4. Galang Dana Panti Asuhan

8.7K 558 10
                                    

Lelah !

Itu yang dirasakan Valeria saat ini, mondar-mandir kesana kemari tanpa peduli peluh membasahi dahinya. Hari ini adalah hari dimana sekolah musik yang dia bangun dengan beberapa temannya akan mengadakan sebuah pertunjukan guna memperoleh dana yang akan disumbangkan ke sebuah panti asuhan yang sudah sepi donatur di kota besar itu.

Sedari tadi Valeria tidak henti-hentinya mengintruksikan pada beberapa pekerja agar semua yang disiapkan tidak ada kekurangan apapun hingga para investor mau dan bahkan bersedia menjadi donatur tetap panti asuhan itu.

"Istirahat dulu Valeri, nanti kamu bisa pingsan," ucap Rio yang ikut membantu persiapan acara amal ini.

"Tidak Rio, acaranya nanti malam. Dan ini baru tujuh puluh persen saja," jelas Valeria menguncir rambut panjangnya asal.

Rio berfikir sejenak, 'Bagaimana caranya agar persiapan ini selesai tepat waktu?'. Sebuah ide melintas di pikirannya.

"Aku akan menelpon Seun untuk membantu kita," ucap Rio membuat Valeri menyerngitkan keningnya bingung.

Seun? Bukankah itu pegawai wanita Rio yang bekerja di club miliknya?

"Jangan, kamu sunggu bos yang gila. Aku yakin dia baru pulang pukul tiga dini hari dan kamu akan menelponnya lagi di jam sembilan ini? Astaga Rio, bahkan perusahaan besar keluargaku saja tidak memperlakukan pegawai mereka seperti itu," ucap Valeria membuat Rio mendengus kesal.

Huhh, lagi-lagi Valeria membahas perusahaan keluarganya. Jika memang mereka sehebat itu kenapa tidak mereka saja yang menjadi donatur panti asuhan itu.

"Oke baiklah, kita akan berusaha sebaik mungkin untuk acara ini. Ayo kita bekerja keras menyelesaikannya," ucap Rio menyemangati mereka yang ada di sana.

Kini mereka sudah larut bersama para pegawai lainnya. Mereka saling membantu gotong royong mempersiapkan acara amal dengan sebaik mungkin.

Di sisi lain, Arkana sedang berbicara serius dengan anak buahnya. Lelaki itu menggebrak meja kerjanya dengan kasar hingga membuat lelaki yang kini berada di hadapannya menunduk ketakutan.

"Apa kau tidak bisa menjalankan tugasmu? Kenapa panti asuhan itu tidak digusur juga hah?" Tanya Arka geram

"Maaf sir, tapi panti itu masih aktif. Ada seseorang yang membantu panti itu masih tetap berjalan sampai sekarang," jelas Mr.John, kepala pembangunan proyek terbaru Perusahaan Carollino yang diberikan tugas mengurus panti asuhan itu.

"Aku tidak peduli siapapun dia, yang jelas tanah itu adalah milik keluargaku. Aku ingin membangun anak perusahaan lagi di sana. Kau bisa mengurus perpindahan mereka ke panti asuhan lain atau ke panti asuhan milik keluargaku, aku akan menanggungnya," jelas Arkana dengan matanya berkilat marah.

"Baik Sir, saya akan usahakan untuk anda," ucap Mr.John membungkuk hormat sebelum meninggalkan ruangan Arkana.

Setelah Mr.John pergi , dering telepon membuat Arkana menggeram kesal. Siapa lagi yang mengganggu jam kerjanya.

"Hallo?"

"Arka, kapan kamu akan pulang ke Indonesia? Aku ingin bertemu denganmu," ucap seseorang di seberang sana.

"Risha, ini masih jam kerja. Kamu bisa menelponku lagi nanti," kesal Arkana menutup telepon dari wanita yang telah dijodohkan dengannya, wanita bernama Rishana Manggalanegara, salah satu putri keturunan ningrat.

"Apa kamu tidak merindukan tunanganmu ini?" Tanya Risha tidak kalah kesal dengan Arka.

Mereka ditunangkan lima bulan yang lalu, itupun karena pemaksaan kedua belah pihak keluarga. Tapi Arka tidak menginginkan pernikahan itu, hingga dia mengancam akan memilih keluar dari keluarga besarnya jika ada dari salah satu keluarganya memaksakan kehendak mereka.

My HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang