Episode 2
Kini Sofyah sudah berada di Negara Mesir untuk melanjutkan kuliahnya. Walaupun hanya setengah tahun namun tak menutup kemungkinan dia akan pergi dari Negara ini daripada dia harus merasakan rasa nya di jual oleh pamannya sendiri.
Menyedihkan sekali hidupnya,dikala ia merasakan hidup yang menurutnya begitu indah ia malah merasakan satu kerikil kecil muncul sampai pada akhirnya ia bisa sampai disini.
Hari pertama ia berada disini,membuat ia sedikit canggung akan cara hidup orang timur tengah ini.Mereka tak seberapa ramah tidak seperti raut bahagia saat ia diliput dan disiarkan di Tv.
Sofyah Pov
Aku kini berada di Mesir,dan disini aku sudah mempunyai satu orang teman bernama Maryam Maharanni. Seperti nama Indonesia ya karena memang seperti itu yang sebenarnya. Dan ternyata aku satu kampus serta satu fakultas yang sama dengan dia.
Aku dan Maryam sekarang sedang ada di dalam kamar kami berdua,dia pun mulai merespon cerita tentang keluarga ku dan kejadian sebelum aku pergi ke Mesir.
“Jadi maksud kamu itu? Kamu di jual oleh paman kamu sendiri?”
“Ya,bisa di bilang seperti itu aku juga tidak mengerti kenapa pamanku sampai tega menjualku ke tempat pelacuran? Aku benar-benar takut,Mar?”
“Takut akan apa? Memangnya kamu punya salah apa?”
“Sebenarnya aku juga bingung aku salah dimana? Tapi hati aku tidak akan tenang sebab ayah dan ibu aku tidak tahu kabarnya seperti apa?”
“Jadi sampai hari ini kamu tidak tahu kabar orang tua kamu”
“Iya,menurut kamu aku pasti salah ya?”
“Aku juga bingung sih,masalahnya aku kan tidak tahu rasanya jadi kamu. Tapi kenapa kamu tidak coba menelepon orangtua mu saja? Kalo seperti itu kan kamu tidak akan was-was seperti ini”.
“Bagaimana caranya aku menelepon? Aku dan orang tua aku saja tidak punya telepon?”
“Di jaman serba canggih seperti ini kamu tidak punya handphone”
“Iya,memangnya kenapa? Memangnya kalalu kita tidak punya handphone kita itu berdosa? Buktinya para nabi dan sahabatnya pun tidak punya handphone”
“Ya,itukan beda. Kita itu tinggal di jaman yang serba ada. Contohnya kalau kamu mau mendengarkan musik kamu tinggal tekan,kalo kamu mau menelepon atau sms tinggal kirim. Sekarang itu jaman yang berbeda dengan jaman dulu,Sof”.
“Lalu menurut kamu aku harus apa? Apa aku harus balik lagi ke Indonesia atau aku harus tetap disini”.
“Kalau menurut aku sih,kamu itu harus tetap ada disini. Karena kalau sampai kamu pulag ke Jakarta lalu kamu pergi ke kampung kamu,kesan nya seperti pasrah dengan keadaan yang ada”.
“Iya sih. Tapi kalau aku tetap berada disini bawaannya aku gak tenang terus”.
“Ya solat dong atau istighfar lah”.
“ya sudah aku ikutin saran kamu saja”.
Skip Time
Sofyah Pov
Tak terasa hari ini tepat setahun aku ada di Mesir dan baru du hari yang lalu orang tua ku menghubungi ku. Dan tiba-tiba sambungan nya terputus entah karena apa
? Yang aku heran kenapa orang tua ku bisa tahu nmor telepon ku dan kenapa mereka berbicara dengan ketakutan saat sedang bicara denganku.
Mungkin benar kata Maryam dan Ibrahim (Calon suami Maryam). Kalau yang namanya batin orang tua pada anak tidak dapat diragukan lagi. Entah mengapa aku ingin sekali menjadi seperti Maryam,Dicintai oleh pria yang baik dan sholeh. Apalagi masa depan seorang Ibrahim tak dapat di ragukan lagi,tampan,berhati mulia,patuh pada kedua orang tuanya,dan yang paling penting di punya keberanian untuk mengkhitbah Maryam. Sedangkan aku jangankan calon suami, teman laki-laki pun aku tak punya.
Haissh kenapa aku jadi berfikir seperti itu sih, sebagai seorang muslim yang baik haram hukumnya membandingkan dirinya sendiri dengan muslim lain. Daripada aku terus menerus memikirkan sesuatu yang belum kesampaian ebih baik aku belajar agar aku bisa cepat keluar dari kampus ini dan bisa cepat pulang ke Indonesia.
Perlahan ku berlari ketempat yang sunyi
Perlahan ku sembunyi walau jalanku tak pasti
Perlahan …dan perlahan
Hingga ku bertemu dengan seekor ular yang amat ganas
Menerkam dan dan merobek kulit dan dagingku
Menghempaskan aku ke dalam jurang ke nistaan
Pertanyaannya “Apakah aku mampu menyelamatkan selembar kain utuk menutupi tubuhku?”
Jawabannya “Bahkan alam pun tidak tahu”
Rintihan kecil ku mungkin sering terdengar semenjak aku lulus dan tiba-tba di culik lalu di bawa ke Negara Eropa,yang aku pun tak paham akan bahasa dan letak budayanya #Maaf ya.
Dan setelah berhari-hari aku hanya mendengar orang asing berbicara dan kini penutup mata ku di buka,mata ku tiba-tiba melotot tajam.
“PAMAN…”
“Halo Sofyah,akhirnya kita beremu lagi. Kira-kira sudah satu tahun lamanya kita bermain petak umpet dan akhirnya saya menemukan kamu….”
“Maksud Paman apa?
“Maksud saya masih sama, saya hanya mau kamu bekerja untuk saya”
“Bekerja,Hah maksud paman bekrerja sebagai seoarng pelacur hah iya. Saya tidak akan pernah sudi mengorbankan kehormatan saya hanya untuk nbeberapa lembar uang rupiah”
“Apa kamu bilang?”
“Iya, saya tidak akan pernah mau. Karena menurut saya,seorang pelacur itu bukan pekerjaan tapi sebuah penghinaan untuk seorang perempuan. Atau jangan-jangan paman tu lair bukan dari rahim nenek tapi dari seonggok batu yang tak bernilai”.
“Apa katamu? Oh kamu suadah berani sama saya hah iya”
“iya, saya hanya takut pada Allah bukan dengan seorang manusia yang mungkin lebih kotor daripada sampah di jalanan”.
“Saya peringatkan kamu sekali lagi,jangan pernah macam-macam terhadap saya atau saya tak akan segan –segan untuk melukai kamu”.
“oh kalau paman ingin melukai saya silakan saya iklas daripada saya yang harus masuk ke dalam neraka karena menjual tubuh saya,lebh baik paman saja yang masuk ke dalam neraka”.
“Oh oke,kali ini saya kalah tapi lain kali jangan pernah berharap saya akan memberi kamu ampun,inget itu”.
#Thanx ya yang suadah membaca but For Your Information ini belom inti cerita ya tapi uda opening kalau ibara makanan ini baru buah alias makan pembuka. Well selamat menikmati#
#Kerjaan Iseng

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN SUMMER
Teen FictionCerita ini berawal dari seorang gadis yang memiliki harapan yang sangat tinggi dan dapat di raih namun apa mau dikata takdir berkata lain hiup tak seindah pelangi dan tak semanis gulali tapi hidup seperti jarum pentul yang menyakitkan saat tertusu...