Kehidupan yang Berbeda

328 13 0
                                    

Angin mulai bertiup sepoi-sepoi membuat rambut merah muda sebahuku berayun-ayun diterpanya. Mata emarald-ku terus tertuju menatap ke arah langit biru seakan terpesona olehnya. Tubuhku kusandarkan ke pagar pembatas dengan bertumpu pada kedua tanganku.

"Kau di sini lagi? Ck, sungguh merepotkan."

"Diamlah. Bukannya kau yang berisik. Lagi pula siapa dirimu yang berani-beraninya berbicara kepadaku?" aku mulai pergi dengan angkuhnya. Lagi pula aku ke sini hanya untuk menghirup udara segar, di atap sekolah.

Tap.

Tap.

Tap.

Aku mulai menuruni tangga lalu pergi ke perpustakaan. Tempat dimana aku biasa menghabiskan jam istirahatku setelah makan di kantin bersama teman-teman, ada Ino Yamanaka dan Hinata Hyuuga. Mereka adalah dua temanku yang bisa dibilang dekat. Ino si cerewet dan Hinata si pendiam sedangkan aku si angkuh, perpaduan yang sungguh pas untuk bisa menjadi sahabat. Bukankah dengan begitu kita bisa saling melengkapi satu sama lain.

"Sakura-chan, sudah kuduga kau akan ke sini," ucap seseorang yang tiba-tiba menyambutku di depan pintu masuk perpustakaan. Dia tengah tersenyum lebar ke arahku dengan kedua matanya yang berbinar-binar.

"Kau selalu saja," kataku diakhiri senyuman kecil, lebih terlihat seperti senyuman meremehkan.

"Hehehe... Karena Naruto akan selalu bersamamu."

Dia, Si Baka berambut kuning yang selalu saja mengatakan hal-hal seperti aku akan selalu bersamamu, akan selalu di sampingmu, dan selalu-selalu yang lain. Dia benar-benar seseorang yang tak bisa diandalkan dengan sikapnya yang ceroboh, terlalu jujur, dan yang terpenting baka. Walau seperti itu, dia adalah teman masa kecilku jadi aku sudah terlalu biasa dengan sikapnya ini yang super duper mengganggu. Namanya Naruto Namikaze, pria yang memiliki mata terindah yang pernah kulihat, blue sky.

"Ya... ya... ya... Selalu bersamaku," ucapku sembari melangkah masuk ke dalam perpustakaan lalu membaca buku yang menurutku menarik sembari duduk di salah satu kursi diikuti Naruto yang duduk di hadapanku.

"Ne, ne, Sakura-chan. Kenapa kau suka sekali belajar? Padahal nilaimu sudah sangat bagus," dia bahkan selalu menggangguku walau aku telah mengusirnya tapi tetap saja tak mempan, dia kan baka.

"Jadi, karena nilaimu yang sangat hancur. Mulai sekarang kau yang harus rajin belajar," ucapku sembari mendelik tajam ke arahnya, mengganti atensiku sekilas lalu memulai membaca buku lagi.

"Hehehe... Kalau begitu kau boleh lanjut membaca."

Tet...

Bunyi itu menandakan...

"Tidak... Pelajaran telah dimulai."

...yah, jam pelajaran akan berlangsung lagi.

Membuatku melangkah pergi diikuti Naruto yang masih saja terus berbicara.

Tap.

Tap.

Tap.

"Tadaima," ucapku ketika melihat kaasan yang berada di ruang tengah sembari meminum teh hangatnya dan menonton acara tv yang pastinya kalau bukan gosip ya soal kecantikan. Dasar, ibu-ibu zaman sekarang.

"Okaeri Sakura-chan. Kau tidak ingin memeluk kaasan-mu ini," ucap kaasan dengan wajah serta suaranya yang dibuat-buat semanja mungkin.

Diriku yang SebenarnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang