Pertemuan

41 7 0
                                    

*Siva POV

Aku pun sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter. Untung nya kaki ku tidak apa-apa dan aku hanya syok saja.

Irvan dengan baik hati nya ingin mengantarkan ku pulang. Walaupun kita baru kenal, tetapi Irvan kelihatan seperti cowok yang baik sekali. Irvan berperawakan tinggi, memakai kacamata, model rambut nya cocok dengan wajah nya yang tampan. Irvan pun menaruh tangan ku di bahu nya dan membawa ku ke mobil sport merah nya itu.

"Kamu gak usah takut sama aku ya Siva. Kamu aman sekarang. Rumah kamu dimana? Biar aku anterin." ucapnya.

"Iya Van, kamu baik banget sama aku. Makasih ya, Rumah ku di Griya blok D4 no.18." jelas ku.

"Tidak apa-apa Siv. Oh ya sudah, kalau kamu masih lelah, tidur saja ya. Tenang, aku gak bakal macem macem kok." Irvan meyakinkan.

Tak terasa, kami pun sudah sampai di depan rumah. Tapi, aku tiba-tiba terkejut karena di depan pintu rumah ku dicantumkan "RUMAH INI DISITA."
"Apa apa an ini ?! Mama ku dimana sekarang?." Ucapku sambil menangis.

"Tenang ya Siva. Jangan menangis gitu." ujar nya menenangkan.

"Gimana aku bisa tenang? Ibu ku sekarang dimana? Ini kan sudah malam. Aku harus cari Mama kemana?." ucap ku khawatir.

"Ya sudah, kamu menginap dulu saja di rumah ku. Kebetulan di rumah ku ada kamar tamu,kamu bisa tidur disana. Tenang saja, di rumah ku ada banyak orang kok. Ada Ibu,Ayah,dan Kakak ku. Soal Mama mu, kita cari sama sama ya besok!." ucapnya sambil tersenyum.

"Terima kasih ya? Aku sepertinya sangat merepotkan mu." Ucap ku ragu.

"Sama-sama. Kamu tidak merepotkan ku kok. Tenang saja !." jawabnya.

Sampai lah aku di rumah Irvan. Rumah nya sangat luas. Semua ruangan nya bercat putih. Sehingga terkesan lebih luas.

Ibu dan Ayah nya Irvan pun menyambut ku dengan hangat.

"Van, kamu bawa siapa? Kok gak pernah kenalin ke Ibu? Hahaha." Can da nya.

"Oh iya Bu, Ini Siva, tadi aku melihat dia terkapar di bahu jalan jadinya aku bawa ke UGD trus ya gitu. Tenang Bu, Siva anak baik baik kok." jelas Irvan.

"Oh gitu toh, iya sih keliatan dia anak yang baik. Cantik pula. Ya sudah, Siva kamu istirahat dulu ya di kamar tamu." ucap Ibu Irvan.

"Hehe makasih tante, maaf ya sudah merepotkan." ucap ku.

"Gak apa apa kok Nak." balas nya.

*Irvan POV
Setelah Siva sudah masuk kamar, aku pun langsung kamar ku dilantai dua. Vicky, Kakak ku, menepuk keras bahu ku dari belakang sehingga membuatku terkejut.

"Hei! Ciee.. Adik nya kakak sekarang sudah berani ya bawa cewe ke rumah! Nama nya siapa tuh? Manis juga. Kamu suka ya sama dia?." ucap Vicky.

"Ih apa sih kak. Inikan hanya darurat. Namanya Siva. Ah enggak, aku gak suka sama dia." ucap ku sambil nyengir.

"Oh Siva, ya sudah kamu tidur sana. Udah malem nih!." perintah nya.

"Iya iyaaa." ucap ku sambil menutup pintu kamar.

Aku pun berbaring di kasur warna putih. Entah kenapa, aku jadi memikirkan Siva. Ah sudah, lupakan.

Aku pun bangun pukul 04.30. Segera ku turun untuk mengambil air wudhu. Kebetulan, ruang sholat di rumah ku berada di samping kamar tamu. Aku jadi bisa melihat Siva sebentar. "Eh apaan sih? Kok aku jadi begini?." ucap ku dalam hati.

Setelah solat, ku intip Siva dari daun pintu yang sedikit terbuka. Ternyata, Siva masih tidur. Mungkin dia masih sangat kecapean. Aku tak tega membangunkan nya.

Ku raih selembar roti gandum di meja makan. Aku terus memandangi pintu kamar tamu. Berharap dia sudah bangun.

Tiba tiba ada seseorang yang membuyarkan lamunan ku dengan menepuk halus bahu ku. Yang ternyata adalah Ayah ku.

"Ayah berangkat dulu ya. Ada urusan yang harus cepat cepat di selesaikan, jadinya Ayah harus berangkat pagi pagi gini." jelasnya

"Ya sudah Yah kalau gitu. Hati hati dijalan ya Ayah!." ucapku sambil cium tangan Ayah.

Siva pun kelihatan nya sudah bangun. Dia keluar dari kamar dan senyum kevil padaku. Entah kenapa ia terlihat sangat cantik pada saat itu.

"Hei, kamu kenapa ngeliatin aku kayak gitu? Aku aneh ya?." ucap Siva.

"Ah engga kok. Kamu biasa saja. Oh iya, jadi kan untuk mencari Mama mu?." ucapku.

"Pastinya jadi."jawab Siva singkat.

"Ya sudah mandi dulu sana. Kamar mandinya ada di sebelah dapur ya. Jangan sampe tersesat." ucapku meledek.

"Iyaa.. Ih emang nya aku lagi ada di hutan sampe tersesat segala?." canda Siva.

*Siva POV

Setelah semua nya sudah siap, aku dan Irvan bergegas mencari Mamaku. Aku memberitahu Irvan tempat tempat yang sering beliau datangi. Hingga akhir nya kita sampai di rumah Nenek ku.

Tok tok tok.
"Selamat pagi. Apakah ada orang di dalam?." ucap ku.

Tiba tiba tetangga nya Nenek ku berkata.

"Siva ya? Nenek mu sudah tidak tinggal lagi disini." ucapnya.

"Iya saya Siva. Oh terus, Ibu tau gak Mama ku ada dimana?." tanya ku.

"Oh iyaaa.. Ibu baru ingat. Semalam nenek mu bilang kalau dia sedang buru buru ingin pergi karena anaknya meninggal." jelasnya.

"Meninggal? Siapa yang meninggal?." mata ku membulat.

Mama ku kan anak tunggal. Berarti yang meninggal itu? Batinku.

"MAMA!." Aku menjerit. Berarti yang meninggal itu Mama ku. Aku pun menangis dan merasa depresi. Aku sekarang tinggal sendiri. Benar benar sendiri. Kesedihan ku semakin mendalam. Aku bisa stress kalau terus terusan seperti ini. Banyak sekali orang yang ku sayang tetapi sudah tinggal nama.

"Sabar ya Siva. Kamu tidak akan sendiri. Aku selalu ada buat kamu. Percaya sama aku. Jangan sedih seperti ini." jelas nya.

"Huwaaa." tangis ku makin menjadi.

Tanpa basa basi, Irvan memeluk hangat tubuh ku . dan entah kenapa aku jadi nyaman bersama nya.

" Ya sudah kita kembali ke rumah ku ya. Ini sapu tangan ,untuk menghapus air mata mu yang kini sudah hampir satu ember!." canda nya.

"Apa sih kamu, gak lucu tau!." ucapku sambil tertawa kecil.






















******
Sekian dulu ya. Jangan lupa vote 😁😁hihi

Sad But TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang