7| Hard Life; Next Mysterious

3.9K 199 43
                                    

"Ooh, hehe... Umm lo pacarnya Tama? Mmm gue... Gue Adra." bukan siapa-siapanya Tama, nyesek saya.

"Adra? Adra yang itu bukan?" Alea ngeliatin gue kayak gue zombie berkepala tiga.

"Bukan, tapi Adra yang ini." ujar gue, ngelirik kearah Tama sedikit yang mukanya lagi kayak mikir.

Alea ketawa, dengan gaya-gaya sok centil yang pake acara nutupin mulutnya yang bau busuk itufix gue lagi bete. "Bisa aja lu." Alea nggandeng cowok di sebelahnya, "Yuk masuk."

Mereka berdua masuk ke lift dan berdiri membelakangi gue. Mereka asik ngobrol dan larut dalam dunia mereka berdua. Sedangkan gue cuma bisa iri, cemburu, cemburu sama kemesraan mereka berdua yang sering ditampilkan. Mereka itu... You know, mereka serasi. Sangat malah. Gue akuin, Alea itu cantik, dan tinggi. Kayak model. Dress maroon yang dipakenya jadi kliatan anggun banget. Mirip princess-princess yang ada di Disney, sedangkan Tama udah kaya pangerannya. Mereka jalan ke sebuah sofa di ruangan ini. Dan gue nggak berniat ngikutin mereka, gue berjalan kearah toilet.

Gue duduk di closet yang udah gue tutup, gue mejamin mata dan ngembusin nafas seberat-beratnya.

Hati gue udah hancur berkeping-keping sekarang. Ngenes banget sih hidup gue. Udah nggak nemu pujaan hati gue, eh giliran mau mulai suka lagi sama seseorang, malah gini kejadiannya. Gue benci diri gue sendiri, gue gampang banget suka sama seseorang. Pedagang tahu bulat aja kalo rada bening, gue pasti sikat. Yah, Tama ternyata straight, dan cowok straight emang suka bikin baper para gay. Kenapa sih gue sukanya sama cowok straight? Apa karena mereka ganteng. Terus kenapa nggak milih cowok di grindr aja yang udah jelas-jelas gay? Muka gue nggak jelek-jelek amat kok. Tapi rata-rata pasti sex orientated semua. Gue kan tipe gay yang juga mentingin hati, bukan cuma selangkangan. Ok, gue kedenger masih denial banget jadi gay, gue jadi gay pun nggak tau sebabnya. Dulu waktu gue kecil, gue lebih pengen liat cowok shirtless dari pada cewek. Pas pertama kali gue nonton bokep straight pun gue lebih ngeliatin cowoknya ketimbang cewek. Mungkin gue masih denial karena gue masih perawan. Nggak ada hubungannya sih, tapi intinya.....

Jadi gay itu.....

Susah.

***

Gue keluar dari toilet dan kaget kalo di dalem tempat tadi udah jadi club dadakan. Disco ball ngegantung di tengah ruangan dan dance floor udah kayak jerawatnya bang Sopian—satpam yang jaga di gedung apartemen gue, fyi. Banyak banget soalnya. Tiba-tiba ada yang nepuk pundak gue dari belakang.

"Kamu kemana aja dari tadi?" Ryan, CEO muda bekas client gue yang ngundang gue ke farewell party-nya. Dia make Aku-Kamu ke gue, kan basi. Iya lo nggak salah denger, cuma ke gue, CUMA GUE. Dan, btw dia juga pernah nembak gue. Iya lo nggak salah denger (lagi), nembak ke gue, NEMBAK GUE. Dan gue tolak, Iya lo nggak salah—lupain. Ngakunya sih pertama kali suka sama cowok, gue nggak nyangka pesona gue bisa mem-belokin cowok seganteng dia. Hahaha *ketawa-garing-soalnya-lagi-nggak-mood*

"Lo nyariin gue?" tanya gue pasang muka datar.

Dia ketawa ringan, perlihatin gigi putihnya. "Iya. Kamu nikmatin pestanya?"

"Honestly, sekarang gue malah pengen pulang."

"Don't you enjoy this party." tanyanya dengan logat inggris yang fasih.

"No, I don't." my heart just broke until I couldn't enjoyed this party anymore, even I am one of Partyholic in the world.

"Why?" kepo banget sih nih orang. "Anything that make you disturbed with?"

[B2] Ready Ride Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang