Jawaban R16

6.2K 277 21
                                    

"Alby? Luna? Ada apa?" suara Sarah mengagetkan Alby dan Luna.

"Itu..." Sarah tiba-tiba memasang ekspresi aneh ketika melihat benda di tangan Luna. "Itu cincinku," tiba-tiba Sarah tersenyum senang. "Kenapa bisa ada pada kalian? Aku mencari cincin itu dari kemarin. Syukurah!"

"Benarkah? Untung kami menemukannya," jawab Luna sambil menyodorkan cincin di tangannya.

Sarah mengeluarkan kalung dari dalam saku bajunya. Ia kemudian menggantungkan cincinnya pada kalung, "Ini cincin yang berharga untukku. Terima kasih karena telah menemukannya," ujarnya disertai senyuman manis pada Luna dan Alby.

"Sarah, apakah terjadi sesuatu sebelum kami datang?" Tiba-tiba Alby bertanya. Luna melirik pemuda itu, lantas kembali menatap Sarah.

Bahu Sarah terlihat tegang, namun gadis itu berusaha menyembunyikannya. Luna bisa melihat hal itu dengan jelas. Ia menatap gadis berambut lurus di depannya. Ia tahu, ada hal yang disembunyikan Sarah.

"Kami mendengar sesuatu dari dalam ruangan ini," ujar Luna tanpa mengalihkan pandangannya.

Sarah menyerenyit bingung, "Suara seperti apa? Aku rasa tak ada suara apapun selain detik jam. Mungkin kalian salah mendengar?"

Alby menggeleng pelan, "Kami benar-benar mendengar sesuatu dari dalam ruangan ini. Tapi.."

"Ah! Apa mungkin suara boks yang terjatuh?" Sarah menatap kedua teman barunya.

Luna hendak membuka mulutnya ketika tiba-tiba ponselnya berdering keras. Terdegar nada lagu klasik sebagai tanda panggilan telepon. Buru-buru gadis itu menekan tombol hijau. "Ya? Ah. Aku masih di rumah sakit," matanya melirik Alby sesaat, "Ya, aku bersama Alby. Baik, kami segera pulang."

"Ibumu?" Tanya Alby begitu Luna memasukkan kembali ponselnya kedalam saku. Luna mengangguk sebagai balasan.

"Sarah, sepertinya kami harus pergi. Ah ya! Jangan menerima tamu sembarangan ya... Besok kami akan berkunjung lagi. Sudah sangat larut, bus terakhir datang setengah jam lagi," ujar Luna ramah.

Sarah mengangguk sembari tersenyum, "Benar. Ini sudah sangat larut. Sepertinya aku harus menelan pertanyaanku kembali malam ini," Sarah terkekeh kecil, "Datanglah kembali besok ya... hati-hati di jalan."

Luna bersama Alby lalu beranjak pergi dari ruangan Sarah. Seperti sebelumnya, banyak petugas polisi menjaga ruangan itu.

"Alby, kau sudah menemukan jawaban dari teka-teki ini?" Luna mengangkat secarik kertas dengan tangannya. Mereka berdua sudah sampai di halte bus.

Alby sedikit terkejut melihat benda di tangan sahabatnya, "Kau mengambilnya? Bagaimana bisa?"

"Aku mencopotnya tepat sebelum Sarah bangun. Kau tahu? Kurasa cincin itu bukan milik Sarah. Entah kenapa, kupikir ada seseorang yang sengaja menyimpan cincin itu dibalik bantal Sarah," Luna berspekulasi.

Pemuda berkacamata di samping Luna mengerutkan dahi, "Benarkah? Artinya ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan Sarah sebelum kita bukan?" tanyanya lalu dibalas anggukan Luna.

"Kalau begitu, kenapa Sarah berbohong?" Alby mengacak sedikit rambutnya. Mengapa kasus ini jadi rumit, pikirnya.

"Entahlah. Lebih baik sekarang kita pecahkan teka-teki ini. Apa yang terdiri dari lima bagian, jika bertemu cahaya maka bisa membentuk sebuah makluk? Ah! Ada petunjuk disini. Apa, ada di tubuh manusia. Kau punya jawabannya Alby?"

Alby terlihat berpikir. Lantas matanya tak sengaja menatap lampu halte bus yang dikerumuni laron-laron.

"Alby. Bus kita sudah datang," tiba-tiba Luna mengagetkan pemuda itu. Mereka segera menaiki bus. Alby mempersilahkan Luna naik lebih dahulu ketika tanpa sengaja matanya menemukan bayangan Luna dan dirinya yang menumpuk.

"Luna! Kurasa aku tahu jawabannya," ujar Alby begitu mereka duduk di atas kursi bus. Saat itu bus hanya diisi lima orang penumpang dan satu pengemudi bus. Membuat suasana sangat hening.

Luna melirik sahabatnya, "Apa jawabannya?"

"Jari tangan. Sesuatu yang bertemu dengan cahaya dan memiliki lima bagian sehingga membentuk suatu makhluk adalah jari tangan. Aku menyadarinya saat kita menaiki bis tadi. Makhluk yang dimaksud pasti adalah bayangan," jelas Alby.

Luna terlihat berpikir sebentar, lantas tersenyum. "Kurasa kau benar Alby. Ditambah ada petunjuk dari si pengirim. Jawabannya ada di tubuh manusia."

"Tapi... apa tak terlampau mudah? Untuk apa si pelaku menulis petunjuk segamblang itu di kertas ini? Bukankah aneh? Seolah-olah ia ingin kita cepat menyelesaikan teka-teki darinya," ujar Alby dengan suara pelan.

Luna terdiam mendengar penuturan Alby. Ia membenarkan dugaan sahabatnya itu. Untuk apa pelaku mempermudah mereka?
.
.
.

Okeyyy. Itu jawaban case kemarin! Gampang memang case-nya. Muehehe. Semua yang jawab case kemarin pada betul. Yang pertama berhasil menemukan jawabannya adalah amalina26. Selamat! Thanks juga untuk semuanya yang udah komen. Kalian bikin aku semangat! Btw cincin tidak termasuk dalam petunjuk case kemarin, tapi kalau memang membantu gapapa juga sih.. Hehehe. :D
Silahkan tunggu next Riddle ya! See you. Vomment Ok?

Riddle!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang