...
Masa-masa Smp di kehidupan Satria dan Shifa kini sudah berakhir. Setelah mereka bersama merayakan hari kelulusan, tentu cerita mereka tidak berakhir di situ lohh guys. Mereka bersama mendaftar di sekolah yang sama. Yaa, Sma Matahari disanalah mereka melanjutkan pendidikan mereka. Tidak lama bagi mereka untuk mendapatkan teman baru, karna mereka sangat mudah untuk berteman dengan siapa saja.
Mereka tumbuh menjadi remaja yang semakin dewasa, Shifa semakin cantik pintar dan memiliki banyak talenta ia sangat dibanggakan disekolahnya. Bagaimana tidak ia, selalu menjuarai banyak kejuaraan seni, baik itu tari, vokal, atau pun melukis. Banyak teman laki-lakinya yang terkadang menggoda ataupun serius padanya. Tapi, ia hanya menganggap semua itu hanyalah sanjungan dan menganggap hal biasa.
Tidak kalah dengan Shifa, dari Smp hingga saat ini Satria slalu menjadi pusat perhatian di tim futsal sekolah ia diangkat menjadi Kapten dari tim futsal sekolah. Ia,menjadi idola bagi teman-teman perempuannya disekolah. Tidak hanya karna ketampanan yang ia miliki melainkan sikapnya yang ramah dan mudah bergaul.
Tetapi tidak semua orang disekolah itu yang menyukai Satria, ada saja pihak yang berusaha mengganggu kehidupannya, dan Satria sangat tahu itu.
"Shifa kamu ngerasa ngak sih, kayaknya Deo agak sinis sama aku gitu?" Tanya Satria pada Shifa yang tengah asyik makan. "Iya aku juga ngerasa juga gitu, dia baik sama orang lain tapi dia agak sombong kalo ngomong sama kamu. Tapi, tapi, kalo sama aku dia baik kok, hehehe..." dengan tawa ia meledek Satria. Sambil berfikir Satria menjawab... "Dihh, kamu mah... perasaan aku ngak ada masalah deh sama dia, aku baik-baik aja sama orang". "Apa dia iri sama kamu yaa?" Jawab Shifa dengan penuh tanya. "Iri? Kenapa?" Tanya balik Satria. "Yaa, kamu kan banyak diidolain anak-anak perempuan disekolah" jawab Shifa agak menyindir. "Tapi, kenapa? Itu hal biasa dan aku juga biasa-biasa aja. Aku ngak menganggap itu penting banget" ujar Satria dengan tegas", iya sih, dulu dia juga baik-baik aja sama kamu, yang penting kamu hati-hati aja" itulah pesan Shifa kepada Satria, kekasihnya. Satria hanya menanggapinya dengan senyuman bingung.
Yaa, sikap Deo yang tidak diperdulikan lagi itu ternyata menyimpan dendam pada Satria. Deo sangat kesal karna Satria selalu digandrungi oleh para wanita disekolah selain itu, Deo menganggap bahwa Satria telah mengambil posisinya sebagai kapten dari tim futsal sehingga ia tidak terlalu dianggap dan dipentingkan lagi, meskipun ia masih berada dalam tim futsal sekolah. Tetapi, Satria tidak menyadarinya karena, ia memang tidak memikirkan hal tersebut.
Dengan rasa penasaran Satria dan Shifa menghampiri Deo yang tengah makan fi kantin seorang diri. "Ehmm, gue boleh duduk disini kan?" Tanya Satria dengan wajah tersenyum. Dengan tatapan heran, Deo langsung mencoba pergi dari meja tersebut, tetapi Satria mencegahnya "Tunggu loe mau kemana, gue mau ngobrol dulu sama loe" ujar Satria. Tanpa mengatakan satu patah kata pun, ia langsung kembali duduk dan mendengarkan segala perkataan yang diucapkan Satria dan Shifa. Sebelumnya gue mau minta maaf nih kalo gue ganggu waktu makan loe. Gue sama Shifa, cumin mau nanya satu hal sama loe dan menurut gue ini penting banget. Gue punya salah apa sih sama loe, gue sama Shifa bingung banget kenapa loe sekarang jadi menghindar dari gue dan Shifa, padahal gue sendiri ngak ngerasa kalo gue punya masalah sama loe, tapi kalo emang kita ngak tahu kesalahan kita loe berhak ngasih ngomong blak-blakkan kok sama kita, biar kita tah prakkkkk Deo yang penuh amarah dan rasa dendam langsung memotong pembicaraan Satria dan memukul meja dengan tangan kerasnya dan berkata jadi selama ini loe gatau apa kesalahan loe? Hahh? (sambil menunjuk wajah Satria) loe itu udah ngambil segalanya dari gue. Jabatan, temen, fans, segalanya loe udah rebut segalanya deo langsung berdiri dan memukul wajah Satria. Shifa yang ada di dekatnya berusaha melerai dan menyelamatkan kekasihnya. Namun, hal tersebut tidak sesuai harapan Shifa malah menjadi korban dari pukulan Deo, tidak lama setelah ia menahan rasa sakit Shifa langsung pingsan. Tanpa pikir panjang Satria langsung mengangkat dan membawa Shifa Ke UKS dengan rasa khawatir. Deo yang tidak merasa bersalah itu pergi ke luar sekolah tanpa bertanggung jawab.
Sesampaiannya di UKS, weyy, cepat tolonmgin Shifa dia pingsan. Hidungnya tadi sempat berdarah, ayoo cepaatt begitulah kekhawatiran Satria yang hanya bisa di gambarkan melalui kata-kata. Setelah 2 jam lamanya akhirnya Shifa sadar meskipun masih ada rasa sakit di tubuhnya. Dengan penuh kasih sayang Satria merawat Shifa dan mentarnya pulang.
Kini Satria tidak ingin membahas masalah Deo lagi, baginya ia adalah musuh yang telah menyakiti kekasihnya itu. Menurutnya ini adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga baginya dan Shifa.
. . .