Chapter 3

2.4K 213 19
                                    

Yuki sedang duduk di balkon rumahnya, sesekali menatap ke arah bawah. Tiba-tiba sebuah mobil sport memasuki area rumahnya. Terlihat sebuah mobil lamborghini berwarna putih yang sangat keren. Mobil siapa itu? Yuki berfikir keras, sepertinya mama dan papanya tidak memiliki mobil secanggih itu. Seorang pria tampan keluar dari pintu pengemudi. Wajah Yuki tiba-tiba terkejut. Untuk apa laki-laki itu datang kerumahnya. Pria itu berjalan menuju pintu, dia tidak menyadari keberadaan Yuki di balkon.

Ting Tong
Pintu terbuka, Bi Surti yang membuka kenop pintu. Bi Surti diam sejenak melihat kedatangan pria yang sangat rupawan.
"Permisi, apa Yuki ada di rumah?" tanya Pria itu sopan. Bi Surti tidak bergeming, sibuk menatap kedatangan pangeran berkuda putih di hadapannya.
"Siapa bi? Kenapa tidak di suruh masuk?" tanya seorang wanita cantik dari dalam. Bu Surti baru sadar ketika majikannya bersuara.
"Eh maaf, mau bertemu dengan siapa?" tanya Bi Surti dalah tingkah
"Yuki" ucap pria itu tegas
"Oh non Yuki, mari masuk" ucap bi Surti semangat. Bi Surti mengantarkan pria itu masuk.
"Pagi tante" sapa pria itu sembari mencium tangan mama Yuki.
"Pagi, dengan siapa?" tanya Mama Yuki bingung, baru kali ini ada pria yang datang kerumahnya selain Maxime
"Stefan tante" ucap pria itu sopan, ternyata Stefan yang datang ke rumah Yuki
"Maaf tante jika saya lancang datang kemari, saya datang ke sini untuk meminta izin menjemput Yuki. Kira-kira boleh atau tidak?" tanya Stefan sopan. Mama Yuki tersenyum, pria ini sangat sopan sekali. Pasti dia anak dari keluarga terpandang, pikirnya.
"Tentu saja, tante sudah bisa menebak jika kamu pasti pacar anak tante" ucap Mama Yuki mantap. Stefan hanya tersenyum, tak lama kemudian Yuki datang.
"Stef, loe ngapain ke sini?" tanya Yuki bingung
"Dia menjemput kamu, mau berangkat sekolah bareng. Yuki.. Yuki, kenapa kamu tidak pernah cerita kalau kamu punya pacar setampan dan sebaik dia" ucap mama Yuki pura-pura kesal. Yuki terkekeh kecil, wajahnya sudah merona sejak tadi.
"Aduh mama apaan si" ucap Yuki terbata
"Ya udah sana mandi dan ganti baju, bau tau. Jam segini belum mandi, mama tunggu di bawah sekalian sarapan bareng" ucap Mama Yuki kesal, Yuki tersenyum kikuk. Stefan masih dengan wajah datarnya, dasar pria aneh. Yuki bersiap dan Stefan sibuk mengobrol dengan mama Yuki. Mama Yuki sangat cerewet, Stefan sudah menebak jika sifat cerewet Yuki keturunan dari mamamnya. Stefan memang pendiam, tapi dia pendengar yang baik. Bagi mama Yuki, Stefan sosok pria yang cerdas. Baru pertama mengenal Stefan mama Yuki sudah menyukainya. Stefan benar-benar karismatik, pantas saja Wilona tergila-gila dengannya. Dan Yuki? Dia jatuh cinta sejak pertama kali melihatnya, dia tidak bisa menolak pesona Stefan Dirga. Meskipun pria itu sangat buruk, tapi ternyata pria itu sopan juga.
"Yuki sudah siap ma" ucap Yuki membuat Stefan dan mamanya menoleh.
"Ayo kita sarapan bersama" ucap Mama Yuki manis menatap ke arah Stefan
"Aduh, terima kasih, saya jadi tidak enak" ucap Stefan canggung
"Tidak usah sungkan, anggap saja rumah sendiri. Maxime juga sering sarapan di sini jika menjemput Yuki" ucap mama Yuki mantap. Stefan tetcekat, Maxime?
"Pria sialan itu ternyata sedekat itu dengan keluarga Yuki? Dia benar-benar saingan yang berat" batin Stefan

***

"Loe kenapa si, marah sama gue?" tanya Yuki saat berada satu mobil dengan Stefan
"Nggak" ucap Stefan dingin, Yuki merasa ada yang aneh dengan sikap Stefan, tidak seperti biasanya.
"Loe sakit?" tanya Yuki menyentuh dahi Stefan, tapi tidak panas, suhunya normal
"Nggak usah lebay deh, gue baik-baik aja. Gue cuma nggak suka loe terlalu deket sama cowok sialan itu" ucap Stefan tajam
"Kasar banget si ngomongnya" ucap Yuki heran. Stefan hanya diam saja, Stefan kesal karena sejak tadi Yuki selalu bersama dengan Maxime dan melupakan dirinya.
"Dasar pencemburu!" rutuk Stefan pada dirinya, hati dan pikirannya memang tidak sejalan. Akhir-akhir ini dia selalu melakukan sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Sepertinya Stefan sangat tergila-gila dengan Yuki. Yuki hanya milik Stefan, tidak ada yang boleh mendekatinya selain dirinya, termasuk pria sialan itu. Titik! Egois memang, jika kita tidak egois, kita tidak akan mendapatkan apa yang kita inginkan, pikir Stefan.
"Stefan, Maxime itu sahabat gue, loe masa cemburu sama dia" ucap Yuki heran
"Gue tau kalau dia suka sama loe" ucap Stefan kesal, Yuki mengerutkan dahinya tidak percaya. Tidak mungkin Maxime menyukainya.
"Loe nggak usah ngarang deh" ucap Yuki tertawa, dan wajah Stefan justu semakin dingin
"Gue juga cowok kaya Maxime, dan gue tau seperti apa saat cowok naksir sama cewek. Loe aja yang nggak peka" ucap Stefan mantap. Yuki terus tersenyum menatap Stefan, dia benar-benar bahagia melihat Stefan yang cemburu. Cemburu kan tanda cinta.
"I Love You" bisik Yuki singkat, dasar cewek ajaib. Bisa-bisanya dia mengatakan tiga kalimat itu disaat Stefan yang sedang bad mood. Stefan menghentikan mobilnya, membuat Yuki sedikit bingung.
"Tadi loe bilang apa, gue nggak denger" ucap Stefan menggoda. Mendadak wajah Yuki merah merona, dia benar-benar malu dan membodohi kata-kata yang keluar dari mulutnya.
"Egh?" Yuki bingung harus mengatakan apa, mulutnya seakan terkunci. Kenapa jantungnya selalu berdetak tak karuan saat mata nya bertemu dengan mata Stefan. Stefan mendekatkan wajahnya ke wajah Yuki, senyuman tergambar jelas di wajahnya. Yuki sama sekali tidak bisa terlepas dari tatapan Stefan. Wajahnya semakin melotot ketika bibir Stefan mendarat di bibirnya. Yuki menelan ludahnya sudah payah, kenapa dia diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Stefan tersenyum kecil di atas bibir Yuki. Stefan mencium Yuki sangat lembut. Perlahan Stefan melumat bibir Yuki pelan. Pria itu menyusuri seluruh bibir Yuki, dan gadis itu hanya diam saja, tanpa membalas ciuman Stefan ataupun menolaknya. Dia seakan terhipnotis dengan ciuman dari Stefan. Stefan sangat ahli dalam mencium, sepertinya dia sudah biasa melakukannya. Yuki tersadar. Apakah Stefan pernah mencium Wilona, sepertinya iya. Pria itu mengaku jika sering melakukannya? Keterlaluan sekali, pikir Yuki. Dengan sekuat tenaga Yuki mendorong Stefan menjauh. Tautan merekapun terlepas, Stefan menatap Yuki kecewa. Disaat Stefan sedang memperdalam ciumannya, gadis itu justru menolak dan membuat tautannya terlepas.
"Dasar mesum" ucap Yuki tajam, Stefan menaikan alisnya
"Apa?!" kaget Stefan, ini sudah kedua kalinya Yuki marah karena dia menciumnya, gadis yang berbeda
"Kenapa loe marah?" tanya Stefan kesal
"Karena loe berani nyium gue, dasar mesum loe. Loe pasti sering nyium cewek lain, ngaku nggak loe!" semprot Yuki kesal, gadis nya itu benar-benar polos. Stefan jadi tertawa mendengar omelan Yuki. Biasanya cewek -cewek Stefan dulu yang menciumnya, dan kali ini Stefan yang mencium kekasihnya, tapi gadis itu justru marah. Dia semakin jatuh cinta dengan gadisnya itu. Gadisnya benar-benar berbeda kan?
"Loe cemburu ya karena gue sering lakuin itu selain dengan loe?" pertanyaan Stefan benar-benar membuat wajah Yuki merona. Kenapa pria di hadapannya itu selalu bisa menebak apa yang di pikirkan nya. Yuki memanglingkan wajahnya ke samping kiri. Stefan menahan senyumannya, tebakannya memang tidak pernah meleset. Yuki cemburu karena bukan Yuki first kiss Stefan, sedangkan Stefan memang first kiss Yuki. Yuki penasaran, siapa ya first kiss Stefan, apa mungkin Wilona? Kenapa Yuki justru kepikiran dengan itu semua, baginya first kiss adalah sesuatu yang sangat berharga. Dia kecewa karena dia bukan first kiss Stefan.
"Sebenarnya mudah, loe hanya perlu menghapusnya" ucap Stefan mantap, Yuki menoleh, dia menatap Stefan dalam, lebih tepatnya dia menatap bibir Stefan. Jemarinya bergerak untuk menyentuh bibir Stefan, Stefan tersenyum saat Yuki menyentuhnya. Dia sangat menyukai setiap sentuhan yang Yuki buat. Yuki mengusap bibir Stefan dengan ibu jarinya. Kemudian dia tersenyum.
"Sudah terhapus" ucap Yuki mantap, Yuki menghambur memeluk kekasihnya. Dan sudah pasti Stefan membalas pelukan Yuki. Stefan sangat mencintai gadis itu, tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh Yuki selain dirinya. Egois, ya Stefan mengakui jika dirinya sangat egois dan dia tidak perduli dengan pemikiran orang lain tentangnya.

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang