Prolog

59 1 0
                                    

Hari ini aku akan pergi. Pergi ke kota lain. Meninggalkan teman-temanku, dan dia. Dia yang kucinta. Dia yang kucinta dalam diam.

Aku berdiri di depan cermin dan tersenyum pada pantulan diriku. Merapihkan sedikit penampilanku. Aku mengambil tas selempangku dan menyeret koper keluar kamar. Dibawah sudah ada keluarga dan sahabatku menunggu.

Aku melangkahkan kakiku menuruni anak tangga dengan koper yang kuseret dengan tangan kiri, dan tangan yang lain berpegangan pada tangga.

Aku berdiri di depan mereka. Mama langsung menghampiriku dan memelukku erat. Aku membalas pelukannya dan mengusap punggungnya pelan. Mama menangkup pipiku dengan tangannya, mencium keningku dengan sayang, dan mengusap pipiku lembut.

"Hati-hati disana ya nak, jangan nakal sama abang. Kalo kerjaan mama sama papa udah beres, nanti kita nyusul," Ucapnya bergetar, aku tahu mama menahan tangisnya. Aku langsung mencium pipi mama dan tersenyum ke arahnya.

"Tenang ma, Mika udah gede sekarang, udah mau masuk SMA. Mika nggak bakal nakal kok, mama nggak usah khawatir ya, Mika sayang mama," Mama hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Papa yang berdiri di samping mama mengelus punggung mama, dan dia tersenyum padaku. Sepersekian detik kemudian, papa langsung mencium keningku sayang. Aku memeluk papa erat.

Aku menoleh, dan melihat Rachel merentangkan tangannya lebar-lebar. Matanya berkaca-kaca. Oh, sahabatku ini, bisa menangis juga rupanya. Aku langsung berhambur ke pelukannya. Dia terisak sambil memelukku erat.

"Mik, gue kira lo cuma bercanda, eh ternyata beneran pergi. Ah nyebelin lo, katanya kita mau masuk SMA bareng?" Dia merengek sambil mengusap ingus dengan punggung tangannya. Ah, dia terlihat sangat lucu.

"Lebay lo ah, lo 'kan bisa main ke sana, kalo kangen gue, ya tinggal dateng aja, nggak usah kayak orang susah gitu ah," Ucapku diikuti kekehan kecil. Aku bohong, sebenarnya aku juga sangat sedih harus meninggalkan sahabatku ini. Tapi, ya bagaimana lagi?

"Mikaela! Ayo! Kita harus berangkat sekarang," teriak kakakku. Setelah sesi nangis menangis dan saling meluk memeluk tadi, aku segera melangkahkan kakiku keluar rumah. Aku membantu kakakku memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.

-000-

Disinilah aku. Duduk di dalam pesawat dengan earphone yang bertengger manis dikedua telingaku. Aku menatap keluar jendela, hamparan awan memenuhi pandanganku. Kali ini aku benar-benar pergi. Biarlah rasa ini melayang berhambur dengan awan-awan putih itu.

I leave...








ps.

So, hi! This is my second story (the first soon will be deleted because i'm sucks) and yeah, i don't know why, tiba-tiba aja gue pengen bgt nulis cerita ini. Disini gue gak nentuin tentang siapa-siapa aja yg jd cast nya. Jadi terserah imajinasi kalian, mau ngebayangin si a,b,c,d itu siapa. Tapiiiiiiii, ada 1 karaker yg gue tentuin, yaituuu kakaknya Mikaela!

gatau kenapa, ya gue pengen bgt kakaknya mikaela disini gue yg nentuin cast nya, so, yeah! Shawn mendes will be Mikaela's brother heerreeee!!! Fyi, im so super-duper-fangirling-obsessed with him. And, setelah dipikir-pikir, gue memutuskan bahwa shawn yg bakal jadi kakaknya Mikaela. Hehe, maafkan dakuuuu..

Udh deh ps nya kepanjangan dan oh ya! Kalo banyak yg suka, bakal gue lanjutin, tp klo gak ada, yaudah.. gitu lah. Bhay!

Silent LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang