Soap Bubble

913 34 4
                                    

Coba bayangkan,bagaimana jika kau ada di posisiku? Mencintai seorang sahabat. Dan satu alasan mengapa kau tetap ingin menjadikannya sahabat agar kau tak jauh darinya. Memang benar,salah satu alasan untuk kau tetap bisa bersama dengan seorang yang kau cintai adalah dengan tetap menjadi teman.
Tapi,bukan kah cinta bersifat egois? Kau akan ingin selalu bersama dengan orang yang kau cinta. Bahkan,kau akan merelakan apapun saja demi orang yang kau cinta.
"Laaaaaaaaaaaaaaa,"suara nyaring itu memecahkan lamunanku.
"Ih. Apasih El?"
"Aku ganggu ya? Kok kayak bete gitu?"
"Ah. Gak kok El. Ada apa emang?"
"Nanti kemana? Keluar yok. Eh kita ke rumah pohon lagi mau gak?"
"Gak. Ngebosanin,"bantahku
"Jadi kamu mau nya kemana?"
"Ke... Taman di pinggir kota itu mau gak?"
"Hah? Dimana itu La?"
"Savana itu. Mau yaaa?"
"Engga deh."
Aku tersentak kaget begitu mendengar keputusan El untuk menolak permintaanku. Tidak biasanya seperti ini. Dia menjadi egois. Semua berubah.
"Aku benci tempat itu La."
"Kenapa El?"
El terdiam. Terlihat jelas dari raut wajahnya,ada sesuatu hal yang ia pikirkan. Entahlah. Sepertinya itu hal buruk yang pernah menimpanya. Tapi,kenapa hal buruk berhubungan dengan savana? Bukannya savana itu tempat yang indah? Tempat dimana kau bisa menghabiskan berjam-jam waktu mu untuk bercanda tawa dengan bunga-bunga indah yang sedang bermekaran. Bahkan dengan angin yang siap menggelitikmu.
"Yaudah. Nanti kita kesana ya. Jam 3. Aku pulang dulu. Jangan telat."
"Siap kapten,"aku memberi hormat padanya menandakan aku tidak akan telat untuk kali ini.
Ya kuharap,pertemuan kali ini tidak akan menyisahkan tanda tanya lagi seperti kemarin. Oh ya El?
Baru saja perkataan itu ingin ku lontarkan. Tak sempat. Ia telah melangkah pergi menjauh.
Kini sorot mataku tak mampu lagi untuk menatap mata indahnya. Hanya bayangan yang terlihat saat ia berbelok ke sebelah timur. Bahkan,jika mata ini mampu menatap bayangmu,namun tangan ini tak dapat memeluk hati mu.
El,seandainya kau tau. Mencintai dalam diam bukanlah hal yang gampang. Juga,menunggu bukanlah hal yang menyenangkan.
***
Desiran angin membelai lembut rambutku. Bunga-bunga menari niat untuk menghiburku. Namun,usaha mereka nihil. Aku akan tetap disini. Walaupun waktu menyuruhku pulang.
Setengah jam aku berdiam ditempat ini. Menantikan sebuah keajaiban. harus berapa lama aku menunggumu?
"La... Maaf banget aku terlambat. Kelamaan ya nunggunya?,"El seketika membuyarkan lamunan ku. suaranya gemetar,sambil mengatur napas,sepertinya ia kelelahan berlari.
"Kalau penantian tidak sia-sia dan mendapat kepastian,aku akan menunggu selamapun itu."
"Maksudnya La?"
"Ha? Gapapa kok El. Ngapain kesini bawa gitar? Kayak mau konser aja."
"Yah gapapa lah. Kalau suasana sepi gini,enaknya ditemani gitar biar asik."
"Kalau ditemani aku El?"
El terdiam. Seakan tak mampu untuk mengucapkan sepatah kata pun. ada yang salah? Aku rasa tidak.
"Becanda El."
Dia tersenyum tipis. Begitu manis dan dapat meneduhkan hati. Aku mengambil gelembung sabun yang aku bawa dari rumah. Sambil membelakangi El,aku membuka tasku. El masih saja menikmati suasana di savana. Sesekali menutup matanya seperti sedang membayangkan suatu hal.
Aku meniup gelembung sabun itu. Lalu,ia menari dan berlari kesana sini hinggi menyentuk pipi lembut El. Sontak El terkejut dan membuka matanya. Ia melihatku sinis. Lalu mengambil gelembung sabun itu. Aku pikir ia akan meniupnya. Tapi ternyata...
Plak...
Semua cairan dalam botol itu mendarat mulus ke permukaan tanah. Aku benar-benar tak habis pikir. Apa yang membuatnya membuang botol itu tanpa ada rasa bersalah. Matanya mulai berair. Apa? Siapa yang mampu membuatnya bersedih? Aku?
"El,kamu kenapa?"
"Gapapa."
"El..."
Tanganku memegang pundaknya dan menatap dalam matanya.
"Pertanyaan kenapa itu dijawab dengan karena blablabla bukan dijawab dengan gapapa,"aku melanjutkan percakapan.
"Karna aku benci itu."
"Benci? Kenapa? Apa kesalahan gelembung itu sehingga kau membencinya?"
"Bukan. Bukan gitu La."
"Lalu?"
"Kau takkan sanggup mendegar ceritaku."
"Ceritakanlah. Aku pasti akan mendengarnya."

>>> Flashback on <<<

Seorang gadis kecil sedang asik berlari sambil sedikit tertawa kecil.
"Aku tangkap kamu ya."
Ya. Gadis itu tidak berlari sendiri di Savana yang luas ini. Tentu saja,ada seorang yang sedang berlari mengejarnya dari belakang.
"Hap... Dapat..."
"Ih apasih..."
"Seperti perjanjian kita dari awal,kalau aku berhasil nangkap kamu,kita akan main gelembung sabun. Dan aku,sukses. Hahah weeekkkkkk,"ucap anak laki-laki itu sambil menjulurkan lidahnya.
"Tapi kenapa harus main gelembung sabun,El?" tanya gadis kecil itu penasaran.
"Sisi,aku suka gelembung sabun. Karna waktu aku lihat gelembung sabun,aku merasa seperti sedang terbang bersama angin."
Mereka meniup gelembung sabun bersamaan. Sesekali menutup mata dan membayangkan,"andai aku jadi gelembung sabun."
Mereka terus meniup sampai akhirnya kelelahan. Sisi berlari kearah pohon besar yang terdapat di Savana itu. El pun mengikutinya dari belakang. Mereka meletakkan botol gelembung sabun tepat di bawah pohon. El duduk menyandar pada batang pohon yang besar itu.
"El... Sini...," Sisi memanggilnya.

Perbedaan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang