Pertemuan Pertama

5.9K 304 11
                                    

Hari ini hujan mengguyur begitu deras. Suasana kota metropolitan terlihat lebih sepi dari biasanya. Terlihat seorang gadis mungil yang tengah berlari di bawah guyuran hujan. Dia berhenti di depan sebuah toko yang sudah tertutup. Ternyata gadis itu tidak sendiri. Berdiri seorang pria tampan dengan jaket kulit berwarna hitam dan rambut yang di biarkan acak-acakan. Terpasang tindik di telinga sebelah kiri. Pria itu menggendong guitar bag di punggungnya. Gadis mungil itu terus memperhatikan pria di sampingnya, takut pria itu orang jahat, dia hanya waspada.
"Kenapa liatin gue?" tanya pria itu dingin. Buru-buru gadis itu memanglingkan wajah.
"Sorry" ucap gadis itu canggung. Pria itu hanya memasang wajah dinginnya. Tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka. Gadis itu menggosok-gosokan kedua tangannya agar hangat. Tanpa di duga pria di sampingnya memeluknya. Gadis itu terkejut.
"Hei, apa yang loe lakuin?" tanya gadis itu tajam
"Gue kedinginan" ucapnya santai. Gadis itu benar-benar kesal.
"Dasar cowok mesum" teriak gadis itu melepaskan dirinya
"Gue bukan pedofil, engga tertarik sama anak sd" ucap pria itu asal
"Apa?! Gue anak SMA" ucap sang gadis. Hujan redal, pria itu pergi dengan wajah innocent. Gadis itu menatap kesal kepergian pria mesum itu.
"Kurang ajar" ucap sang gadis
"Hei Yuki, apa yang loe lakuin di situ? Lebih baik pulang bareng gue!" teriak seorang pria tampan dari dalam mobil. Gadis itu ternyata bernama Yuki. Yuki menoleh ke sumber suara, dia sedikit terkejut.
"Maxime?"

***

"Bugh!"
"Maaf" ucap Yuki menunduk. Saat gadis itu menoleh kepada orang yang di tabrak, dia terkejut.
"Cowok mesum" ucapnya ternganga
"Sekali lagi loe bilang gue mesum, gue akan bener-bener mesum" ucap pria itu tajam, Yuki membelalakan matanya.
"Loe jangan macem-macem sama gue atau gue akan...."
"Akan apa?" tanya pria itu memotong perkataan Yuki. Pria itu mendekat pada Yuki, dan Yuki mundur selangkah. Dia baru sadar jika pria itu mengenakan pakaian yang sama dengannya.
"Loe murid sekolah ini?" tanya Yuki kaget, pria itu menaikan alisnya
"Menurut loe?" tanya Stefan dingin. Yuki mengalihkan pandangannya ke name tag pria di depannya itu tertera nama Stefan Dirga. Stefan Dirga kan anak dari direktur utama Kin High School. Tiba-tiba Yuki mundur selangkah lagi.
"Gue buru-buru" ucap Yuki kabur. Stefan menatap gadis itu dengan tatapan tidak perduli.
"Aneh" ucapnya asal. Stefan terkenal dengan predikat murid terburuk yang jarang masuk sekolah. Dia anak jalanan yang suka balapan dan berkelahi. Dan ini adalah hari kedua Yuki berada di Kin High School. Kemarin Stefan membolos saat bertemu dengan Yuki di depan toko. Stefan juga kalah balapan yang mengakibatkan motornya jadi taruhannya. Langkah Stefan terhenti ketika seorang gadis cantik dengan tinggi 168 menghampirinya.
"Stef, aku mau ngomong sama kamu!" ucap gadis itu dengan nada tinggi
"Gue nggak ada waktu" ucap Stefan enteng
"Kamu kemaren sengaja kan meluk cewek baru itu agar aku cemburu? Kamu udah bosen sama aku?" tanya gadis itu kesal
"Terserah loe" ucap Stefan dingin
"Stefan!" teriak gadis itu geram. Pasalnya Stefan justru pergi meninggalkannya.
"Oh, jadi kamu mau kita putus?" tanya gadis itu gerem. Tak ada jawaban, Stefan tetap pergi.
"Ok fine, kita putus sekarang" ucap gadis itu kesal
"Terserah" ucapnya enteng. Semua siswa memandang ke arah mereka berdua.
"Stefan, aku belum selesai ngomong!" teriak gadis itu lagi. Tak ada jawaban, Stefan tak perduli dengan teriakan gadis itu dan pandangan anak-anak.
"Menyebalkan" ucapnya kesal
"Apa loe liat-liat, gue cantik?" tanya gadis itu tajam. Semua menatap gadis itu geli.

***

"Heh cewek baru!" teriak seseorang menghentikan langkah Yuki. Yuki menoleh, berdiri tiga gadis cantik yang sepertinya murid di bawahnya. Tertera dengan pin bersama merah yang artinya murid angkatan satu. Pin warna hijau angkatan dua dan pin biru yang di pakai Yuki yang artinya angkatan tiga.
"Loe bisa lebih sopan saat manggil seseorang?" tanya Yuki menyindir
"Berisik loe, gue lebih dulu masuk sini di banding loe" ucap gadis itu nyolot
"Iya, dan loe nggak usah blagu jadi murid baru" ucap gadis di sampingnya lagi
"Asal loe tau ya, Wilona itu anak Kepsek jadi loe jangan macem-macem" ucap gadis berambut ikal
"Apalagi loe anak kepsek, loe nggak kasian apa sama bokap loe? Mending loe ke kelas dan belajar. Ajak temen-temen loe juga agar bisa belajar menghormati arang yang lebih tua" ucap Yuki tegas
"Songong banget loe " ucap Wilona geram
"To the point aja" ucap Yuki tegas
"Gue ingetin sama loe kalau Stefan itu cowok gue. Jadi gue minta sama loe untuk jauhin Stefan. Kalau nggak, gue akan ngebuat loe keluar dari sekolah ini" ucap Wilona mengancam
"Gue nggak ngerti apa maksud loe. So, don't bother me, please" ucap Yuki tegas. Wilona mencekal tangan Yuki yang hendak pergi. Tapi Yuki justru mengunci tangan Willona ke punggungnya. Wilona meringis kecil karena kesakitan.
"Jangan macem-macem sama gue, gue nggak mau ngotorin tangan gue buat mukul cewek kaya loe" ucap Yuki tegas, ancaman Yuki membuat Wilona kesal. Yuki pergi dengan wajah yang sulit di artikan.
"Wil loe nggak papa?" tanya si rambut ikal
"Sialan, cewek nggak tau diri itu ngajakin gue perang" ucap Wilona murka
"Wil, dia kan senior kita. Loe mau ngelawan dia?" tanya cewek satunya lagi
"Terus gue harus diem aja di injek-injek sama dia hah?!" geram Wilona
"Hah kapan dia nginjek-nginjek loe?" tanya gadis itu polos
"Itu perumpamaan Mely" ucap si rambut ikal yang terlihat kesal, apalagi Wilona dia benar-benar sudah kebakaran
"Aduh Raya loe kan tau kalau gue sedikit lola" ucap Mely nyengir. Wilona dan Raya ingin sekali menelan Mely hidup-hidup.
"Oon di pelihara" ucap Raya kesal
"Heh"

***

Yuki Tafarani, gadis mungil yang pemberani. Baru masuk ke KHS, dia sudah memiliki predikat siswa terbaik. Dia berhasil membawa piala olimpiade fisika dan kimia.
"Yuki, saya meminta kamu menjadi guru privat buat Stefan" ucap bu Dona
"Apa bu?!" kaget Yuki
"Kami dari sekolah mengkhawatirkan Stefan, sebentar lagi ujian dan kami takut jika Stefan tidak lulus" ucap bu Dona
"Tapi bu, saya merasa tidak pantas menjadi guru privat" ucap Yuki menolak
"Kamu siswi teladan di sini, baru sebentar saja kamu sudah mengharumkan nama baik sekolah. Ini permintaan langsung dari tuan Dirgantara" ucap bu Dona. Yuki berfikir sejenak, dia tidak mungkin menolak perintah dari pak direktur. Tapi dia malas bertemu dengan pria mesum itu. Yuki benar-benar pusing.
"Akan saya pikirkan dulu bu" ucap Yuki ramah
"Ibu berharap banyak padamu" ucap bu Dona manis. Yuki merasa tak enak hati.
"Ya sudah bu, saya mau" ucap Yuki mantap
"Terima kasih Yuki" ucap bu Dona lega
"Sama-sama bu" ucap Yuki berat. Yuki keluar dari ruangan bu Dona dengan sangat lesu. Guru privat Stefan?

***

"Ngapain loe dari tadi ngikutin gue?" tanya Stefan tajam
"Gue mau ngajakin loe belajar" ucap Yuki tersenyum
"Mending loe pulang, gue mau balapan" ucap Stefan dingin
"Gue mau pulang, asal sama loe" ucap Yuki terus mengikuti Stefan
"Terserah" ucap Stefan cuek. Yuki terus mengikuti Stefan.
"Kenapa loe gak pernah mau belajar?" tanya Yuki penasaran. Tapi tak ada jawaban. Yuki memantunkan bibirnya.
"Loe nggak takut apa nggak lulus sekolah?" tanya Yuki
"Biarin gue nggak lulus sekalian, atau nggak usah sekolah sekalian" ucap Stefan asl, Yuki menatap Stefan kesal
"Loe kebangetan banget si, loe nggak kasian sama orang tua loe apa?" tanya Yuki heran
"Gue nggak punya orang tua" ucap Stefan asal. Pria itu benar-benar pergi. Yuki terus mengejarnya. Tapi Yuki justru kehilangan jejaknya. Yuki tau harus bertanya dengan siapa.

***

"Den Stefan tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuannya. Ibunya meninggal saat dia berumur 5tahun, dan ayahnya sibuk kerja. Tapi sebenernya den Stefan anak yang baik kok" ucap Bi Irah menjelaskan
"Stefan anak tunggal?" tanya Yuki hati- hati
"Iya non, saya bingung sama den Stefan. Dia jarang di rumah dan jarang pulang juga. Saya serba salah" ucap bi Irah sendu
"Ya ampun, Stefan" ucap Yuki lirih. Yuki mulai kasian dengan Stefan.
"Oh iya bi, biasanya jam segini Stefan ada di mana?" tanya Yuki ramah. Bi Irah berfikir sejenak.
"Bibi tidak tau non" ucap bi Irah bingung
"Eh tapi non Yuki, ini hari ulang tahun mamanya. Dia pasti di pemakaman" ucap bi Irah mantap
"Terima kasih bi Irah atas infonya" ucap Yuki tersenyum manis. Yuki keluar dari rumah Stefan dan mencari Taxi. Kata bi Irah pemakamannya tidak jauh dari rumah. Benar seperti dugaan bi Irah, Stefan sedang berada di pemakaman dengan wajah yang benar-benar sendu. Yuki melihat Stefan di depannya ini berbeda dengan Stefan yang sangat dingin dan tidak punya perasaan. Stefan di depannya benar-benar rapuh, seorang Stefan Dirga menangis? Yuki benar-benar tak percaya.
"Stefan" ucap Yuki hati-hati. Stefan tak menoleh, mungkin malu dengan Yuki karena sedang menangis. Yuki menghampiri Stefan dan menepuk bahunya pelan. Stefan menangis dalam diam, benar-benar menyesakkan. Yuki masih setia di belakang Stefan. Dia ikut menangis melihat Stefan, Stefan yang dingin dan kejam itu hanya cover. Inilah Stefan yang sesungguhnya. Yuki bingung harus melakukan apa, ini pertama kalinya ada pria yang menangis di hapadannya. Yuki sibuk berfikir sampai dia tidak menyadari jika Stefan tengah menatapnya.
"Heh, ngapain loe di sini?" tanya Stefan tajam. Yuki tersentak karna malaikat di tubuh Stefan sudah berubah menjadi iblis.
"Hah.. Gue.." mendadak Yuki gagu, dia sendiri tidak tau kenapa. Stefan menatapnya dengan tatapan yang berbeda, dia baru melihat Stefan dengan tatapan teduh seperti itu. Lagi-lagi Yuki di buat terkejut karena Stefan menggandeng tangannya dan menariknya.
"Loe mau ngajakin gue belajar kan? Ayo" ucap Stefan tegas. Yuki hanya menurut. Dia memandangi tangannya yang kini bertautan dengan tangan Stefan. Yuki merasa ada yang aneh dengannya, mendadak dia jadi gugup. Sepertinya.... Yuki jatuh cinta dengan Stefan.

Bersambung

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang