aku menggeliat pelan di dalam selimut. Kepalaku masih terasa sangat pusing, kurasakan suhu tubuhku juga begitu. Aku menggigil karna kedinginan, padahal air conditioner di kamarku sudah kumatikan.
drrtt... drrtt...
Di tengah suasana dingin ini, kurasakan ponselku bergetar. Buru buru kuraih ponselku dan memencet tombol hijau.
."y/n, udah mendingan?"
"Belum, Yoon. Kamu ngga ke sekolah?"
"Hari ini aku libur. Aku kesana ya?"
"Gausah, nanti aku ngerepotin kamu. Udah kamu istirahat aja,"
"Ngerepotin apa sih, yang? Udah pokoknya abis ini aku kesana. Kamu udah makan belom?"
"Belom, Yoon.."
"Yaudah nanti aku bawain makanan ya. Mau nitip apa?"
"Ngga Yoon, aku ga nitip apa-apa,"
"Yaudah sekarang kamu tiduran dulu, pintu rumahnya jangan dikunci ya,"
"Iya, Yoon. Hati hati di jalan, ya,"
.Aku masih susah tidur. Yang kulakukan daritadi hanya berguling dari ujung kasur ke ujung lainnya. Sejujurnya kepalaku semakin pusing karna aku terlalu banyak berguling, tapi mau bagaimana lagi? Aku sangat bosan.
"y/n! astaga, kasurmu lusuh banget!" Pekik Yoongi yang tiba tiba masuk pintu kamarku. Ditangannya sudah ada nampan berisi segelas susu dan sepiring makanan.
kemudian ia berjalan ke arahku dan duduk di pinggiran ranjang, meletakkan nampan tadi di atas nakas sebelah ranjangku.
"Maaf ya yang, aku lama," Katanya dengan mata sipitnya yang menatapku dalam. Tangannya meraih tanganku, menarikku agar duduk di sampingnya.
"Sumpah yang, kamu panas banget. Kamu habis ngapain kemaren?"
Aku menggeleng pelan. "Gatau. Gara gara kehujanan mungkin,"
Ia mendengus pelan kemudian mengelus puncak kepalaku lembut. "Duh maaf ya, kemaren gabisa nganter kamu pulang, sampe kehujanan kaya gitu,"
Aku tersenyum melihatnya bertingkah lembut seperti ini. Sungguh ini adalah momen yang sangat langka.
"Gausah minta maaf banyak banyak, lebaran masih lama," Kataku, dibalas dengan cubitan di pipiku.
"Eh, buruan dimakan itu yang. Enak loh nasi gorengnya,"
Aku menoleh ke arah nakas, melihat makanan yang dibawa olehnya. "Bikin sendiri nih?" Tanyaku.
Ia mengangguk pelan kemudian mengangkat piringnya. "Yakin enak kok yang, makan dulu ya?"
Ia menyendokkan nasinya dan mengarahkan ke mulutku.
Aku membuka mulutku dan mengunyahnya.
"Buka mulut lagi, Yang.." Ia menyendokkan nasi lagi. Tapi aku menggeleng.
"Loh kenapa? Gaenak ya yang?"
Raut wajahnya berubah menjadi khawatir. Aku buru buru menggeleng. "Enak kok Yoon, tapi kamu tau kan, orang sakit kaya apa?"
Yoongi mengangguk faham kemudian meletakkan piringnya. "Tapi mau minum susunya ya?" Kali ini ia mengambil gelas berisi susu dan menyodorkannya padaku.
"Ngga mau, sumpah perutku gaenak diisi apa apa," Kataku. Tapi Yoongi tetap memaksa, ia meletakkan sedotan dan menyuruhku untuk meminumnya. "Setidaknya perutmu gak kosong. Habis ini kamu boleh tidur deh,"
Aku mengangguk pasrah kemudian meminum susunya, tapi tidak sampai habis.
"Kok gak dihabisin yang? Tinggal dikit nih,"
Aku menggeleng. "Udah gak kuat, Yoon,"
Ia mendengus pasrah kemudian meminum sisa susu tadi.
"Kok kamu yang minum? Nanti kamu bisa ketularan sakit," Kataku. Namun Yoongi diam saja. Tiba-tiba ia menempelkan bibirnya di bibirku dengan lembut. Ia menjilat permukaan bibirku yang masih berlumur susu, lidahnya memaksa untuk masuk ke mulutku. Ketika mulutku terbuka, ia menyalurkan sebuah cairan manis dari mulutnya. Susu. Aku yang belum siap menerima cairan itu akhirnya menolaknya dan membuat susu itu mengalir keluar dari mulutku, membasahi leher dan baju tidurku.
"Tuh kan, jadi tumpah semua," Kata Yoongi. Aku memukul pundaknya. "Kamu yang bodo! ngapain coba pake acara nyalurin gitu? Jorok, Yoon.."
Yoongi hanya tersenyum kemudian mengusap pipiku.
"Cepet sembuh ya, yang.."
-
end.