5| Anomali Animal; There Is Wet

7.6K 262 41
                                    

"KYAAAAAAAA~"

Ini kok jeritan gue kayak sound effect di film-film horror ya?

Ahh persetan sama itu. Yang jadi masalah. Kok ya gue bisa berkliaran tanpa menggunakan sehelai benang pun, kecuali sempak ini yang nemplok nutupin 'stevie' gue. Lah ini siapa lagi nih? Bukan tokoh baru kok. Author-nya bingung nginget kalo ada tokoh baru. Dia kan kena dimensia. ADAAW! Gue di bletak author, hiks hayati sedih. Alay!

Oh iya, pasal stevie? Itu tuh sebutan untuk titit gue. Maunya gue panggil steven karena mirip Steven William putihnya dan imutnya. Tapi, berhubung titit gue itu nggak sepolos Steven William karena terlalu sering di'urut'. Jadi gue namain stevie biar makin imut aja.

Lah, ini kita lagi bahas apa ya? Oh iya, gue harus berenti ngelamun. Hellow, gue telanjang gitu. Ngebiarin Tama yang dari tadi neguk ludah gitu, sambil natap lama badan gue.

No, no, no... jangan sampe Tama keenakan ngeliat pemandangan mengundang syahwat, gairah dan birahi dari tubuh gue yang sexy uhlala ini. Gue harus nutup pintu lagi.

Tanpa basa basi, gue meraih kenop pintu dan menariknya keluar sehingga pintu tertutup.

GREP!

Alamak, gimana ini... udah berapa kali gue dan Tama harus kejebak di awkward moment kayak gini? Dan nggak tanggung-tanggung kejadiannya. Apakah ini semua suratan takdir. Hallah, mulai lebay lagi lo Adra!

Gue masuk lagi ke ruang wardrobe, menghiraukan Tama yang (mungkin) masih di luar. Gue langsung memakai pakaian yang udah dipilih gue sebelumnya. Setelah cantik-eh-ganteng maksudnya. Gue keluar dengan anggun.

Ohmeygodt, pasti cowok-cowok diluar sana akan ngeliat gue kayak babi liar panggang dilumuri saus tomat, di meja makan. Eh, apa gue aja yang tiduran di meja makan dan berlumuran saus tomat. Ugh, pasti nikmat! Gangbang gue bang. Gangbang hayati dirawa-rawa. Biar sekalian dimakan buaya kesepian yang haus akan belaian mantan. Lupakan gue yang makin ngaco!

Sekarang gue, ada di ambang pintu apartemen. Gue rada bingung mau buka apa nggak. Gue takut kalo nanti Tama nubruk gue dan aha ihian. Ya Tuhaaaan! Loh sejak kapan pikiran gue jadi mesum banget kayak gini. Mungkin ini author-nya yang kena efek mama fujo jadi tingkat kebinalannya meningkat drastis. Ihh, gue ogah ngomongin dia lagi.

Gue memegang kenop pintu dan menariknya perlahan. Hal yang pertama gue liaaaat... astaga dragon! Ipin? Kok dia udah nongol aja. Gue ngebuka penuh pintu apartemen gue dan..., ya, si Tama masih diam ditempat. Mukanya tetep datar, tapi merah merona gitu. Gutci-gutci-gutci, IMUT BANGET!!! Sumpah, imutnya imut-imut jantan. Loh? Emang ada imut kayak gitu.

"Beb, lama banget sih. Udah kayak perawan aja dandannya lama!" Serbu Ipin nggak sabaran. Waktu Ipin menyebut 'beb' tadi gue liat Tama langsung menoleh ke Ipin dan pasang muka yang, sulit gue artiin. Ini makin aneh!

"Ooh, maap Pin. Tadi gue ada masalah urgent." Seraya berdehem sambil pasang gaya cool. Biasa, jaim!

"Yaudah, hayuk keburu siang. Nanti keburu rame lagi." Ajak Ipin nggak sabaran. "Oh, iya ini temen lo. Dari tadi dicuekin." Sambil menunjuk Ipin dengan dagunya.

"Tama-"

"Gue boleh ikut nggak." Potongnya dengan cepat, aduh gue masih nggak enak sama dia atas insiden tadi. Tapi gue juga nggak bisa nolak dia.

Gue denger dia menghela napas. "Niatan gue sebenernya tadi juga mau ngajak lo jalan." What? Dia ngajak gue nge-date gitu kayak remaja-remaja alay yang sok polos? Eh, inget... sesungguhnya janganlah kau buat hati Adra ini baper, hiks. Mungkin dia cuma pengen ngajak jalan aja kayak temen-temen gue selama ini. Haduh, gue malah mengacaukan niatannya tadi dengan ber-telenji ria di hadapanya. Bego!

[B2] Ready Ride Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang