Merantau

206 9 0
                                    

Di pinggiran kota Yogyakarta, mereka membangun kembali kehidupannya seperti di desa. Hanya saja mereka tidak akan diusik oleh Kompeni Belanda, karena letak rumah mereka yang dipinggir sungai dan agak jauh dari keramaian kota.

Hari demi hari tahun demi tahun mereka lalui tanpa ada gangguan dari Kompeni Belanda. Hingga suatu saat Adit merasa harus pergi dari rumah.

"Ibu... Adit ingin meminta restu kepada ibu untuk pergi merantau ke kota"

"Kenapa kamu ingin merantau ke kota Dit ?"

"Aku ingin mencari ayah bu, mungkin saja dia ada disana? Lagipula Indonesia telah merdeka sejak 3 tahun yang lalu. Mungkin saja ayah masih hidup"

"Baiklah... ibu tidak akan memaksamu, lagipula umurmu sudah 19 tahun"

"Terima kasih bu.... Oh iya dimana Sri ? Ada yang ingin kubicarakan"

"Dia ada di pinggir sungai sedang mencuci pakaian"

Adit menuju sungai seraya membawa sebuah kalung yang ia buat beberapa hari yang lalu.

"Heeii Sri..., coba kamu kemari sebentar !!! " teriak Adit dari kejauhan

"Iya Mas..." Sri berlari sambil memegang pakaian yang telah ia cuci

"Ada apa Mas ? Tumben sekali Mas Adit datang kemari"

"Sri ini kalung buat kamu jaga baik-baik ya, Mas akan pergi merantau"

"Wahh.. Terima kasih Mas Adit... Oh iya memangnya Mas Adit akan pergi ke mana ?"

"Mas akan pergi jauh jadi jaga diri kamu dan juga jaga ibu ya"

"Mas Adit..." Sri menangis tersedu sedu sambil memeluk Adit dengan erat

Hari yang dinantikan Adit pun tiba. Adit pergi ke kota dengan menumpang kereta kuda yang membawa rempah-rempah yang akan dijual di kota.

Sesampainya di kota ia tampak seperti orang linglung yang tidak tahu arah dan tujuan. Sampai suatu saat ia tidak sadarkan diri di suatu tempat.

"Heii nak... Akhirnya kau siuman juga setelah 4 jam kau tak sadarkan diri. Ini silahkan makan makanan ini" kata seorang paruh baya seraya menyodorkan makanan

"Terima Kasih pak... Maaf saya sudah merepotkan bapak"

"Tidak apa, saya senang jika bisa membantu sesama"

"Oh iya.. Bapak ini siapa ya ? Ini dimana ?" tanya Adit sembari mengunyah makanan yang belum sempat ia telan

"Nama saya Jono, sekarang kamu berada di rumah saya"

"Mengapa disini sepi tidak ada orang? Apakah bapak tinggal sendiri ?"

"Dahulu saya memiliki seorang anak dan istri. Mereka dibunuh oleh Kompeni Belanda dengan keji"

"Maaf pak, saya jadi mengingatkan bapak dengan kejadian yang menyayat hati bapak"

"Oh tak apa... Hmm apakah kamu sendirian di kota ini ?"

"Iya pak, saya sedang merantau"

"Kalau begitu bagaimana kalau kamu tinggal disini bersama bapak?" tanya Pak Joni sambil tersenyum

"Terima kasih pak.. Suatu kehormatan bisa menetap disini, kalau boleh saya tahu apa pekerjaan bapak?"

"Saya hanya seorang tentara nak, lalu darimana asal mu nak ? Dan apa tujuanmu?"

"Saya berasal dari tempat yang jauh dan saya mencari ayah saya yang diculik oleh Kompeni Belanda"

"Hmm...Kemungkinan ayahmu diasingkan ke suatu tempat dan ia dipenjara"

"Apakah menurut bapak, ayah saya masih hidup?" tanya Adit cemas

"Tenanglah nak kemungkinan besar ayahmu masih hidup, dan pasti ia telah dibebaskan dari penjara karena Indonesia telah merdeka"

"Lalu bagaimana caranya agar saya dapat menemukan ayah saya?"

"Sejujurnya saya tidak tahu bagaimana cara menemukan ayahmu, selain mencari ayahmu apa tujuanmu yang lain?"

"Saya ingin berguna bagi bangsa ini pak" jawab Adit tegas

"Kalau begitu apakah kamu ingin menjadi seorang tentara? Dan mengabdi pada negeri ini, kalau kamu mau saya akan membantumu"

"S-saya mau pak"

"Baiklah, sekarang lebih baik kamu istirahat dulu, karena esok adalah momen sejarah bagimu"

"Terima kasih pak" jawab Adit dengan perasaan yang sangat bahagia

* vote dan comment yahh :)

I Am A SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang