Bab 4 Bagian dari Pesta

1.1K 39 1
                                    

3 jam aku berjalan menuju lokasi tempat dimana ayah dan ibu menghadiri pesta ulang tahun teman nya. Aku sangat lelah, namun tak ku hentikan langkahku demi cepat sampai ke tempat pesta itu. Ku lihat memar dan memerah kaki kecil ku, beberapa kudapati tlah lecet, perih rasanya, namun semangat ku yang menggebu tak menciutkan nyaliku untuk terus berjalan.

pukul 19.00 malam

Barulah aku tiba pada sebuah cafe mewah, terdapat banyak mobil-mobil mewah ku luaskan pandangan ku melihat keadaan sekitar, ''ah itu dia mobil ayah'' ucap ku dengan nafas yg masih tersenggal-senggal. Ku atur nafas ku perlahan sembari berjalan mendekati pintu masuk
Syukur aku belum telat..
Gumamku dalam hati

Tak lama dari tempat aku berdiri nampak lah seorang laki-laki separuh baya dengan memakai seragam serta attribut lengkap menghampiriku ''hey ada apa ? Ini pesta orang dewasa''
''a..ak..aku...'' jawabku dengan terbata, rasanya bingung.. aku tau jika ku jujur aku anak dari bp.Bambang Atmajaya, ayah pasti marah besar padaku.
''hey nak apa yang kau lakukan disini !!'' Pertanyaan itu sontak membuat ku sadar dari lamunan ku, ''aku hanya ingin mengantar ini, aku gak tau ini milik siapa aku menemukan nya terjatuh dari tas ibu-ibu yg menaiki mobil itu'' kataku sambil menunjuk ke arah mobil ayah, ''oh itu mobil bp. Bambang, yasudah mari biar aku antar ke tempat dia dimananya'' jelas pak satpam itu.
''hmm aku titip saja pak, aku buru-buru aku tak bisa masuk'' tolak ku. Aku tak mau ayah malu jika aku di lihat banyak teman nya.

Aku membalikan badan ku, dan mulai ku merangkak berjalan perlahan. Ku langkahkan kaki kecil ku setapak demi setapak. Namun rasa sakit ini menghentikan langkahku, ku lihat keadaan kaki kecil ku, luka ini semakin besar, luka ini semakin sakit rasanya. Biar ku perjelas bagaimana keadaan nya, kaki ku tlah robek pada bagian bawah, karna ku berjalan terlalu lama di atas aspal tanpa menggunakan alas kaki. Pinggiran luka itu memerah kotor dan berair, darah yg tak henti keluar dr luka kedua kaki kecil ku. Aku hanya bisa meringis menggigit bibir bawah ku hanya untuk menahan sakit..
Ya tuhan..bantu aku !! Ucapku dalam hati meminta kekuatan pada sang maha kuasa.

Jeger....!!!! Duuarr....!!

Suara kilat sukses membuat ku kaget, ku tatap langit, cuaca mulai berubah, langit gelap tak berbintang kini berselimut awan hitam yang siap menumpahkan air yg ada dalam tampungan nya.
Yaa hujan..

Aku harus segera mengambil langkah cepat, mengingat berjalan ku agak lambat, dan jarak yg sangat jauh..
Ku arah kan kakiku untuk maju ke depan. Jika kalian ingin tau apa aku merasa sakit ?? Yaa ! Sakit sekali, tak munafik mata ini, tlah terjatuh tanpa sengaja air mata ku. ''jangan manja Dulles !! Ayo kau bisa !! Berjalan lah lebih cepat !!!!'' gumam ku dalam hati menyemangati diri ku.

Tes....tes....tes

Suara hujan memecah keheningan malam, sejuk tlah datang, pohon hewan serta tanah maupun aspal melepas dahaganya, begitu pula aku. Ku angkat kepalaku dengan mulut terbuka menghadap langit di atas, ku teguk air hujan itu, ku rasakan begitu sejuk saat air ini mengalir masuk melewati tenggorokan ku yg kering ini..
Ku basuk luka ku, perih sekali sangat perih.

aku tak mau berlama-lama, aku kembali menuju jalan pulang, dengan basah kuyup dan luka robek ini semakin lebar meninggalkan jejak darah pada aspal, dingin dan di tambah lagi fisik ku yg smakin melemah..

Beberapa kali aku terjatuh, aku tak menyerah, aku harus tiba duluan sebelum ayah dan ibu yang tiba.. aku bisa !!

oh akhirnya aku tiba di tempat terhangat, rumahku..

ngeeeeeekk...........
(suara dencitan pintu)

Praaak !!!
duuk.....duuk !!!!

Tamparan dan tonjokan ayah sukses mengagetkan ku, ku membulatkan mataku, aku terkejut takut ayah tiba di rumah lebih dulu di banding aku...
''dasar CACAT !!! merepotkan !! Menyusahkan saja !!! Kenapa makhluk sepertimu mesti ada di tengah kehidupan ku !!! Aku tak pernah mengingkan kau !!! Pergi kau !!!'' ayah terlihat sangat marah..
''apa maksud ayah ?'' Tanyaku sambil ku usap air mataku, ''dengar cacat !! Kau tlah buat urusan dengan ku ! Kau tlah membuat ibumu menangis menghawatirkan mu !!'' Jelas ayah dengan amat lugas

Aku menunduk mendengar nya, tak ku sahut sedikit pun ayah bicara, aku takut, apa yang harus aku katakan, disatu sisi aku tlah amat kedinginan, badan ku melemah, sementara darah yg keluar dari kakiku semakin banyak, kini celana yang ku pakai tlah berlumuran darah begitu pula lantai tempat aku berpijak.
Dalam hati ku berharap ibu keluar dan menyudahi peristiwa kemarahan ayah saat ini..

ddziiiikk !!! Buug buug !!

Aku terjatuh setelah gagal mengindar dr tonjokan ayah yang kesekian kali nya mengenai pipi kanan dan kiri ku.
Rasanya pandanganku mulai kabur, pusing. Aku memegangi kepala ku yang terbentur kaki meja di teras ini, aku mulai mencoba memfokuskan diriku,
tes..
Ada sesuatu yg menetes jatuh ke lantai, ah benar saja itu darah ku. Ku usap bagian bibir ku menggunakan bahu ku.

''PERGI DAN JGN PERNAH KEMBALI'' bentak ayah, lalu ia masuk ke dalam rumah dengan membanting pintu..

Astagfirullah ya rabb
Aku duduk tergeletak bersandar pada tiang rumah ku. Aku menangis sejadi-jadinya, berkali-kali ku usap dada ini menahan sakit nya perlakuan ayah.
sehina inikah aku ?? Sejelek inikah aku tak pantas berada dekat mu ??
gumam ku dalam hati, ya tuhan..apa salah ku, aku hanya bisa bertanya sendiri dalam hatiku sampai pada akhirnya aku terjatuh kembali, ku rasakan lemas pada sekujur tubuhku, aku tergeletak pandangan ku mulai kabur, kurasakan pening begitu dahsyat.
Dan seketika semua gelap..

Bersambung...

Oh DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang