4

101 9 0
                                    

Heh, copot!

Dikto yang sedang menunduk asyik nonton bokep menggunakan earphone dengan spontan melempar ponselnya yang nyaris kena mukanya sendiri.

"Apaan sih lo, shock gue tau gak!" bentak Dikto.

Naya menghampiri Dikto yang berada di pojokan kelas dan menarik earphone-nya dari telinga Dikto, "Waduh ini manusia, siapa yang kasih lo izin buat pake benda keramat ini, hah?!" tanya Naya dengan nada yang tinggi.

Dikto nyengir melas, memamerkan behel barunya yang penuh warna, "Ya lagian, nganggur di atas meja." Lalu mengembalikan earphone-nya pada Naya.

"Congek lo nyangkut disini, To!" bentak Naya sambil mengusap bagian speaker earphone-nya menggunakan tissue.

Tiba-tiba Alwan masuk ke kelas sambil membawa selembar kertas kecil di tangannya. Bola mata para makhluk yang sedang melakukan kegiatan masing-masing dengan kompak mengikuti arah gerak tangan Alwan yang merupakan pertanda baik. Biasanya, ketua kelas bakalan jadi babu-nya guru kalau si guru gak masuk.

"Yoi, freeclass coy!" teriak Naya sambil mendobrak meja dan mencolokkan earphone-nya bersiap memutar lagu.

Alwan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Jangan seneng dulu, kita gak sepenuhnya freeclass."

Semuanya menunjukkan wajah kecewa, apalagi Dikto yang kebelet nonton bokep, mumpung dapet hotspot dari Farrel yang lagi carmuk. Namanya juga, anak baru.

"Apaan sih, Wan. Bu Zia aja dari tadi gak masuk-masuk," kata Erza sambil membenahi jambulnya.

"Doi masuk kok, cuma barusan katanya dia mau bab dulu. Paling bentar lagi juga dateng," kata Alwan sambil menulis tugas dari Bu Zia di papan tulis.

Anin yang lagi asyik coret-coret meja, terganggu dengan kebisingan yang dibuat Naya.

"Nin, liat, Nin. Adit ngepost foto selfie-nya."

"Beuh, khan maen."

"Liat nih, liat. Mulus banget, macem aspal yang baru jadi," Naya menunjukkan ponselnya tepat di depan muka Anin.

Anin menyipitkan matanya, "Yah elah, itu mah efeknya aja yang ketebelan."

"Yang penting ganteng. Duh, kapan ini makhluk bisa jadi cowok gue," oceh Naya sambil nge-screenshoot foto Adit.

"Coba aja lu tembak," kata Anin.

Erza yang mendengarnya segera membuka mulut, "Jangan sumpah, jangan."

Naya menyatukan alisnya, "Emang kenapa?"

"Davina yang jelas-jelas cantik aja, ditolak sama Adit. Gimana elo," Erza menatap Naya dengan tatapan kasihan.

"Syaiton!" Naya membalikkan tubuhnya ke belakang dan menarik jambul Erza.

Farrel hanya diam memperhatikan kelakuan para makhluk yang menurutnya aneh itu.

***

Farrel berjalan menuju parkiran sekolah sambil memainkan kunci motornya.

"Farrel!" seseorang memanggilnya dari belakang. Namun, Farrel tak menghiraukannya dan melanjutkan langkahnya sambil manggut-manggut.

"Rel!" panggilnya lagi dengan nada yang agak ditinggikan sambil menarik lengan Farrel.

Farrel tersentak kaget dan menarik earphone dari telinganya lalu menoleh ke belakang. Alisnya menyatu saat seorang cewek menyodorkan tangannya.

"Gue Vania kelas XII-3."

"Lo anak baru kan?"

"Salam kenal, ya," cewek itu tersenyum pada Farrel.

Seganteng apa sih gue? Batin Farrel dengan pede-nya.

"Oh, iya. Salam kenal ya," kata Farrel singkat lalu berjalan meninggalkan Vania.

"Eh, tunggu dulu," Vania kembali menarik lengan Farrel. Namun Farrel hanya menoleh dan menunjukkan wajah 'apaan?'.

"Ya ampun, jutek banget sih lo," kata Vania sambil memasang wajah kecewa.

Dengan terpaksa, Farrel berdiri di hadapannya dan menatap wajahnya, "Kenapa lagi sih? Ada perlu apa?"

Vania diam mematung, wajahnya bersemburat merah. Wajah Farrel hanya berjarak beberapa sentimeter di depannya,

"Malem ini, lo ada acara gak? Kalo gak ada-"

"Sorry, gue sibuk. Duluan ya," Farrel meninggalkan Vania dan berjalan menuju motornya.

Vania berdecak kesal.

Lenjeh banget sih lo jadi cewek. Batin Farrel.

***

Siapapun yang melihat Naya, tak ada yang berani menyapanya. Wajahnya masam dilipat tujuh, kelabu banget.

Naya berjalan lesu menelusuri koridor sekolah. Erza dan Anin pulang duluan karena 'katanya' ada urusan. Ditambah lagi, ojek kesayangannya pulang kampung dadakan, jadi dengan terpaksa Naya harus pulang sendiri.

Dari kejauhan, Naya melihat seorang wanita dengan kacamata hitam berbibir merah kebanyakan gincu, berjalan ke arahnya.

Mata Naya membulat saat wanita itu dengan lancang memeluknya. Dengan segera, Naya melepaskan pelukannya.

"Sayang, kamu apa kabar?" tanya wanita itu sambil melepas kacamata hitamnya.

Naya menarik napas panjang, "Ngapain lo disini?"

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Mami kangen sama kamu."

"Pulang gih," kata Naya pelan. Lalu berbalik dan berjalan pergi meninggalkannya.

Kekecewaan terlihat jelas pada wajah wanita itu.

Naya berjalan lemas, hampir tak sadar. Tiba-tiba ada yang menarik lengannya dari belakang.

"Apa-apaan sih lo?!" Farrel memegang tangan Naya dengan kencang.

Naya melepaskan tangannya dari genggaman Farrel, "Elo yang apaan, dateng-dateng gak jelas!" bentak Naya lalu meninggalkan Farrel, namun Farrel tetap mengejarnya dan kembali menarik lengannya.

"Gue gak nyangka, lo-"

"Apa?"

"Bisa-bisanya lo perlakuin nyokap lo sendiri kayak gitu. Seharusnya lo tuh-"

"Bukan urusan lo!" Naya berlari meninggalkan Farrel.

ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang