Part 2

107 8 0
                                    

Harry meletakkan kunci mobilnya begitu saja di atas meja. Hatinya masih panas dengan kejadian tadi siang. Betapa tidak? Mobil mahalnya harus lecet karena di tabrak oleh seorang pemuda. Tetapi sebentar, pemuda itu tak sendirian tadi. Ada seorang gadis yang bersamanya. Gadis yang sampai harus berteriak untuk menengahi perdebatan antara dirinya dengan si pemuda. Gadis berambut coklat tembaga dengan warna iris mata yang senada. Coklat madu.

Sejak kejadian itu, pikiran Harry terus berpusat pada sosok gadis mungil yang baru ia temui kemarin. Karena pertikaian dengan Shawn, akhirnya Harry mengalah. Dia tidak ingin terlihat mempunyai sifat buruk di depan gadis yang membuatnya penasaran.

Entah mengapa, Harry seperti terhanyut dalam matanya. Mata yang menatap dengan sorot bingung dan khawatir. Melirik ragu-ragu ke arah mobilnya, seakan sedang memastikan sesuatu. Mata yang kemudian melebar diiringi jeritan kecil untuk melerai perdebatan Harry dengan pemuda yang menabrak bagian belakang mobilnya. Mata, yang secara ajaib membuat Harry tertegun. Ia seperti mengenal mata itu. Namun, dimana dan siapa pemiliknya, Harry sama sekali tidak ingat. Hanya saja, mata itu terasa familiar. Terasa dekat, dan di selimuti dengan kehangatan.

Harry berbaring di kasur ukuran king size nya. Tangannya menggenggam foto seorang gadis. Ya! Itu adalah foto Lily Collins. Entah, darimana Harry bisa mendapatkan foto itu dalam hitungan jam. Tapi baginya itu bukanlah perkara yang sulit, apapun bisa ia lakukan dengan kekuasaan.

"Tunggu saja aku, Love. Kau akan segera menjadi milikku," ucap Harry sambil memandang foto Lily.

Harry baru mengubah posisinya menjadi duduk, sampai suara seorang gadis menginterupsi pikirannya.

"KAKAK!" teriak seorang gadis dari arah pintu. Tanpa aba-aba gadis itu langsung menjatuhkan badannya di samping Harry.

Harry yang merasa kesal karena ketenangannya terganggu, langsung bersender pada dinding kasur dan menatap tajam gadis itu.

"CHLOE! Ada apa dengan dirimu? Bukankah kau...,"

"Hei kau Tuan Styles, sepupumu ini baru saja kembali dari New York City, beginikah sambutanmu padaku?"

Gadis perusuh itu adalah Chloe Moretz, sepupu dari Harry Styles.

"Sejak kapan, kau kembali ke London? Kenapa tidak mengabariku terlebih dahulu?" tanya Harry sambil menyembunyikan foto Lily di bawah bantalnya.

"Sengaja saja aku tidak menghubungimu, agar menjadi kejutan. Apakah kau terkejut?"

"Tidak."

"Kau jahat. Selalu saja tidak pernah memperhatikan sekelilingmu dan bersikap dingin." Chloe mulai kesal dengan sikap Harry yang seperti itu. Mereka sudah bersama sejak kecil tetapi Harry selalu mengacuhkan orang di sekitarnya. Lalu beberapa tahun setelah itu, Chloe terpaksa pindah ke New York City dan meninggalkan Harry di London.

"Tidak lagi."

"Maksudmu? Tolong jelaskan padaku. Apakah aku ketinggalan berita, selama di New York City?" Chloe mulai penasaran dengan sikap Harry yang mendadak berubah.

Harry tidak menggubris pertanyaan dari Chloe. Harry mengambil foto Lily yang ia sembunyikan di bawah bantal. Perlahan pergerakkan Harry terbaca oleh Chloe. Chloe yang tersadar akan sesuatu, tersenyum miring pada Harry.

"Yeah! Aku mendapatkannya." Chloe berlari mengambil foto Lily yang dipegang oleh Harry. Harry yang tidak menyangka bahwa Chloe akan melakukan tindakan itu, terlambat untuk menyembunyikan kembali foto Lily.

"Hei, kembalikan padaku!"

"Tidak mau. Jelaskan dulu siapa dia? Apakah dia kekasihmu?"

"Bukan." Tandas Harry.

"Kalau begitu, mengapa kau menyimpan fotonya? Dia terlihat sangat cantik," ujar Chloe sambil menatap foto itu.

"Sebentar lagi dia akan menjadi kekasihku, jadi sebaiknya kembalikan fotonya padaku sekarang." Ancam Harry, karena Chloe tidak mau memberikan foto Lily.

"Siapa namanya, dan bagaimana kau bisa mengenalnya?" Tanya Chloe.

"Lily Collins, dia mahasiswi di London School of Economics and Political Science. Puas?"

"Hm, benarkah? Aku ingin sekali bertemu dengannya. Lalu jelaskan bagaimana kau bisa bertemu dengannya?"

"Mobilku baru saja di tabrak seorang pemuda, Chloe. Itulah awalnya kami bertemu." Terang Harry misterius.

"Lalu? Ceritakanlah padaku! Kau selalu punya tempat untuk berbagi, apapun itu denganku, my dearest cousin." Sahut Chloe, ia menggeser posisi duduknya menghadap ke arah Harry. Bersiap untuk mendengar ceritanya.

Harry merasa kesal dengan tingkah Chloe yang terus penasaran dengan sosok Lily Collins. Ia langsung merebut paksa foto Lily dari tangan Chloe.

"Kakak! Aku bisa membantumu untuk dekat dengannya." Tawar Chloe.

Harry berhenti sejenak dari langkahnya, begitu mendengarkan tawaran dari Chloe. Tawaran apa yang akan Chloe berikan pada Harry.

"Kau yakin? Kalau begitu, bantulah aku sekali ini saja. Aku betul-betul penasaran siapa gadis itu. Tetapi bagaimana caranya?" Kata Harry pada Chloe.

"Kau bilang, dia mahasiswi di London School of Economics and Political Science. Kau tahu? Aku pindah ke London karena aku ingin kuliah di sana. Aku ingin kuliah di universitas milik paman." Kata Chloe. Ia yakin kalau Harry akan menyetujui tawarannya.

"Lalu?"

"Ah, kau bodoh sekali. Masih tidak mengerti maksudku?"

"Aku akan menjadi mahasiswi di sana, dan aku akan menjadi temannya Lily. Dengan begitu, kau akan lebih mudah untuk mendekati Lily. Sudah mengerti?"

"Kenapa kau ingin melakukannya? Apa itu membawa keuntungan bagimu, Chloe?" Tanya Harry curiga.

"Tidak juga, aku hanya ingin membantumu saja untuk mendapatkan gadis yang kau suka. Lagipula, aku tidak punya teman di sini. Mungkin saja Lily akan menjadi teman baikku nanti."

Chloe memutar bola matanya asal, "Tetapi jika kau ingin memberiku lebih banyak, aku tidak akan menolaknya." Lanjut Chloe.

"Sepasang sepatu branded dan hand bag keluaran paling terbaru. Kau bisa mendapatkan keduanya, manis. Tetapi ingat, bantu aku sampai tuntas. Bagaimana?" Harry mencoba melakukan penawaran dengan Chloe.

Tanpa menunggu waktu lama, Chloe segera menganggukkan kepalanya. "Baik. Aku sanggupi. But, remember Harry. Kamu harus tepati janjimu tadi." Ucap Chloe.

Harry mengangkat bahunya santai. "Bukan masalah. Lakukan saja semuanya dengan rapi, sepupuku sayang." Ucap Harry sambil memberikan senyumnya pada Chloe.

"Yippie! Aku akan mempunyai teman baru, sekaligus si Tuan Styles ini akan memiliki kekasih." Chloe bersorak senang karena tawarannya disetujui oleh Harry.

Di samping Harry, Chloe mulai mengurai senyum senang. Sepasang sepatu dan hand bag branded, ia rasa cukup sepadan. Lagipula, dengan begitu ia juga akan mendapatkan teman baru.

"Aku pamit dulu. Sebenarnya, tadi aku berniat menemui Bibi Cella, tetapi rumah tampak sepi." Ucap Harry, ia kembali meraih kunci mobilnya lalu bangkit dan berjalan ke arah pintu depan. Chloe mengikuti langkah Harry sampai ia bersiap membuka pintu mobil.

"Thank you, cousin. See you tomorrow. Bye!" Tambah Harry, sebelum mobilnya hilang dari halaman rumah Chloe.

BreakevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang