All Begin on Here

68 4 3
                                    

Tolong baca dengan sepenuh hati, resapi setiap kalimat yang kukatakan. Aku tak mampu lebih lama memendam perasaan ini, aku terlalu lelah untuk menunggu takdir tidak pasti yang selalu kuimpikan. Aku ingin menceritakan pada kalian secara singkat.

Mungkin separuh sahabatku mengetahui, tapi ada rasa ingin berbagi hingga tanganku mengetik semuanya disini. Hanya satu perasaan yang membuatmu merasakannya. Penasaran.

-------------------------------

Gadis itu mengucek matanya dan menggeleng gelengkan kepalanya pelan untuk membuat rohnya kembali. Tangan kanannya meraba nakas dan mematikan ponsel yang sedari tadi berdering karna alarm yang menunjukkan waktu 05.00am.

Ia mengerjap beberapa kali, hari sabtu yang seharusnya ia nikmati dengan bermalas malas dengan bangun siang harus ia korbankan demi satu ekskul yang sangat ia tekuni. Hari ini ekskulnya mengadakan latihan gabungan yang dilakukan semua sekolah di jakarta dalam rangka menambah teman dan menambah wawasan untuk menjadi seorang palang merah yang baik dan handal.

Ia sudah banyak latihan dan membaca buku tentang palang merah agar tidak kelihatan bodoh di depan umum nanti saat latihan itu diadakan. Seorang lelaki setengah baya membuka pintu kamarnya pelan berniat membangunkan putrinya agar segera menjalankan sholat subuh.

Dilihatnya putrinya yang sudah bangun dan segera berpesan untuk segera melaksanakan sholat lalu kembali keluar. Menguap sekali lagi gadis itu meyakinkan dirinya bahwa ia sudah bangun lalu beranjak sholat dan mandi.

Gadis itu terkikik geli melihat ibunya yang setengah kesal karna tidak mau menghabiskan sarapannya. Ia langsung naik kemotor dan pergi ke sekolahnya tempat berkumpul teman satu ekskulnya untuk berangkat bersama menuju gedung PMI.

Rey POV

Dengan senyum yang merekah, aku melambaikan tangan kepada teman satu ekskulku, lalu berhambur mendatangi mereka.

"Hari spesial nih, bisa nyium bau gue gak?" Tanyaku sambil bergerling jahil, lantas mereka mendekatkan hidungnya kearahku lalu memekik kaget.

"Anjrit lo re, wangi amat sih kayak mau ketemu siapa aja." Pekik Pani, sambil menutup ditungnya. Jujur, aku memakai parfume milik papaku karna kurasa parfumnya lebih wangi dibanding parfumku.

"Idih, centil banget lo najis, gue tau pasti gara gara hari ini mau ke PMI kan banyak cogan tuh, bisaan aja emang lo ya." Sambung Via, sahabatku ikut nimbrung saat baru turun dari motor.

"Alah sok banget lo, lo juga wangi banget udah kayak melati busuk. Kenapa gak sekalian lo pake menyan biar setan pada nempel sama lo?" Sarcasm Amel menyindir Via setelah ia mencium wangi badan Via yang lebih wangi dariku.

"Sialan. Ini bau vanilla bego. Idung lo bermasalah?" Semburnya lawak dengan muka pura pura kesal.

Kami tertawa keras atas kekonyolan kami sendiri, selalu seperti ini, kekuarga pmrku memang pantas disebut keluarga walaupun kadang ada yang egois, kami akan menyelesaikan secara bersama. Aku menyayangi mereka semua dan bersyukur memiliki mereka.

Dari jauh kulihat senior kami, kak Luna datang sambil menggenggam satu kartu yang kuyakin kartu trans jakarta. Lalu kami berdoa bersama dan pergi ke gedung PMI.

*****

Jujur, naik trans jakarta adalah suatu bus yang tidak baik dan tidak buruk, perjalanan terasa panjang apalagi dengan mata yang masih mengantuk membuat semua orang yang ada di bus pagi itu memasang wajah malas dan wajah lesu.

CuriousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang