Dinda terbangun pagi ini dengan perasaan bahagia. Hari ini adalah hari jadinya dengan Tristan yang pertama. Satu tahun berlalu ia telah menjalin hubungan dengan Tristan. Ia sudah lama mengagumi sosok Tristan sejak masuk SMA. Bahkan ia telah menolak mentah-mentah setiap cowok yang mencoba mendekatinya. Awal kelas 11 adalah masa-masa yang terindah baginya. Penantiannya akhirnya berhenti. Tristan cowok yang diharapkannya akhirnya menembaknya, menyatakan cinta kepadanya. Siapa yang akan menolak? Itu adalah keinginannya dari dulu. Sekarang satu tahun telah berlalu, ia sudah duduk di kelas 12.
Hari ini ia telah mempersiapkan kejutan untuk kekasihnya itu. Ia telah belajar membuat kue sendiri dari jauh-jauh hari. rasa cintanya yang begitu besar kepada tristan mampu membuat ia melakukan apa saja. ia telah siap-siap memakai salah satu koleksi baju terbaiknya. dress berwarna peach dengan high hels ternarunya. rambutnya dibiarkan tergerai agar ia terlihat menawan. mobil yang dikendarainya juga telah ia persiapkan di depan. ia telah siap berangkat.
Ia sampai di apartemen tristan hanya dengan waktu 30 menit. ia lalu naik ketempat tristan berada. karena ia sudah tau password apartemen kekasihnya itu, ia langsung masuk tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. alangkah terkejutnya ia saat membuka pintu kamar tristan. kue yang dibawahnya terjatuh, air matanya tumpah. kekasihnya telah tega menghianatinya.
"Tristan.." Lirihnya. ia yang seharusnya memberi kejutan malahan di beri kejutan.
mendengar seseorang yang memanggil namanya, tristan lali terbangun."Adinda kamu disini? ini tidak seperti yang kamu bayangkan." tristan gelagapan. ia mencoba menjelaskan. "aku bisa menjaskan ini semua."
"apa yang mau kamu jelaskan? Kamu mau bilang kalau kamu selingkuh." Air mata dinda tak berhenti menetes.
"aku cinta sama kamu din! Aku sama dia gak ada hubungan apa-apa" Tristan memohon.
"cinta kamu bilang? Ini yang kamu sebut cinta, tidur di apartemen kamu dengan wanita lain. Apa kamu nggak pernah berfikir perasaan aku gimana? Aku hancur, aku marah, aku kecewa sama kamu."
"aku minta maaf din! Maafin aku, aku ngelakuin ini karna aku tau kamu gak akan mungkin mau kalau aku ajak begini. Aku seorang laki-laki, aku punya hasrat yang tidak mungkin bisa aku bendung lagi." Tristan terus mencoba supaya dinda tidak marah lagi.
Mendengar ucapan Tristan, dinda lalu memberikan tamparan kepada Tristan. "kamu brengsek, aku fikir kamu baik, kamu gentle, tapi ternyata kamu gak lebih dari cowok bajingan, mulai sekarang kita putus." Setelah mengucapkan kata-kata itu dinda langsung pergi tanpa mendengarkan Tristan yang masih mencoba memanggil namanya.
Sepeninggal dinda Tristan langsung masuk kedalam apartemennya. Ia mengusir wanita penghiburnya sambil membarikan uang bayarannya. Ia frustasi, kejadian ini tak pernah dia duga sebelumnya. Dinda akhirnya mengerti perbuatannya dibelakang. Padahal ia suah mencoba menyembunyikannya sebaik mungkin. "aku harus mendapatkanmu kembali adinda, karna kamu Cuma milik Tristan," fikirnya.
Dinda mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Cowok yang ia cintai, ia kagumi selama ini menghianatinya. Bahkan tak pernah sedikitpun ia bayangkan Tristan mampu berbuat seperti itu dibelakangnya. Ia sangat percaya laki-laki itu baik, tapi ternyata kenyataan berkata sebaliknya. Ia jatuh, kepercayaannya kepada laki-laki hancur sudah. Bahkan ia sudah pernah membayangkan bagaimana kehidupan mereka nantinya jika mereka terus bersama. Harapan setinggi langit itu akhirnya hancur sudah, menyisahkan sebuah luka yang sangat mendalam.
Telefon genggamnya berbunyi. Ia sudah mencoba menghiraukannya. Tapi ternyata tak berhenti-henti juga. Rupanya sahabatnya yang menelvon. "Ia amirah?"
"ginama kejutan kamu din? Apa berhasil?" amirah tak mengerti apa yang dialami dinda. Rupanya pertanyaannya tak dijawab dinda. Tapi yang ia dengar malah isak tangis dinda. "ada apa dinda? Kamu kenapa?" masih juga tak terdengar jawaban dari seberang sana. "dinda! Jawab aku kamu kenapa? Dinda!"