Seorang gadis cantik mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja. Itu hal yang selalu dia lakukan saat dia sedang bingung. Bagaimana tidak, dia baru saja dekat dengan seorang pria dan mulai sekarang dia adalah kekasihnya. Bukankah itu ide yang sangat gila, dan dia juga diam saja karena mengikuti kata hatinya. Hatinya mengatakan jika dia ingin menjadi kekasihnya, tapi pikirannya menolak, itu terlalu cepat bodoh! Sepertinya otak dan hatinya tidak sejalan. Apa yang harus dia lakukan?
"Yuki, kenapa loe bodoh sekali" ucap Yuki mengutuk dirinya sendiri. Yuki memijat-mijat pelipisnya yang berdenyut.
"Heh cewek kampung, gue mau ngomong sama loe!" teriak seorang gadis memanggilnya dengan sangat tidak sopan. Yuki malas meladeni adik kelasnya yang kurang kerjaan itu. Yuki masih diam di bangkunya.
"Loe budeg ya, gue lagi ngomong sama loe!" teriak gadis itu merusak telinganya, gadis itu tidak sendiri. Dia bersama dua sahabatnya, ah mungkin bisa di bilang bodyguards nya. Yuki menoleh malas, bukanya takut, dia hanya ingin menghindari perkelahian.
"Wil, kita bikin nih cewek jadi prekedel aja, gue gak sabar pengen nyakar-nyakar muka sok polosnya" ucap Raya sadis. Mely menoleh cepat
"Emang bisa ya bikin prekedel?" tanya Mely dengan oonnya, Wilona dan Raya melotot tajam, ingin menjadikan Mely menjadi prekedel terlebih dahulu, Yuki menybunyikan tawanya. Sebenarnya mereka bertiga itu sedang melawak atau sedang mengajaknya ribut.
"Ngapain loe ketawa, ada yang lucu?" tanya Wilona tajam. Yuki masih betah duduk di bangkunya, meski tidak nyaman dengan kehadiran ketiga penyihir sok cantik itu.
"Kalian ngapain si, ada masalah apa, to the point aja, gue bener-bener sibuk" ucap Yuki santai. Wilona menatap Yuki dengan tatapan yang tajam, lebih tajam dari minggu lalu. Yuki menyerngitkan dahinya, apa dia berbuat salah dengan gadis di depannya itu? Sepertinya tidak, seingatnya tidak ada masalah apa-apa.
"Gue udah peringatan ke eloe untuk ngejauh dari Stefan, tapi loe malah rebut Stefan dari gue. Loe udah bosen hidup ya, Stefan itu cowok gue!" teriak Wilona geram. Yuki terkejut, kenapa dia lupa jika Wilona adalah kekasih Stefan? Yuki masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Heh, gue lagi ngomong sama loe!" teriak Wilona sembari menarik rambut Yuki, Yuki yang sedari tadi melamun tersadar karena mendapat perlakuan sadis dari adik kelasnya itu. Bukankah itu sangat keterlaluan?
"Lepasin rambut gue!" teriak Yuki kesakitan
"Nggak akan, sebelum loe berjanji sama gue untuk menjauh dari Stefan" ancam Wilona, bukan cuma Wilona, Raya dan Mely sudah mencengkeram kedua lengan Yuki. Yuki mengumpat dalam hati, tidak adil. Mereka beraninya hanya keroyokan. Yuki berdoa dalam hati, semoga ada seseorang yang datang dan menolongnya sekarang. Dia benar-benar kesakitan.
"Lepasin dia!" teriak seseorang menghentikan aksi trio penyihir. Mereka berempat menoleh ke sumber suara.
"Stefan" ucap Yuki tertahan. Mereka semua sama-sama terkejut.
"Lepasin tangan kotor loe dari cewek gue" ucap Stefan tajam, dia menatap ketiga gadis itu dengan tatapan membunuhnya. Jika hanya dengan menatap bisa membunuh seseorang. Maka ketiga gadis kejam itu pasti sufah mati terkapar.
"Kok kamu malah belain cewek kampung ini, dan apa tadi kamu bilang. Dia pacar kamu?" tanya Wilona benar-benar shock. Stefan tersenyum evil, kalau Wilona bukan perempuan, Stefan akan menghajar gadis itu tanpa ampun. Gadis itu beruntung karena Stefan tidak akan memukul perempuan.
"Gue udah ngomong berkali-kali sama loe. Gue nggak suka sama loe dan tolong jauhin gue. Tentang perjodohan itu, gue nggak perduli. Gue cuma cinta sama satu orang, dan itu bukan loe. Lebih baik loe pergi sebelum gue berbuat kasar sama loe" ucap Stefan tajam, Wilona mengepalkan tangannya kesal. Dia melirik Yuki tajam sebelum dia benar-benar pergi, dia pergi dengan kedua sahabatnya. Yuki menghela nafas berat, Stefan mendekati Yuki, tapi gadis itu mundur.
"Jangan mendekat" ucap Yuki tegas, Stefan terus mendekat dan Yuki semakin mundur. Dia tidak sadar jika dia sudah berada di sudut ruangan. Di belakangnya sudah berdiri tembok, dia ingin pergi tapi tangan Stefan mengunci tubuhnya.
"Aa..apa yang mau loe lakuin?" tanya Yuki menunduk, saat ini dia tidak ingin melihat Stefan. Dia merasa sudah menjadi wanita paling jahat di dunia, karena dia bahagia di atas penderitaan orang lain.
"Kenapa, loe marah sama gue?" tanya Stefan menatap YuKi intens, tatapan Stefan benar-benar mengerikan, membuat Yuki takut
"Tinggalin gue sendiri" ucap Yuki lirih. Stefan terus menatapnya dan memaksa Yuki untuk menatapnya.
"Apa gue salah kalau gue mencintai loe?" tanya Stefan terus menatap Yuki. Yuki menggeleng, Cinta tidak bisa di salahkan, itu benar.
"Terus?" tanya Stefan menuntut jawaban. Yuki menatap Stefan sedih.
"Gue nggak mau bahagia di atas penderitaan orang lain. Gue nggak mau jadi cewek yang egois. Gue melihat dengan jelas kalau gadis itu mencintai loe sampai rela ngebully gue. Dia hanya takut kehilangan loe" ucap Yuki mantap, Stefan menurunkan tangannya.
"Gue berada di posisi yang sama, gue sangat mencintai loe, dan gue kan ngelakuin apapun agar loe jadi milik gue. Karena gue takut kehilangan loe" ucap Stefan tegas, Yuki meneteskan air matanya. Sedalam itukah cinta Stefan untuknya? Jika benar, dia sudah menyakiti Stefan dan juga menyakiti Wilona dalam waktu yang sama.
"Maaf" ucap Yuki menunduk, dia sama sekali tidak berani menatap Stefan.
"Bodoh, kenapa nangis?" ucap Stefan dingin. Stefan melipat kedua tangannya.
"Benar-benar gadis manja yang cengeng" ucap Stefan asal, Yuki yang menangis justru tertawa. Stefan menatap Yuki bingung, apa ada yang salah dengan kata-katanya? Stefan menyerngit kan dahinya.
"Loe lucu" ucap Yuki tertawa dan menangis dalam waktu yang bersamaan. Stefan terheran-heran, kekasihnya memang ajaib.
"Hei, gue bukan pelawak yang akan membuat semua orang tertawa" ucap Stefan asal. Yuki merasa bahagia bisa memiliki Stefan, tapi bagaimana dengan Wilona?
"Stef, apa hubungan loe dengan Wilona?" tanya Yuki serius. Stefan menoleh cepat, tapi kemudia mengalihkan pandangannya. Bukannya menjawab, Stefan justru tersenyum. Senyuman yang menurut Yuki aneh. Stefan sangat malas membalas gadis kejam yang berani menyakiti orang yang di cintainya.
"Apa kalian benar-benar pernah menjalin hubungan?" tanya Yuki penasaran, dari tadi Stefan hanya diam, membuat Yuki malas berbicara dengan Stefan. Stefan menatap Yuki, tatapanya benar-benar sulit di artikan.
"Loe cemburu?" tanya Stefan tersenyum kemenangan, Yuki melotot tajam. Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda, dia benar-benar penasaran apakah Stefan dan Wilona pernah berpacaran atau bahkan sampai sekarang mereka masih berstatus pacar.
"Gue serius dan gue butuh jawaban yang jujur" ucap Yuki tegas, Stefan memasang wajah datarnya. Pria itu benar-benar ahli menutupi perasaan yang sebenarnya.
"Gue di jodohin sama dia, dan cewek itu dengan senang hati menerimanya. Gue bilang kalau gue nggak suka sama dia dan gue gak akan pernah nerima perjodohan itu. Tapi cewek itu nggak perduli dan justru bikin pernyataan kalau gue pacarnya" ucap Stefan tegas. Yuki benar-benar prihatin, dia merasa kasihan dengan Wilona.
"Loe pasti mikir kalau gue jahat kan?" tanya Stefan, apa terlihat sangat jelas? Yuki merasa Stefan bisa membaca pikirannya.
"Gue akui kalau gue bukan orang yang baik" ucap Stefan tegas, Yuki benar-benar terkejut, dia tidak akan menyangka jika Stefan akan mengatakan hal itu. Stefan bukan orang yang baik, tapi dia tidak tau kenapa dia menyukai dan bahkan mencintai pria itu.
"Stefan, apa loe tau kalau sekarang gue semakin mencintai loe?" batin Yuki
"Gue tau" ucap Stefan singkat. Yuki terkejut, apa Stefan benar-benar bisa membaca pikirannya, mendadak Yuki jadi salah tingkah. Yang benar saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy
FanfictionStefan William As Stefan Dirga Yuki Kato As Yuki Tafarani Natasha Wilona As Wilona wesley Maxime Boutire As Maxime Edward "Gue tau kalau gue terlalu egois dan terlalu memaksa agar dia jadi cewek gue. Tapi, kita memang harus egois agar mendapatkan ap...