Dear Problem, What can i say?

28 1 0
                                    

Jessie masih sibuk dengan lamunannya dan juga novel yang tentu saja sudah dikembalikan oleh Gabriell. Ia sudah menghabiskan waktunya hampir 30 menit, hanya untuk duduk dibangku taman belakang sekolah, namun itu belum membuatnya lega. Ia mencoba menghilangkan pikiran itu dengan membaca novel, namun gagal. Kata - kata orang itu masih saja memenuhi otaknya.

" ... Tidak. Aku serius. Aku sudah memendamnya dari lama. Tidakkah kau tau itu? " Ucap pria itu.

" Lalu aku harus apa? "

" Jadi pacarku "

" Tapi, aku tidak-- maksudku aku masih ragu "

" Aku tunggu jawabanmu pulang sekolah nanti " Ucap pria itu kemudian pergi.

" Apa yang harus aku lakukan? Bel pulang tinggal 20 menit lagi " Gerutu Jessie pada dirinya sendiri.

Mungkin kau sedang bertanya mengapa ia bisa berada di taman sekolah, sedangkan bel pulang saja belum berbunyi. Kalau kau menjawab sedang waktunya istirahat, kau salah. Karena jawaban yang benarnya adalah jam kosong. Ya. Kalau kemarin alasannya karena guru sedang rapat, sekarang beda lagi. Katanya, guru yang harusnya mengajar di kelas Jessie itu sedang sakit. Dan Jessie sangat berterima kasih untuk itu. Karena itu memang sangat dibutuhkan untuk Jessie.

Detik selanjutnya yang tercipta hanyalah suara pohon yang sedikit bergoyang, karena tertiup angin. Mungkin, ia ingin menghentikan lamunan yang dibuat Jessie. Dan hasilnya, berhasil. Karena pohon itu dibantu oleh suara bel pulang yang berdering.

***

" Jadi bagaimana? " Ucap Gabriell.

" Sebenarnya aku masih bingung, tapi aku akan mencobanya " Jawab Jessie yang masih ditemani dengan nada keraguan.

" Jadi? "

" Iya aku mau "

Kau tau sekarang? Iya, Gabriell lah yang tadi meminta Jessie untuk menjadi pacarnya. Dan kau sudah tau bukan jawaban Jessie?

" Aku menyayangimu " Ucap Gabriell yang masih fokus dengan jalanan.

'Akan kah aku memiliki perasaan yang sama padanya?
Bukankah hampir semua remaja perempuan yang menjalin hubungan menangis dengan alasan yang sama -tersakiti-?
Bukankah cinta harus dilandasi dengan keseriusan?
Apa aku siap untuk itu?' Tanya gadis itu pada dirinya sendiri.

" Mengapa alurnya harus sama dengan ku sih " Gerutu Jessie yang memilih untuk membaca novel setelah menjawab 'ya' tadi.

" Kenapa? " Ucap Gabriell yang mendengar gerutuan Jessie tadi.

" Eh, tidak. Hanya novel "

" Kau ini, mau sampai kapan seperti itu terus? Membaca novel sambil bicara sendiri maksudku. Tidakkah itu aneh? " Ucap Gabriell lembut.

" Tapi aku memang seperti itu. Mungkin aku terlalu menimati alurnya "

" Oke aku mengerti " Ucap Gabriell yang kemudian fokus kembali oleh jalanan.

Jessie pun meneruskan kegiatan membacanya.

" Jadi, kau ingin terus dengan novelmu itu di dalam mobil ini? "

" Eh? Kita sudah sampai? " Tanya Jessie sambil memperhatikan sekelilingnya.

" Iya Jess. Ku harap mulai besok kau bisa meninggalkan novelmu saat berdua denganku. Bisa kan? " Ucap Gabriell sambil mengelus punggung tangan Jessie.

" Oke, akan ku usahakan. Kau ingin mampir dulu? "

" Tentu saja " Jawab Gabriell yang kemudian turun dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Jessie.

***

Jessie pov

Apa yang kau lakukan ketika kau sedang mencintai orang lain, disaat orang yang mencintai mu menyatakan perasaannya?
Apa kau akan mengambil keputusan yang sama dengan ku?
Apa aku salah?
Bisa kah kau tanyakan pada bulan?
Sampaikan padanya, aku masih menyimpan segudang pertanyaan lagi.
Suruh dia sampaikan juga kepada Tuhan.

Mama akan bekerja untuk 2 bulan kedepan di Villa Ashton sayang,
Jadi mama tidak bisa pulang ke rumah.
Mungkin ayahmu juga begitu.
Jadi ku harap kau mengerti,
Jaga dirimu baik baik

Sms dari mama menutup permintaanku tadi. Sekaligus membuat kondisiku semakin hancur.

Bagaimana bisa aku menjaga diri, kalau orang tuaku saja tak bisa menjaga ku?

" Hey lihat, bulan itu mulai menggelap " Ucap Gabriell dari balkon kamarnya yang berada tepat di depan balkon kamarku. Kau sudah tahu bukan? Rumah kami berhadapan. Jadi wajar saja.

" Hanya tertutup awan Bill, lihat? Sekarang awan itu sudah pergi lagi "

" Aku tau. Ku harap kau tidak akan seperti awan itu "

" Aku takkan pergi, sebelum aku lelah "

Hening.
Tidak, tidak itu yang aku harapkan.

" Ayolah Gabriell, ayo! Katakan kalimat itu untukku! Ayo! " Ucapku dalam hati.

Hening.

Hey! Apa - apaan aku ini? Bukan kah aku tidak menaruh rasa padanya? Apa rasa itu sudah mulai tumbuh? Apa secepat itu? Tolong, aku butuh penjelasan. Aku bingung.

" Ku pikir aku sudah mengantuk, selamat malam " Ucap ku kemudian masuk ke dalam kamarku.

" Semoga malammu indah " Balas Gabriell yang juga masuk ke dalam kamarnya.

" Tidak sampai kau mengucapkan kalimat itu untukku. Kalimat pengakuan sekaligus perjanjian tidak langsung. Kalau kau juga tidak akan seperti awan itu "

***

Sorry ya, kemaren sempet un-public yang part 3 nya.
Soalnya ada yang aku edit.
Oh iya, aku juga mau UKK nih.
Mohon pengertian sama doanya yaa 😊
Laff you 💓
-Valen

Dear Problem,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang