PROLOG

3.9K 79 6
                                    

Risa POV

Ini adalah pagi yang cerah, tapi tidak denganku. Matahari bersinar semangat, begiu teriknya, seolah bahagia, tanpa awan, tanpa angin. Justru itulah yang membuatku menolak mentah-mentah pagi ini dan balik menyambutnya dengan kemalasan. Karena tandanya, upacara akan berlangsung normal, atau bahkan lebih lama tanpa gangguan hujan dan kawan-kawannya.

Itulah yang kita rasakan saat ada di bangku SMA. Hal-hal yang akan ditolak oleh kebanyakan remaja. Upacara pagi di hari senin, pendalaman materi di akhir jam sekolah, kegiatan pramuka, dan masih banyak lagi. atau mungkin, kita lebih suka melanggar banyak peraturan di tahun terakhir sekolah. seperti memakai kaus kaki pendek, mengetatkan pakaian, memendekkan rok, memakai make up ke sekolah, membawa tas super kecil, pacaran di sekolah, dan masih banyak hal-hal seru lain yang akan kalian rasakan saat menginjak SMA.

Hanya ada satu hal yang diperlukan saat menginjak masa SMA, yaitu eksistensi. Karena kesan pada pendidikan terakhir kita, itulah yang akan selalu kita kenang. Sampai kapan pun, selamanya.

Aku berjalan malas, menduduki bangku paling belakang, tempat dudukku.

''Hey si merah, apa kabar?''

Tapi, SMA juga bisa menjadi neraka. Siksaan tugas di tahun-tahun terakhir sangat melelahkan. Yang paling menyakitkan, kalau sudah menghadapi hal paling ditakuti yang bernama pembulian.

Ya. Perkenalkan, namaku Risa. Seorang gadis biasa dari kelas dua belas IPA yang harus menjalani pahitnya dibuli setahun terakhir sebelum kelulusanku. Aku bukan cewek yang eksis, bukan golongan cewek TOP dengan body mulus seperti anggota cheerleaders.

Mataku ada empat, dengan tubuh kurus kering seperti lidi yang dibuli karena warna kaus dalamku yang waktu itu menembus seragam. Juga karena aku tidak terlalu punya banyak teman. Juga karena aku culun, dengan gaya busana yang aneh. Dan alasan utama dibuli karena aku sebangku dengan cowok paling terkenal di sekolah.

Perkenalkan, teman sebangku-ku. Namanya Daniel. Kapten futsal yang sering memborong piala cup. Cowok yang baru saja memanggilku dengan sebutan si merah dan juga yang pertama kali melihat warna pakaian dalamku lalu menyebarkannya ke orang lain.

Kami bertemu saat pertama kali roling kelas, kelas dua belas. Jumlah murid di kelas kami ganjil, menyisakan satu cewek dan satu cowok yang harus berbagi tempat duduk. Dan sialnya cewek itu adalah aku.

Hari itu aku dan Daniel masuk paling akhir ke dalam kelas, sehingga hanya menyisakan satu pasang bangku dan meja di bagian belakang. Pertama kali Daniel melihatku, wajahnya seperti ingin muntah. Kenapa sih? dia nyebelin! Tapi mau tidak mau kami harus terpaksa menjadi teman sebangku.

Aku mencoba membuka percakapan, tapi dia menganggapku seolah tidak ada. Dan dia hanya menganggapku ada setelah aku di klaim menjadi objek bulinya yang menarik untuk ditertawakan.

Aku sudah biasa menjadi objek buli mereka. Dari yang awalnya menyakitkan, sampai aku menangis dan bolos sekolah lalu lama-lama hatiku terasa hambar dan kebal. Aku sudah biasa. Menelan semua rasa sakit ini. sendirian.

Aku memang pantas untuk dibuli. Muka aneh, alis tebal, pakaian culun, rambut panjang, semua dari diriku memang mengundang komentar buruk. Tapi dari semua penampilanku, yang membuat aku menjadi objek buli semua orang lagi-lagi karena aku duduk dengan Daniel. Dia adalah murid TOP di sekolah ini yang punya masa melebihi followers presiden.

Awalnya, hanya teman sekelas yang membuliku, tapi belakangan ini hampir satu sekolah kenal denganku dan juga berpartisipasi untuk membuliku. Terutama cewek-cewek yang sedang menjalin hubungan dengan Daniel.

Aku benci Daniel.

DANIEL POV

Apa lagi sih yang kita butuhkan di sekolah selain ketenaran? Gak ada! Karena dengan tenar, lo bisa menjadi siapa saja. menjadi bintang sekolah, dihormati banyak orang seperti presiden, menjadi pusat perhatian, punya banyak penggemar. Pokoknya sempurna deh.

Sebenarnya ada sih hal lain yang kita butuhkan di sekolah. yaitu otak. Karena buat apa lo pergi ke sekolah kalau isi otak lo tetap kosong? Nggak berguna kan?

Dan karena gue punya ketenaran luar biasa dengan otak yang lumayan kinclong, maka hidup gue terasa sangat sempurna. Sangat sempurna! Gue bisa mendapatkan apa yang gue mau. Semuanya. gue pastikan masa SMA gue adalah masa sekolah terakhir yang sangat indah.

Kecuali satu. Chairmate.

Perkenalkan, teman sebangku gue. namanya Risa. Dia adalah cewek yang hampir setahun ini menemani hari-hari gue sebagai seorang teman sebangku yang nyebelin, culun, katro, dengan dandanannya yang bukan seperti manusia.

Rok panjang, rambut panjang, kurus tinggi, alis tebal, putih pucat, semua padu padan dari Risa menciptakan satu kata yang pasti akan disetujui semua orang. Aneh.

Gue sedang ketiban sial ketika tahu bahwa teman sebangku gue di kelas dua belas adalah dia. tapi, mau bagaimana lagi. awalnya gue bosan dan malas sama dia. tapi, sejak gue menjadikan dia sebagai objek tertawaan, ternyata lumayan asik juga. gue jadi betah dan nggak mau pindah dari Risa.

Ibaratnya, Risa itu adalah sisa permen karet. Sudah kotor, dibuang, tapi masih saja lengket. Begitulah kira-kira. Karena sekeras apa pun gue mencoba menggoda, membuli, menjahili, dan membuatnya marah, tapi dia tetap bertahan dengan satu ekspresinya yang datar.

Dia nggak pernah punya teman selain Angel dan Alifah. Dua cewek cantik yang merupakan mantan pacar gue. Gue juga heran sih, kenapa ya? Padahal Risa adalah murid terpintar di kelas gue yang peringkatnya nggak pernah bisa gue geser sedikitpun. Tapi anehnya dia malah kekurangan teman.

Tapi, semenjak Angel dan Alifah bertengkar, si culun malah jadi sendirian. Hubungan mereka sedikit merenggang. Dan hal itu malah memberi gue kesempatan besar untuk terus membuli Risa tanpa merasa nggak enak dengan mereka berdua.

''Hey si merah?''

gue menyapanya. Si merah adalah julukan gue untuknya sejak pertama kali gue tahu kalau warna pakaian dalam Risa adalah merah.

Risa datang dengan wajah yang lesu. Sejenak menyelinap rasa ingin tahu, dia kenapa ya? Risa nggak pernah dalam mode lesu sekali pun ia dibuli. Dia selalu ada dalam mood yang baik ke semua orang. Sopan. Kecuali ke gue. dia selalu mengacuhkan gue, bermuka datar, haha kasihan kan gue? karena itu, gue selalu menjahilinya, membuat candaan konyol tentangnya hanya agar dia melihat gue. setidaknya marah kek ke gue atau apalah. Biar gue puas.

X-RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang