Shannon POV
Aku benci situasi ini, mahluk-mahluk asing ini terus menatapku seakan-akan aku buruan makan malam mereka yang membuatku terus menelan ludah sampai-sampai tenggorokanku terasa kering seperti orang sakit. Aku menunduk melihat penampilanku, tidak buruk. Kecuali sepatu keds yang kotor karena pemilik bodohnya yaitu aku yang terlalu malas untuk mencucinya.
Jadi disinilah aku berdiri di dalam ruangan asing yang mulai sekarang akan kupanggil "kelasku" dan sekumpulan manusia asing yang mungkin akan menjadi "teman-temanku"
Aku menarik nafas dan memulai dialog yang terus kuhafal selama perjalanan kemari.
"Namaku Shannon Alison Shields, aku biasa dipanggil Shan, aku pindah dari New York. Selama ini aku selalu mengikuti homescooling karena keadaan yang memaksaku sekaligus ini menjadi tahun pertamaku mengikuti sekolah formal" aku terdiam sebentar, dan kembali menarik nafasku "aku hanya memiliki segelintir teman, jadi aku tidak begitu menguasai apa itu basa basi seperti "apa kabarmu?", "apa yang sedang kau lakukan?", atau hal semacam itu."
Sejujurnya ini bukan dialog yang kuhafal dari tadi, entah kenapa otakku terus memaksaku untuk mengucapkan hal hal seperti ini, tapi bagaimana lagi aku sudah terlanjur mengatakannya dan harus menyelesaikan apa yang sudah kuperbuat.
"Aku tidak bermaksud menyinggung kalian, aku tau sehabis ini kalian pasti akan membenciku, tak apa. Aku hanya ingin bersikap terbuka jadi walaupun aku menyebalkan, mengatakan hal yang tidak seharusnya kuucapkan, aku minta maaf mulai sekarang dan tolong ingatkan aku jika aku mulai bertindak diluar batas. Tapi tolong jangan acuhkan aku."
Ini terkesan dramatis dan berlebihan tapi bukan Shan namanya kalau bukan drama queen. Tapi tunggu dulu apa yang barusan kukatakan itu bukan main-main dan aku serius dengan hal itu.
Aku mengangguk kepada Mrs Komon yang kemudian mempersilahkan aku duduk, ruangan ini hening entah karena takut membuat Mrs komon marah atau terkejut melihatku yang jelas jelas sudah mengibarkan bendera perang untuk mereka. Sepertinya alasan yang tepat adalah pilihan kedua.
Bahkan tatapan-tatapan tajam itu tidak berakhir padahal aku sudah duduk nyaman di satu-satunya bangku kosong diruangan ini, deheman Mrs komon membuat mereka kembali melanjutkan aktivitas mereka kembali.
"Perkenalan yang bagus, dan anti mainstream, Shan"
Gadis disebelahku bersuara, apa ia mencoba berbasa basi? Aku pun menoleh dan mendapati dia juga sedang menatap kearahku, maka jadilah ini acara tatap-tatapan disekolah baru.
"Kau melupakanku, Shan?"
Aku mengerutkan dahi dan bingung dengan perkataan gadis ini, apa ia anak presiden sehingga aku harus mengenalnya?
"Aku tidak mengerti dengan ucapanmu" aku pun menyerah berdebat dengan pikiranku, dan mengakui kebingunganku.
"Kau punya ingatan yang payah, apa perlu ku beri petunjuk?"
"Kenapa tidak kau katakan saja kau siapa, dari pada bertele tele seperti ini. Aku tidak suka."
Gadis itu tertawa, "kau tidak berubah Shan, sifat ketidak pedulianmu tidak hilang "aku mengingatmu, kau melupakanku"
"Kau menggelikan"
"Oke baiklah akan kuberi petunjuk, kau ingat kasus surat cinta untuk Rex? Aku terlibat didalamnya."
Aku melirik buku catatan gadis ini diatas meja, merampas buku itu dan langsung melihat nama yang tertera diatas sana "Madeleine Grace Hood"
Ingatan payahku langsung memutar memori-memori yang berhubungan dengan nama yang kusebutkan tadi. Aku menatap lagi gadis disebelahku, ya dia memang Mad.
Aku terkekeh dan meletakkan kembali bukunya diatas meja, "terakhir kali kita bertemu, kau masih menjadi gadis kecil pendiam yang memakai kawat gigi, lihatlah kau yang sekarang, gadis SMA yang banyak bicara, siapa yang berubahmu?
"Kau juga gadis SMA Shan, berhentilah berbicara seperti nenekku, dan saat itu aku berusia 13 tahun jadi kau tidak berhak memanggilku gadis mungil.
Ocehan Mad dan suara Mrs Dawson didepan sana seperti beradu di telingaku dan berlomba-lomba menjadi suara mana yang harus kudengar.
"Jadi bagaimana bisa kau ada disini?"
Aku kembali menoleh kepada Mad, aku memikirkan alasan rasional apa yang mungkin bisa diterima olehnya.
"Aku berhenti dari teater dan memutuskan pindah kesini, ingin memulai rutinitas yang lain."
"Berhenti? Kau gila! Posisimu di teater sangat diidamkan banyak orang, dan kau berhenti begitu saja? Tak dapat dipercaya!"
"sama saja jika posisi itu didapat bukan karena bakatmu, tapi telah direncanakan dan diatur oleh ibumu" aku tidak mengeluarkan kata-kata ini, aku hanya tersenyum, dan membuka buku pelajaran.
"Aku hanya ingin melanjutkan pendidikan ku, aku sadar pendidikan bukan hal yang main-main" tanpa menoleh aku mengatakan kata-kata ini, setelah itu Mad terdiam, kami tidak lagi berbicara perhatianku terfokus ke Mrs Komon yang menerangkan pelajaran didepan sana, "melanjutkan pendidikan?" Omong kosong.
***
Author POV
Bersama Mad, Shan berencana pergi ke perpustakaan, Shan harus meminjam beberapa buku yang akan dijadikannya referensi untuk mengejar materi pembelajaran.
"Shan, apa River masih aktif di teater?" Tanya Mad tiba-tiba. Sebenarnya Shan sudah menduga kalau Mad akan bertanya soal Rex.
"Rex? Dia masih aktif, sangat aktif malahan."
"Baguslah, dia mempunyai bakat dan dia harus tetap mengembangkan bakat itu."
"Kau masih menyukainya kan?" Shan menatap Mad dengan tatapan penuh selidik, seketika pipi Mad bersemburat merah, dan mengalihkan pandangan matanya dari Shan.
"Bukankah kau yang berkencan dengannya?" Mad memberhentikan langkahnya.
"Aku dan Rex?" Shan tertawa terbahak bahak dan sesekali memukul dadanya "biasanya ketika orang menuduh orang lain ia sedang mengalihkan tuduhan itu darinya" Shan tersenyum "kau tau memikirkan itu saja sudah membuatku geli setengah mati, Rex sahabat terbaikku Mad, apa bisa menjadi lebih?" Shan mengangkat satu alisnya dan melangkah mendahului Mad, sedangkan Mad terdiam mencerna satu-satu kata yang baru diucapkan Shan.
Di Perpustakaan Shan memilih tenggelam diantara deretan rak buku sementara Mad sedang hanyut dalam sebuah novel yang diabacanya di ruang baca.
Sebenarnya ini sedikit menyusahkan biasanya saat masih homeschooling ia menggunakan teknologi untuk belajar bukan setumpukan buku yang harus dibawanya setiap hari.
Saat sedang memilah buku, Shan mendengar suara yang sepertinya berasal dari pojok ruangan, ia melangkah tetapi tidak terburu-buru agar sepatunya tidak mengeluarkan decitan, Shan dapat melihat seorang laki-laki dan perempuan yang sedang serius dengan obrolan mereka dan Shan dapat mengenali salah satunya, Adam.
P.S: maaf kalau ada typo, dan jangan lupa di vote dan comment. Terima kasih❤❤❤
---------
Elle Fanning as Madeleine Grace Hood a.k.a Mad (foto diatas)
P.E
KAMU SEDANG MEMBACA
Shan
Teen FictionDari awal Shan tau kepindahannya ke Chicago akan membawa dampak yang besar baginya, tapi ia belum yakin sebesar apa dampak itu akan merubahnya. Ia pun bertemu Adam mahluk yang hidup disebelah ruangannya, mahluk yang harus didekatinya sekaligus dijau...