Di hari itu, saat aku masih berusia 5 tahun, sedangkan kamu berusia 6 tahun. Kamu datang menghampiriku, mengulurkan tangan kananmu. Siapa Namamu?. Lalu kamu mengukirkan senyum manismu itu.
Monica, dan kamu?. Aku membalas senyumannya, lalu menjabat tangan kamu yang halus dan dingin.
Davis. Kamu tersenyum untuk kedua kalinya, lalu pergi meninggalkan aku yang tengah mematung dan memikirkan kamu.Davis, ibumu menitipkan kotak bekalmu padaku. Aku berlari menuju Taman tempat kamu bermain bersamaku tadi. Aku mencari-cari kamu, dan menemukanmu tengah terlelap di hamparan rumput hijau. Aku mendekati kamu. Menatap setiap pahatan-pahatan wajah kamu yang sangat sempurna itu. Sangat sempurna untuk seorang laki-laki berumur 7 tahun sepertimu. Aku sangat mengagumi Davis. Aku mendekatkan wajahku ke wajahmu, mengagumi setiap bentuk-bentuk dari wajahmu. Mata yang tidak terlalu besar tanpa kantung mata, bibir merah ranum, kulit putih pucat bak rembulan, hidung kecil yang mancung, dan rambut sedikit pirang. Dan saat itu juga, kamu membuka matamu, memperlihatkan kedua iris hijau botol milik mu itu, menatap dengan pandangan heran ke arah iris coklat hangatku. Kami bertatapan sejenak, lalu aku tersadar dan langsung berubah posisi.
Dari ibumu. Aku menyerah sebuah kotak makan berbentuk persegi panjang berwarna hitam dengan gambar Batman di tengahnya, itu memang animasi yang sangat disukai kamu saat itu. Aku memutar badanku, lalu berlari menuju taman di sisi lain, membiarkan Davis menatap punggungku dengan senyum khasnya tanpa kuketahui.Aku suka kamu. Aku menghentikan langkah kakiku ketika mendengar 3 kata itu. Suara seorang wanita. Aku mundur tiga langkah, lalu mengintip sebuah lorong kecil yang diapit dua rumah besar, di sana bau dan gelap. Tampak seorang gadis berparas cantik, sepertinya aku kenal, tentu saja, dia adalah anak XI A, kelasnya bersebelahan dengan kelasku dan Davis. Dan, satu orang yang tak asing lagi bagiku, Davis, dia berdiri dengan kedua tangan dimasukkan dikedua sakunya. Raut wajahnya tampak datar.
Aku suka kamu. Gadis itu mengulang perkataannya. Davis tetap diam, ekspresinya sulit diartikan.
Aku tidak suka kamu. Davis menatap gadis itu dengan ekspresi datar. Dan saat itu juga, hatiku merasa lega, entah kenapa. Aku mengembangkan sebuag senyum. Gadis itu segera berlari tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mungkin kata-kata Davis tadi sudah seperti menjadi tamparan keras baginya.
Kemarilah, aku melihatmu, Moca. Semburat merah muncul di kedua pipiku. Aku mengabaikannya, lalu beranjak pergi....
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With My Best Friends
RomanceBerawal dari teman. Suka dan Duka. Menjalani waktu berdua. Dan kasih sayang itu kini berubah menjadi Cinta.