SL - 2

22 2 1
                                    

Ps.

Eh, gue baru nyadar, stlh gue baca lg pt.1 sma pt.2 ternyata alurnya kelamaan ya? Ya gak sih? Gue ngerasa itu kek kelamaan gitu. Skrng mau gue cepetin, ya gacepet2 bgt sih, just a lil bit faster. Makanya, klen jgn diem aja dong, komen gitu, pendapat ttg cerita ini, biar kesannya gk cuma gue yg semangat nulis disini. 😭

-000-

Aku melirik bosan ke arah novel yang sudah sejak lima belas menit lalu berada di pangkuanku. Sudah sejak lima belas menit yang lalu juga aku hanya melirik dan tak ada niatan untuk membacanya. Aku melirik jam yang terpasang di dinding kamarku 'it's 12.am' begitulah yang tertulis pada layarnya. Ini aneh, biasanya  jika aku tidak bisa tidur, aku selalu menghabiskan waktu  membaca novel, but now, bahkan untuk membalik halamannya pun segan.

Tiba-tiba dering ponsel mengalihkan pandanganku. who's the hell stupid person call me at 12 in the morning? Aku menyambar ponselku kasar dan mengangkat panggilan itu.

"Hello, Mikaela's here. Dengan siapa saya berbicara?" Ugh, terdengar formal ya?

'Mikaela! It's me! Rachel! Sahabat lo di Jakarta!' Rachel? Ah! Rachel! Astaga aku ingat. Bagaimana bisa aku lupa.

"Hey Chel! Long time no hear your voice, what's up?"

'Mika! Miss you so so much! Kita lagi di Airport sekarang nih, bisa jemput kita nggak?'

"Hah?! Di Bandara? Are you fucking kidding me?! Bandara mana maksud lo? Serius deh Chel,"

'Astaga! Gue serius Mik! Dua rius malahan, cepetan jemput kek, ya ya yaaa...'

"Lo bener-bener gila Chel! Kangen sih kangen, tapi nggak gini juga kali Chel! It's 12 in the morning hello!"

'Gue nggak bercanda Mrs Lee! Cepetan, capek nih! Gue tunggu ya! Can't wait to see you babe!'

'Tut tut tut'

Panggilan terputus. Aku terdiam menatap ponselku dengan mulut menganga. Dia bener-bener gilak! Jam duabelas tengah malam, dan aku harus menjemput bedebah itu di bandara?!

Tak pikir panjang, aku langsung menyambar jaket yang menggantung bebas di atas kursi dan mengambil kunci mobil di laci kecil samping kasurku. Tapi bagaimana? Kalau bilang pada kedua orang tuaku sudah pasti tidak diizinkan. Aha! Bohlam kuning bercahaya muncul di atas kepalaku.

-000-

"Bang, gue ke airport bentar ya," ucapku mengguncang pelan bahu kakakku. Mengusik tidur lelap-bin-najisnya.

"Hmm," dia hanya bergumam sambil membetulkan letak selimut di tubuhnya.

"Jangan marah ya, yang penting gue udah bilang loh ya, bye brother!"

"Ya, just go and don't disturb me Mikaela!"

Aku segera berlari menuju bagasi mobil. Aku sangat yakin, pasti kakakku tidak sadar saat mengucapkan kalimat tadi. Persetan, yang penting aku sudah izin. Kutancap gas mobilku, i mean, mobil papaku dengan cepat. Beruntung jalanan lengang karena ini tengah malam.

-000-

"Mikaela! Haaiiii!! Aaaa kangen banget!" Itu suara Rachel. Langsung berlari dan memelukku dengan sadis.

"Iya Chel, miss you too, tapi nggak nyekek gue juga kalik, lo kesini sama siapa? Kok nggak bilang-bilang?"

"Surprise dong Mik, gue kesini sama Azka, Afri, and..."

Seketika tatapanku terpaku pada satu titik. Satu manusia yang sedang berjalan sambil menyeret koper biru ditangan kanannya. Rambutnya berantakan seperti baru bangun tidur, tubuhnya makin tinggi, dan... dia semakin tampan. Kenapa dia ada disini?

"Whoaa!! Mikaelaa miss you so bad, finally after three years kita ketemu lagii, aakk kangen!" Aku kembali tersadar saat Azka memelukku, tapi tatapanku tak lepas dari sosok yang berada tak jauh di belakang Azka.

"I-iya Az, udah lama ya, kangen nih," rasa canggung menggelayuti diriku seketika, yang ku tatap masih tak sadar akan tatapanku.

"Hi girl, long time no see," Afri. Ah, lelaki itu, kekasih Azka. Pria manis berkacamata yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri.

"Hi brotha, long time no see ya," Aku tersenyum dan pandanganku teralih ke sosok di samping Afri yang berjalan mendekat ke arahku.

Jantungku berdetak tak wajar, berdentum-dentum sampai aku dapat mendengar suaranya. Dia, berdiri di hadapanku, mengulurkan tangannya, dan tersenyum tipis. He's smile at me God. Kill me now please?

"Apa kabar?" Pyar! Hancur sudah pertahanku. Hanya dengan dua kata sederhana itu. Pertahanan selama tiga tahun yang mati-matian ku bangun setebal mungkin, kini hancur sudah.

"Ba-baik, emp kalo gitu, kita langsung pergi aja deh, pasti kalian semua pada capek banget." Setelah menyambut uluran tangannya, aku langsung berbalik badan dan kami menuju mobil-papaku.

Para lelaki membantu memasukkan koper-koper ke bagasi mobil. Setelah itu, kami langsung pergi ke villa keluargaku. Tidak mungkin aku membawa mereka menginap di rumahku kan?

"Lo kesini nyetir sendiri Mik?" Suara Afri.

"Iya lah, emang sama siapa? Uda malem gini, uda pada tidur," jawabku seadanya. Tapi memang benar kok, semua orang di rumah sudah pergi. Pergi menjelajahi alam mimpinya masing-masing.

Dan hanya keheningan yang menemani perjalanan kami. Rachel yang duduk di jok depan  sampingku sudah terlelap, begitu juga Azka dan Afri di jok belakang. Saling menyandarkan kepala. Tapi dia, dia hanya diam, tatapannya menerobos keluar jendela mobil dengan earphone di kedua telinganya. Sesekali mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti irama yang dihasilkan iPodnya.

Sembari menyetir, sekali duakali aku mencuri pandangan ke spion. Melirik dia dan aku tersadar. Rasa itu masih ada. Tak pernah hilang sejak dulu. Rasa itu masih sama. Untuknya.












Hi again and again dork! Gimana chapt ini? Gue sangat mengharapkan vomment kalian loh, sumpah deh. Maaf kalo gue jarang update, soalnya laptop gue lagi rusak. Broken kek hati gue (curcol) dan susah ngetik di hp. Mohon pengertiannya ya, karena sesungguhnya eneng hanya ingin dimengerti bang (curcol lagi). Terimakasih yang udah vomment, itu sangat berarti buat gueh😙😙💛💛 see ya at next chapt lovely!

U can find me on:
Instagram: farradisk
Ask.fm: farradisk
Line: farradisk. (With dot . )
It's nice to have new friends, mari berteman dengankuh. Nggak gigit kok😙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silent LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang