Alasan?Ntahlah

1.2K 40 8
                                    

Aku memalingkan wajah. Mencoba menahan pasukan cairan bening yang sudah siap menerobos benteng pertahanan kelopak mataku. Aku tau kalau aku kuat. Namun,sekuat apapun kau,akan tetap lemah jika melihat dia,orang yang sangat membuatmu nyaman dan sayang berada dalam pelukan orang lain. Kali ini,aku bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa El sedang memeluk erat tubuh wanita lain dipojokan kelas. Bukan. Ini lebih menyakitkan dari pada itu. Ia memeluk hati seorang wanita yang ternyata teman sekelasku. Walaupun Tata,wanita yang ku maksud tadi bukanlah teman dekatku,seharusnya dia mengerti tentang gerak-gerik ku yang memang tampak jelas bahwa aku benar mencintai El. Ah,betapa egoisnya aku. Melarang semua wanita untuk mendekati El atau melarang El untuk mendekati wanita lain. Aku tidak punya hak untuk itu.

"La,kamu gak pulang? Ngapaib berdiri terus disini?"

Tata membuyarkan lamunan ku. Aku mencoba mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut nya.

"Oh ya Ta,inimau pulang. Aku gak ada yang je put nih,pulang bareng yuk. Rumah kita kan searah."

"Yah La,kamu gak bilang dari tadi sih. El udah ngajak aku pulang bareng."

"El?"

"Iya. Kita duluan ya La."

Tata meninggalkan ku begitu saja. Ia berjalan santai didepan,sedangkan El masih diam terpaku berdiri dihadapanku.

"Jadi,itu alasannya El?"

El diam,menutup mulutnya. Sepertinya, tidak ada kata yang mampu mendeskripsikan. Perlahan ia menggeleng kepala,lalu berlari kecil menyusul Tata.
Aku tau maksudmu El. Aku tau alasannya sekarang. Aku tau. Terima kasih. Tapi setidaknya,bisakah kita kembali seperti dulu?menjalin hubungan pertemanan seperti dulu?sehingga aku tetap bisa merasakan kenyamanan itu? Dan berjanji akan menghapus semua rasa ini. Aku tau,segala sesuatunya tidak mudah. Tak semudah saat aku jatuh cinta. Tapi, semua butuh proses dan proses butuh waktu. Aku tak mungkin melupakan. Karna memang sudah kodrat alam,kita dapat menghapus memori,ya kecuali amnesia. Namun, aku akan mencoba merelakan. Merelakan sesuatu yang memang tak pantas untuk ku miliki. Bukankah semuanya berawal dari merelakan? Maka kau akan merasa lega.

****

"La... Lala..."

"Iya ma. Ada apa?"

"Turun nak. Temanmu datang"

"Iya ma"

Aku menuruni anak tangga dengan langkah yang malas. Ada saja orang yang gak penting,datang kerumah mengganggu tidur siangku.

"Cemberut mulu Mukak nya. Senyum dong. Jelek kayak gitu ih"

"El?"

Seketika aku terkejut. Mataku membulat saat melihat sosol pria idamanku duduk disofa. Tapi tunggu... Apa tujuannya datang kesini?

"Mau ngapain datang?" kataku sambil duduk disofa depan El.

"Nggak boleh?yaudah aku pulang ya"

"Aku serius"

"Sangar banget muka la. Aku kesini mau ngajak kamu keluar"

"Gamau"

"Kenapa La"

"Pokok nya gamau. Pulang sana!"

El berdiri dari tempat duduk nya. Sepertinya ia menganggap serius perkataan ku. Dasar cowo! Selalu saja gak mengerti kode kode cewe,batinku.

"Yakin gamau pergi sama ku?"

El mampu membuat jantug ku berdengup kencang. Aliran darahku mengumpul disuatu titik sehingga membuat pipiku memerah. Ia tepat berlutut dihadapan ku. Mata kami saling beradu dan wajah hanya berjarak sejengkal saja. Aksinya itu membuatku terdiam. Seolah olah ia telah menghentikan waktu. Tanpa pikir panjang,ia menarik tanganku sambil berkata,

"Tante, El bawa Lala pergi ya. Janji gak akan lama"

Mama mengangguk dan tersenyum simpul. Begitu manis terlihat. Barang kali, ia teringat masa mudanya, saat El menggenggam lembut jemari tanganku dan nergegas untuk pergi.
El membawa ku ke.....
Ah sudah aku duga. Pasti ia ingin membawa ku ketempat ini. Walaupun aku sudah lama tak ketempat ini tapi,aku masih hapal jalan menuju kesini. Tempat yang hampir setiap hari ku kunjungi bersama El,dulu.
Rumah pohon.
Tempat yang sangat bersejarah bagiku. Begitu banyaj kejadian yang terjadi ditempat ini. Aku ingat detail semua kejadian itu. Saat aku jatuh terpeleset dari tangga rumah pohon ini da dengan begitu khawatirnyanEl membasuh luka dilutut ku dengan air minum yang tersisa dibotol minumnya. Sejak kejadian itu,setiap kami datang kerumah pohon ini, ia selalu membawa air,obat luka dan hansaplast. Saat aku dan El membeli gelembung busa didepan SMP kami,saat itu kami masih duduk dibangku 7 SMP. Kejadian 5 tahun yang lalu,masih begitu melekat diingatan. Kami menghabiskan waktu dengan bermain gelembung busa,lalu ia membuatkan mahkota dari bunga saka lalu memakainya diatas kepalaku. Ia tersenyum. Itu senyu termanis yang ia berikan pada ku sejak aku mengenalnya.
Aku teringat satu hal. Nama yang pernah kami ukir dipohon ini. Aku segera menaiki tangga dipohon itu. El menyusulku dari belakang. Aku memperhatikan pohon itu. Ukiran nama itu masih jelas terlihat sedangkan El duduk santai melihat pemandangan dari atas sini.

"El"

Aku berjalan mendekatinya. Ia menoleh kebelakang saat aku memanggil lembut namanya dan tersenyum. Aku memustuskan untuk duduk tepat disampingnya.

"La...."

Dia memanggilku pelan. Aku hanya diam tak menjawab. Namun aku menatap wajahnya.

"Sudah lama gak gini ya La. Kita udah sibuk sama dunia kita masing-masing sekarang. Hehe "

"Kita?kamu aja yang sibuk dengan dunia mu sampai menjauh. Atau karna kamu lebih memilih cinta daripada persahabatan? Itukan alasan kamu menjauh?"

"Cinta?"

"Iya. Tata. Kamu punya hubungan spesial sama dia kan?sehingga kamu ngejauh supaya Tata gak cemburu kalau delat sama ku?"

"Kamu ingat janji kita La?janji 5 tahun yang lalu waktu kita disini terus ngukirnnama kita dipohon ini?"

"Ingat. Kita janji untuk terus sahabatan"

"Kamu percaya gak kalau sahabat bisa jadi cinta? Terus kalau aku ingkar janji, aku dapat hukuman apa ya, dari kamu dan dari Tuhan?"

"El?sahabat jadi cinta? Maksud kamu?"

Gleder.... sesaat petir menyambar lokasi ini. Langit pun mulai menghitam. Rintik air siap membasahi permukaan bumi. El membuka jaketnya lalu dipakaikannya ketubuh ku.

"Ayo kita pulang. Sudah mau hujan. Nnpanti kalau kamu kena hujan jadinya sakit. Aku jugabyang repot"

"Kok kamu El?"

"Karena aku yang bawa kamu pergi dan kehujanan"

"Tapi El,aku masih mau disini kenapa ga tunggu sampai hujan berhenti?"

"Kita gak tahu,kapan hujan deras akan berhenti"

Sama kayak kita gak tahu,kapan cinta akan berhenti, batinku.
Kami segera meninggalkan tempat ini. El mengendarai motornya sedikit lebih kencang agar tiba dirumah sebelum hujan mengguyur. Tapi perkataan nya,apakah itu alasannya? Aku tak paham makna dari ucapannya tadi. Dan itu menjadi sebuah tanda tanya besar bagiku.

Perbedaan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang