah berkorban banyak. Aku bingung bagaimana harus membalas perlakuan manisnya dan mempertanggung jawabkan semua perlakuannya itu. Bukankah aku harus benar-benar pantas juga untuk mendapatkan semua itu? Aku merenung. Menelisik jauh didalam lubuk hatiku. Ada sisi dimana aku mengaku bahwa aku tak pantas mendapatkan ini semua.
Dia semakin membuatku jatuh dalam pesonanya.
Karna jujur, baru kali ini aku mendapatkan seseorang yang memperlakukanku layaknya seorang ratu.

***

Ting Ting Ting

Aku mencoba membunyikan pagar kontrakan teman-teman kampus gerald disebuah perumahan di daerah kampus kami.

"Deni?!" sapaku ketika melihat teman satu kampusnya berjalan membukakan pagar untukku.

"Eh iyaa. Kamu nyari gerald? Dia belom balik. Masuk aja. Kamu tunggu di dalem kaya biasanya."

"Ok. Makasih.. Eh tapi kamu kok??" kataku seraya menatapnya bingung.

"Hehehe. Aku kesiangan tadi. Jadi bolos deh. Sekali-sekali bolos gapapa kan?" ucapnya seraya memamerkan giginya dan mengusap tengkuknya yang aku rasa tidak gatal.

Aku duduk di teras ruang tamu. Sambil melihat TV yang sebenarnya tidak menarik.
Aku telah sering menginjakkan kaki di kontrakan ini. Sekedar menunggu gerald atau berkunjung sebentar jika kami ingin.
Aku lumayan mengenal beberapa teman kampus gerald yang telah terus ku coba hapalkan.
Tapi di kontrakan ini penghuni sesungguhnya hanya 5 orang.
Teman gerald yang lain kesini hanya untuk singgah menunggu jam perkuliahan selanjutnya.
Aku tak terlalu banyak berbicara jika dengan teman-teman kampus gerald. Aku memang terlihat lebih bisa membaur dengan teman-teman rumah gerald. Mereka orang yang menyenangkan. Tidak seserius teman kampus gerald di kontrakan ini yang aku rasa hampir semuanya autis. Maksudku, mereka terlihat jarang berinteraksi satu sama lain dan lebih sering bergelut dengan laptopnya. Entah itu mengerjakan tugas atau memainkan game online. Tapi itu hanya dari penilaianku atau lebih tepatnya sudut pandangku. Hehe
Maklum, mereka memang berkuliah di kampus swasta yang lumayan bergengsi dan dengan jurusan yang lumayan memeras otak, teknologi informatika. Ah aku tak seberapa paham.

My Sweet HatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang