Ku duduk sendirian, menatap malam
Entah mengapa, ku memandang langit hitam menemukan bulanEmosi kedengkianku terbangun. Ku benci bulan.
Mereka mengagumi bulan, seakan-akan menyembahnya. Mereka terpana pada cahayanya, seakan-akan satu-satunya terang.
Bintang-bintang mengelilingi bulan, semakin saja memperindahnya. Mengelilinginya, seakan-akan ia raja. Mereka si terang bintang, dianggap tentara.
Mereka lupa. Benar-benar lupa.
Mungkin ia raja terang dalam kegelapan. Tapi ia hanyalah pantulan. Ia bulan, bukan bintang.
Bulan tidak orisinil, cahayanya jiplakan sang bintang raksasa
Bintang raksasa matahari, ia yang membuat bulan seakan-akan indah sempurna. mereka memujanya, memuja bulan.
Namun sang bintang raksasa, mereka sangat membencinya. Terlalu terik! terlalu panas! mereka tidak menyukainya.
Jutaan keluhan, ribuan risihan, dilemparkan begitu saja padanya. Padanya, matahari.
Mereka lupa. Benar-benar lupa.
Matahari..
Ialah yang memeluk pagi dengan penuh kehangatan. Burung-burung berkicau untuknya. Ayam senantiasa berkokok membangunkan sekitar akan datangnya matahariIa yang meliputi gulita
Ingatlah, pantulan yang kau puja itu, dia yang kau kagumi itu. Tidak memeluk hangatnya malam. Ia sumber kedinginan.
Ubah benakmu dan bertanyalah
Siapa yang indah?
D. G. Aviela - 20/4/2016
YOU ARE READING
Siapa Yang Indah?
Nezařaditelnéuntuk teman yang dikagumi karena apa yang mereka lihat, bukan yang mereka sadari. untuk teman yang dibenci karena apa yang mereka dengar, bukan kebenaran.