FUCKGIRL SERIES #2
[ Spin of Fuckgirl Career, bisa dibaca terpisah. ]
"Yakin kamu gak akan suka sama aku?"
"Gak akan pernah."
"Kalau gitu, aku bakal bikin kamu suka sama aku."
Fuckgirl tapi polos? Polos tapi toxic?
Siapalagi kalau bukan Hanin. Fuckg...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brummm! Brummm! Brummm!
Terlihat dua mobil sport dan satu motor sport memasuki area halaman sekolah menuju tempat parkir yang tersedia, setelah dirasa kendaraan mereka sudah terparkir dengan benar, tiga lelaki tampan turun dari kendaraan masing-masing dengan gaya coolnya.
Suasana yang tadinya santaipun kini menjadi ricuh dan teriakan histeris mulai terdengar dari kaum hawa karena mendapat sarapan pagi dari keluarga Anderson, yang notabenenya anak baru yang langsung menjadi Most Wanted di SMA Tirtanusa.
Juan memang sudah jarang datang bersama para saudaranya semenjak berpacaran dengan Hanna, namun, itu semua tak membuat kepopuleran keluarga Anderson merosot. Justru mereka sangat bersyukur, walau Juan sudah Sold Out, setidaknya masih tersisa tiga saudaranya yang tak kalah tampan, ralat, sangat tampan, yang masih berstatus jomblo.
"Aaaaa! Gila bisa mimisan gue!!"
"Oksigen mana woyyy?!!!!"
"Aaaaa!! Alanddd!"
"Liaamm! Lo ganteng bangett!!"
"Woy! Matt senyum ke gue! Matthew Anderson senyum ke gue!!"
Liam Anderson, si cowok tengil yang juga punya julukan Fuckboy itu menyenggol lengan cowok disebelahnya seraya memakai kacamata hitam andalannya.
Yang ditanya, Matthew Anderson atau biasa disapa Matt, si cowok yang paling waras diantara para saudaranya itu terkekeh.
"Nggak. Gue senyumin semuanya." jawabnya santai.
Sedangkan si cowok berwajah dingin, Aland Anderson, yang berada disamping Matthew itu sedari tadi hanya bergeming, ia justru memutar bola matanya malas mendengar teriakan-teriakan para cewek yang menurutnya alay itu.
Tangannya terangkat untuk memasang headset ke telinganya dengan volume besar sebelum berjalan melewati para cewek alay tersebut tanpa berniat menoleh sedikitpun.
"Hai Aland!" sapa seorang siswi yang entah sudah keberapa ketika Aland melewatinya.
Namun reaksi Aland tetap sama, cowok itu tetap mengabaikan mereka seakan sapaan mereka hanya akan membuang-buang waktu berharganya.
Sesampainya dikelas, Aland duduk ditempat duduknya dengan tenang, matanya tak sengaja melirik kursi dibelakangnya, hanya ada tas Juan disana.
