London : A Pieces of Almond Cake

94 2 0
                                    

Well, ini cerpen lama. Happy reading!

---

Hari ini adalah hari terakhir musim dingin. Sebentar lagi musim semi tiba, dan bunga akan bermekaran dengan cantiknya. Salju sudah mencair dari hari-hari kemarin. Dan hari ini adalah hari terakhir bulan februari, dan maret akan datang, begitu juga dengan musim semi.

Aku duduk di salah satu meja yang terletak di pinggir kafe yang disampingnya terdapat jendela, duduk sendirian di Monnroise Café, Westminster, London. Walaupun musim semi hampir tiba, tetapi tidak memungkinkan kalau cuaca saat ini tidak begitu dingin. Cuaca disini tetap dingin, walaupun musim semipun, cuaca malam seperti saat ini akan tetap dingin, mungkin saat musim panas, cuaca malamnya akan sedikit hangat.

Seorang pelayan sudah membawakan pesananku sepuluh menit yang lalu. Coklat panas, dan sepotong kue almond. Aku tidak tahu, apakah coklat panasnya masih panas atau tidak. Tetapi coklat panas yang selalu kupesan di kafe ini belum kuminum sedikitpun.

Menu ini adalah menu yang kupesan pertama kali saat aku ke kafe ini. Bersamanya. Bersama seorang pria Inggris yang bermata almond dan memiliki rambut berwarna coklat kehitaman.

Aku tiba di London tiga tahun yang lalu. Aku belum mengenalnya, dan aku cukup kesulitan dengan rute London Tube menuju apartemenku yang berada di pusat kota London tidak jauh dari Victoria Station dan tetap di area Westminster dari bandara London Heathrow.

Aku tiba di London pada awal musim semi. Di bandara Heathrow ada lima terminal, dan aku tiba di terminal dua. Awalnya aku tidak tahu harus kemana, karena saat itu aku baru pertama kali ke London, belum tahu dimana letak Tube Station.

Aku hanya bisa menggaruk kepala yang terhalang oleh topi rajutanku di luar terminal. Cuaca lumayan dingin, karena aku tiba disini sekitar jam 6 P.M. Saat itu aku hanya bisa menoleh ke kanan dan ke kiri, dan tidak tahu harus kemana. Benar-benar membingungkan.

Tetapi ada seorang pria Inggris yang menyapaku. Tersenyum kepadaku, dan memamerkan giginya yang rapih, dan lesung pipi yang indah. Aku baru tahu kalau orang luar ternyata ada yang memiliki lesung pipi, padahal kukira hanya darah asia saja yang memiliki lesung pipi seperti itu.

Ia menolongku, membawaku ke Tube Station dan memberikan peta diagram London Tube. Mengantarku hingga aku berada di depan apartemen hangatku. Apartemen yang sengaja dibelikan Dad untukku, untuk aku melanjutkan pendidikan di kota ini, kota kelahiran Ayahku yang memang keturunan asli kota ini.

Kami berkenalan, dan ia berjanji akan mengenalkan indahnya kota London padaku besok pagi. Aku setuju dan tidak sabar menunggu hari esok. Dan kemudian, hari-hariku di London begitu indah, karena ia berada disisiku.

Tetapi ternyata, keindahan itu tidak berlangsung selamanya.

Dia pergi. Meninggalkan sejuta kenangan. Dan aku rindu dia. Dan juga rindu bersamanya duduk di meja ini sambil menatap salju yang berjatuhan dengan cantiknya, saat malam natal.

Oh sial. Aku sudah menangisinya beribu kali. Tapi kenapa saat ini air mataku ingin mengalir kembali? Aku tidak bisa menangis di tempat umum, maka kupejamkan mataku. Menghirup udara dalam-dalam dan lalu menyendoki kue almondku yang juga belum kusentuh.

Kembali memejamkan mata, dan menikmati rasa lezat kue almond sambil mengingat betapa indahnya aku bersamanya saat kami keliling kota London.

***

Aku membuka pintu apartemenku. Pagi ini adalah pagi pertamaku di London. Angin musim semi menerpa wajahku, dan aku suka itu. Aku turun dari gedung apartemenku, karena aku tahu ada seseorang yang menungguku di bawah. Di Buckingham Palace Road. Dan benar saja, pria Inggris bermata almond dan berambut coklat kehitaman itu sedang asyik menungguku.

Storia D'AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang