Bab 5

1.1K 36 12
                                    

Sekujur badanku terasa teramat kaku, aku tak mampu bergerak sedikitpun, ahh rasanya pusing, aku buka mataku perlahan
''Dimana aku ?'' Ucap ku pelan

Ku menengok ke arah kanan, karna ku rasa sedang ada yang menjagaku. ''ibu....'' rintih ku, ku lihat ibu tlah terpejam menyandarkan kepala nya di kasurku. ''ahm...Dulles ?? Kau sudah bangun nak ??'' Ibu bertanya, begitu lembut.. sambil ia mengusap kepalaku ''awh bu..!'' Rintih ku. ''apa ada yang kau rasa sakit nak ?'' Tanya ibu, ''tidak bu'' jawabku.

Namun kurasa masih lah teramat lemas badan ini ku gerakan, aku lihat bahu ku serta kedua daging kecil yg biasa ku gunakan untuk berjalan tlah terbalut perban. Kurasakan pada bagian lain nya, dekat bibir ku tlah tertempel sebuah hansaplas menutup luka ku, lalu pada bagian lain di leher ku pun juga terdapat luka memar lecet-lecet, bahkan aku pun tak sadar bahwa aku memiliki luka pada bagian itu.
''Bu.. jam berapa ini ?'' Tanya ku dengan suara lirih lemas. ''jam setengah enam nah, ada apa ?'' Jawab ibu. ''Tidak apa-apa bu, apa ayah sudah berangkat ?'' Tanyaku, ''sudah nak'' kali ini ibu menjawab nya dengan nada pelan dan kepalanya menunduk. Aku mengerti perasaan nya mengingat ibuku adalah seseorang yang sangat lembut hatinya..
''Dulles, ibu minta maaf atas perlakuan ayah pada mu malam tadi'' tertunduk ibu yang membuka pembicaraan dengan suara nya yang bergetar. Aku terdiam sesaat, ku raih tangan ibuku yg terasa dingin, aku menatap nya ''bu... aku sayang ibu, aku sayang ayah, bahagia ibu itu bahagia ku begitu juga bahagia ayah. Meski bahagia ayah adalah hal yg paling menyakitkan buatku'' aku membalas perkataan ibu tak lupa ku berikan senyuman manisku padanya.
Ibu yang terdiam nampak nya masih tak sanggup melihat ku, ia memeluk ku dan menangis ''ibu mencintaimu Dulles, ada rasa sakit yg ibu rasa saat kamu mengorbankan sebagian keselamatan mu Dulles..'' ucap ibu dengan terbata-bata
''aku menyayangimu bu'' ku balas ucapan ibu dan ku cium keningnya.

@@@@@

Ke esokan harinya
Hari ini hari minggu tandanya ayah tak berangkat kerja hari ini karna kantor libur.
Badanku masih teramat sakit, memar dan luka di tubuh ku masih terasa. Aku berbaring lemah di kamar ku, ku tatap jendela kamarku melihat hari ini adalah hari yang cerah.. ku luaskan pandangan ku, kulihat ceria nya orang-orang berlari kesana kemari bersenda gurau bermain serta bercanda. Dalam hati iri aku melihat nya, ingin aku bagaimana merasakan nikmatnya berjalan atau nikmatnya menggenggam..
Namun itu hanya khayal bagiku, aku yang hanya bisa mengurung diriku di kamar.

gubrak !!

ayah membuka pintu kamarku, aku hanya memasang wajah datar.
Ayah menghampiriku, ia melemparkan sebuah amplop ke arah ku, tanpa banyak omong ia berlalu begitu saja dengan cepat, aku tak sempat menanyakan apapun padanya.
Ku lihat amplop yg ayah berikan padaku, di bagian depan amplop terdapat tulisan 'Yayasan Kasih Bunda'. Ku mengerutkan dahi ku, segera ku buka isi amplop itu.
Setelah kubaca, ternyata itu adalah sebuah yayasan tempat anak-anak bernasib sama seperti ku.
Ya Allah..apa ayah ingin mengirimku untuk tinggal disini ??
bisiku dalam hati, sesak dada ini membaca surat pengiriman diriku untuk tinggal di asrama khusus anak penyandang cacat.

ku kuatkan diriku untuk bangun dr kasur, ku merangkak keluar ada rasa yg mengganjal di hatiku, mengapa ayah memberiku surat pendaftaran murid baru di sana.
Perlahan aku menuruni tangga rumah ku, tiba aku di bawah ku lihat ayah sedang duduk manis di depan tv. ''ayah...'' panggil ku. Ayah menatap ku, namun tak sedikit pun ayah membalas ucapan ku.
''Ayah, apa kau ingin mengirimku ke tempat ini ?'' Tanya ku lagi. Kali ini ayah membuka mulut nya, ku persiapkan diriku ku kuatkan perasaan ku.
''iya..aku menaruh kau di tempat seharusnya kau berada, bersama orang-orang cacat seperti kau !'' saut ayah.
Aku mengambil nafas dalam-dalam, ku tenangkan diriku agar lantang suara ku, tanpa getar ku membalas perkataan ayah ''Ayah, aku tau, aku jauh berbeda dr mu aku tau ak-'' ucapku terhenti, ayah menyela omong ku ''cukup ! Dengar baik-baik, kau tak pernah tau apa yg aku rasa !'' Lalu ayah pergi berlalu begitu saja.
Aku mengerutkan dahi ku, apa maksud dr ucapan ayah ??

Ku lihat ayah kembali duduk, kali ini ia duduk di teras depan dengan secangkir kopi panas.
''apa maksud mu aku tak tau apa yg kau rasa ?'' Ucap ku lantang
Ayah menoleh ke arah ku '' kenapa kau begitu menggangguku !'' Saut nya dengan nada yg mulai meninggi. ''ayah, ada apa denganku sebenarnya ? kenapa kau amat membenciku ?? Apa salahku ? Kau fikir keadaan seperti ini aku yg menginginkan nya ? Bukankah kau ayah ku ?'' Kali ini ucapku agak getar, ku luapkan kekecewaan ku mengingat aku akan di kirim ketempat dimana sangat asing bagiku.

Ayah terdiam menatap ku, di genggam nya kopi panas itu.

Praaaannnggg !!!!

aaaarrggghhh....!! teriak ku
Sebuah cangkir berisi kopi panas mengenai dahi ku, belum sembuh rasanya luka yg berada di dahiku, kini ada luka baru yg merobek bagian kepalaku. Belum lg rasa panas dr kopi itu berhasil membuat wajah ku mengalami luka bakar.. tp ku rasa tidak bgtu parah.
Aku hanya bisa menangis, tak lama kemudian ibu datang pulang dr pasar, ''Dulles !!'' Ibu memanggil ku, tp ku segera bergegas masuk ke dalam rumah, aku tak mau ibu sampai tau kalau aku menangis. Tanpa ku saut pertanyaan ibu aku terus merangkak masuk ke dalam. Ibu berusaha mengejar ku, tiba aku di kamar ku, ku tutup pintu kamarku, tak lama...

tok....tok....tok

''dulles..? Ibu ingin bicara''
''a...ada ap..apa bu ??'' Aku menjawab dgn terbata
''dulles buka pintunya'' pinta ibu sambil terus mengetuk pintu nya.
Akhirnya ku buka pintu nya, ibu mencoba menghampiriku, namun aku menjauh berjalan mundur..
''sayang apa yg terjadi'' ucap ibu
Aku hanya terdiam mematung, ibu mencoba mendekati ku lagi.. aku kembali melangkah mundur, ibu yg melihat tingkah ku hanya bisa mengerucutkan dahi nya.
''Dulles...'' panggil ibu lembut sambil menatap ku..

My mother's point of view

Ada yg aneh pada anak ku
Ada apa ini tuhan..
Gumam ku dalam hati, untuk ketiga kali ku langkah kan kaki ku mendekati anak ku, aku tau ia merasakan ketakutan entah apa yg tlah terjadi, raut wajah nya yang polos itu menggambarkan kehawatiran yg dalam.
Ku pastikan kali ini ia tak boleh mundur lagi.
Hap !!!
Aku berhasil mendekap nya, ku peluk anak ku dengan segala kasih..
''kenapa ada bau kopi ??'' aku mengerucutkan dahi ku lagi sambil menegaskan benarkah ada bau kopi, berkata dalam hati..
''Dulles ?? Ada apa nak ? Cerita sini sama ibu'' pintaku sambil menatap nya dalam. Ku lihat ia memegang sebuah kertas, langsung ku rebut kertas itu dr genggamannya yg lemah
''astagfirullah...'' mataku membulat sempurna saat ku tau apa yg ku baca dalam surat itu.
Aku mencium kening anak ku, dan aku pergi menemui suamiku menanyakan apa maksud rencananya ini. Tak adakah rasa sayang pada darah daging nya sendiri. Ya Allah sesak sekali dada ini mengapa suamiku begitu membenci Dulles anaknya sendiri ??!
Berkecamuk pikiran ku, kalut aku dalam pikiran dan perasaanku yg mulai tak imbang.
Marah, kesal, menangis menjadi satu tercampur sempurna dalam otak ku.
''APA YG KAU LAKUKAN MAS !'' tegasku saat menemui suamiku dalam kamar kami...

Oh DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang