First

158 9 14
                                    

Lensa Putih





"OYY! PBK UDAH DI UMUMIN KE KELAS DUA BELAS TIGA SAMPE ENAM BAGI YANG BELUM TAU NANTI SI ORANGNYA NYAMPERIN, ADA YANG DAPET SATU ANAK ADA JUGA YANG DAPET DUA ATAU TIGA ANAK," teriak Vela di depan kelas, dia wakil ketua kelas di kelasku.

"KO ADA YANG DUA ATO TIGA?" teriakan dari pojok kiri di belakang. Aldo--si ketua kelas yang pemalas.

"YOYOY KAN ANAK TIGA DI ANGGAP BEGO SEKA--AAAWW."

Teriakannya terpotong karena ada yang menimpuk Vela dengan bola kertas tepat ke pelipisnya. Mungkin itu untuk mengerem omongannya tentang kelas tetangga, takut ada yang dengar. Jelas, itu salah satu cara agar kita tak terjerat masalah sepele, walau tak pernah terjadi.

Terjadilah percekcokan tak jelas, bayangkan suasana pasar tradisional. Itulah suasana kelasku sekarang. Ku pasangkan earphone ke telinga dan memainkan lagu yang jedab-jedub *entah apa istilahnya. Intinya menghindari kebisingan kelas*

Lalu membuka aplikasi wattpad, ada yang gatau? masa? ituloh tempatnya novel online gituh, itu jadi kebiasaan baru untukku. Beragam cerita menarik tersedia dengan beragam genre favorit juga. Bahkan tak ayal banyak juga yang sudah di rilis menjadi novel dan terbit dengan hastag bestseller.

Setelah sebulan menjadi anak tertua di SMA akhirnya di mulailah partner belajar. Itu loh yang dimaksud Vela tadi, setiap tahunnya selalu ada pembagian teman belajar dengan tujuan peningkatan tahap pembelajaran siswa, sejenis kelompok belajar.

Kegiatan membacaku terganggu, ada yang menarik sebelah earphone-ku, ternyata Naya.

"Ada yang manggil," masih dengan memegang sebelah earphone-ku Naya mengarahkan kepalanya ke pintu kelas, lalu berlalu pergi

-

Setelah sampai di ambang pintu, tepat posisi seseorang itu berada, sebenarnya dia menutupi jalan pintu. Tapi apa peduli dia, jenis anak nakal tapi lumayan pintar yang aku tau, seperti kata anak yang lain juga.

Dia langsung buka suara saat aku baru sampai dihadapannya.

"Mau kapan belajarnya?"

Oh, jadi partner aku tahun ini, gak terlalu buruk. "Pas ada tugas aja," jawabku singkat, dia hanya mengangkat sebelah alisnya dan memiringkan kepalanya ke kanan lalu mengangkat bahunya pelan dan bersamaan. It's mean-iya-kapan-

"Eem...sekarang?!--" jawabku ragu

"Ah,jangan sekarang!--" balasnya agak terkejut

"--belum siap gue," lanjutnya dengan memajukan bibirnya sedikit

"Hehe.. Sama sih," ucapku menyeringai sambil mengusap wajah tak karuan

"Yaudah nanti malem aja," pandangannya langsung tertuju tepat ke manikku

"Ah? na-na-a-jangan--" ucapku gelapan. Orang dihadapanku alisnya terangkat sebelah dengan dahinya yang mengernyit.

"--jangan malem ini, dadakan banget sih," lanjutku. Dia mengangkat kedua alisnya sambil memiringkan kepalanya memfokuskan tepat depan wajahku.

"Mpuhhh.. jangan gituh liatnya.. em, malem ini aku gak bisa," karna sikapnya tadi akupun mengalihkan pandangan ke sudut lain, dia membuatku kikuk setengah hidup.

"Kenapa,terus mau kapan?"

"Yaa... kapan?" tanyaku balik, dia bertanya padaku? Aku sendiripun bingung. Malam inikan aku harus bekerja, pasti cafe penuh.

"Katanya pas ada tugas aja, lah besok ada tugas. Hari ini juga," omelnya monyong monyong.

"Hassh... Yaa sama sih, ya tapi malem inikan aku ga bisa. Gimana dong?"

Lensa Putih Biru [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang