15

1K 42 1
                                    

Hari-hari mereka berjalan seperti biasa.
Semua baik-baik saja.
Tapi mungkin ada yang sedikit berbeda dengan perasaan Jasmine.

Jasmine POV:

Tidak ada seorang pun yang terima jika dibohongi, apalagi aku.
Aku sekeras apapun mencoba untuk jujur apalagi kepada orang yang aku anggap istimewa.
Aku sebagaimanapun berusaha untuk tidak membohongi mereka, hanya saja mungkin ada disaat aku hanya diam. Tak mengatakan apapun. Diam tidak berarti berbohong bukan?
Lagi pula, tidak semua hal harus orang itu ketahui bukan?
Sejujur-jujurnya manusia, seterbukanya manusia, ada hal-hal yang memang khusus ia simpan untuk dirinya sendiri, yang dinamakan privacy.
Lagi pula gerald jarang bertanya tentang hal-hal yang penting.
Jadi aku rasa yang paling sering berbohong atau membuat kesalahan adalah dia. Ini aku, dari sisiku.
Entah bagaimana gerald menilai.

Semakin lama perasaanku terasa semakin berbeda.
Mungkin aku sudah terlanjur tidak mempercayainya lagi.
Mungkin aku sudah terlanjur kecewa padanya.
Mungkin aku sudah terlanjur terluka karenanya.

Pengalaman percintaanku terdahulu yang kerap gagal, membuatku justru semakin perfectionist memilih pasangan dan menjalin hubungan.
Harusnya tak ada lagi kesempatan kedua bahkan ketiga.
Harusnya hubungan ini tanpa toleransi.
Harusnya jika memang telah terjadi sekali saja kesalahan, hubungan ini telah berakhir.

Ya, tadinya memang aku berencana begitu. Tak akan memberikan kesempatan kedua pun ketiga.
Jika memang kisah putih bersih suci ini telah ternoda, tak ada suatu apapun yang bisa mengembalikannya seperti sedia kala.

Menurut pengalaman, jika aku memberikan kesempatan lagi, sama halnya aku memberi orang itu kesempatan untuk melukaiku lagi.

Dan ternyata apa? Benar bukan?
Bahkan ini sudah yang keberapa kalinya?
Dia berhasil membuatku melanggar janjiku kepada diriku sendiri.
Dia berhasil membuatku bersabar untuknya dan memaafkannya.
Berkali-kali. Garis bawahi.

Orang kalo udah sekali bohong, pasti dia akan bohong lagi.
Ga percaya?
Silahkan buktikan sendiri :)

Entah bosan, entah perasaan sayangnya yang semakin lama semakin terkikis.
Yang jelas aku sudah tidak merasakan getaran itu lagi.
Aku sudah tidak bersemangat lagi. Aku hanya menjalaninya.
Aku hanya mempertahankan, bukan memperjuangkan.
Aku hanya berjalan seolah-olah datar.
Jika diibaratkan masakan, maka rasanya menjadi hambar.
Tak ada lagi benar-benar bahagia.
Tak ada lagi mukaku yang merona.
Aku terlalu berburuk sangka dengan menyangka semua ini palsu.
Mungkin selama ini aku hanya mencium topeng.
Aku mulai muak.
Aku mulai memikirkan apa yang sebaiknya aku lakukan untuk hubungan ini.
Aku mulai memikirkan apa kelanjutannya.

Hubungan ini tidak ada perkembangan.
Jalan kami masih panjang.
Kami pun tidak akan menikah dalam waktu dekat.
Jadi aku berpikir, bagaimana jika kami fokus menggapai mimpi kami masing-masing tanpa ada yang mengganggu, dalam kata lain, break, atau putus, atau apapunlah namanya.
Yah mungkin lebih baik seperti itu.
Dengan begitu, aku tidak akan mengganggu masa depannya.
Aku tidak akan mengganggu kehidupan sosialnya.
Aku tidak akan menganggu segala hal di hidupnya, seperti sebelum ada aku di dalamnya.
Atau mungkin memang seharusnya kami tidak pernah masuk kedalam kehidupan masing-masing?
Tapi nyatanya adalah, kami benar-benar masuk kedalam kehidupan masing-masing.
Aku akan membicarakan ini dengannya.

Malam itu gerald mengajakku ke suatu tempat. Dan aku berniat mengatakan isi hatiku padanya.

Tibalah kami.

"Aku pengen ngomong banyak hal, serius" ucapku memecah keheningan diantara kami

"Plis jangan ngomong yang gapengen aku dengerin" gerald menimpali

"Aku pengen ngomong yang pengen aku omongin, yang aku rasain. Bukan ngomong yang pengen kamu dengerin aja. Its about us. Not just about your self. Remember" aku mengatakannya dengan penuh penekanan

"Bisa ga jangan skarang? Aku lagi pengen nikmatin waktu ini sama kamu. Plis jangan mulai. Jangan bikin suasana jadi gaenak" katanya memohon

"Jadi aku yang bikin suasana gaenak?" kataku dengan nada setengah mengejek

"Ok. Ok. Aku. Aku yang salah" rupanya dia mulai jengah

"Kamu salah apa emang?" kataku memancing

"Bisa ga seminggu aja kita ga berantem. Kamu gaenak ya kalo ga berantem sama aku?" dia mendesak sebal

"Yang bikin kita berantem tuh aku ya?" aku terus mengembalikan pernyataannya menjadi pertanyaan. Senjata makan tuan, batinku.

"Aku selalu inget pasal 1. Wanita selalu benar" dia mendesah pasrah

"Gausah pake pasal 1. Gaperlu dibener-benerin emang yang bikin salah kamu kan?" aku sengaja menyulut emosinya

"Aku capek" dia berkata acuh

"Aku juga. Jadi enaknya gimana?" kataku mengintimidasi

"Terserah kamu aja" katanya

"Terserah aku? Yakin?" kataku memastikan.

Lama tak ada tanggapan. Aku memulai mengeluarkan isi kepala dan hatiku.

Aku : kita udah jalan berapa lama?

Dia : hampir setahun

Aku : kamu bahagia sama aku?

Dia : bahagialah. Gausah ditanya lagi

Aku : kamu gamau nanya aku balik?

Dia : hmm..

Aku : aku bahagia. Aku bersyukur punya kamu

Dia : terus?

Aku : tapi aku rasa perasaanku jadi berubah ke kamu. Gatau kenapa. Sekarang jadi aneh

Dia : hmm

Aku : aku pengen kita masing-masing. Kita putus aja. Kita jalan sendiri-sendiri

Dia : kamu ga berubah. Tiap kali ada masalah apa dikit selalu minta putus. Kaya gampang banget gitu bilang putus. Jangan-jangan selama ini kamu ga sayang aku?

Aku : aku sayang. Kalo ga sayang, ga akan ada kesempatan yang beberapa kali itu buat kamu. Asal kamu tahu, aku ga sebaik itu. Aku ga sesabar itu. Aku bukan tipe orang yang mudah memaafkan. Inget kan?

Dia : iya..

Aku : kita masih bisa jadi temen. Masih bisa pergi bareng. Masih bisa curhatan. Ya layaknya temen

Dia : gabisa. Gaenak. Temen ya temen. Temen beda sama pacar

Aku : aku bisa jadi merel yang ke dua buat kamu. Anggep aku sahabatmu

Dia : kamu pacarku. Titik. Kalo pacarku ya pacarku. Kamu pacarku, bukan sahabatku. Beda

Aku : kenapa? Karna sahabatan gabisa ngelakuin hal-hal yang kaya orang pacaran lakuin? Gitu?

Dia : pokonya gabisa. Pokonya beda. Hmmm

Aku : terus solusinya apa? Enaknya gimana?

Dia : kamu tetep sama aku. Tetep jadi pacarku. Kita tetep kaya biasanya.

My Sweet HatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang